Aurora memejamkan matanya, menikmati tetesan air hangat yang jatuh mengenai tubuhnya. Tubuhnya terasa bagai dipijat oleh tetesan air hangat, dan mampu mengurangi rasa lelah dari aktivitas intim yang baru saja usai.
Aurora tersentak kaget saat mendengar pintu kamar mandinya dibuka.
"D? Apa yang kau lakukan. Seharusnya kau menunggu. Aku tidak akan lama." Aurora memutar kepalanya, mengusap wajahnya yang basah, mencoba melihat ke arah pintu kamar mandi.
"D?" Aurora tertegun saat melihat Dominic melangkah masuk ke dalam kamar mandi dengan tubuh polosnya.
"You look so hot, mate." Dominic bergumam serak dengan deep voice nya.
"Oh shit, D! Jangan bilang kau...." Aurora mundur menjauh, tampak waspada.
"Let's do quickie again." Dominic menarik pinggang Aurora, membuat punggung mungil Aurora menempel di dada kerasnya.
"Ini jadinya bukan quickie lagi, D!” Aurora memekik tertahan ketika Dominic mendorong tubuh bagian depannya merapat ke dinding kamar mandi.
"Whatever lah," Dominic bergumam pelan.
*********
"Are you okay?" Dominic berbisik serak, mengusap wajah Aurora.
"Aku sepertinya mau pingsan." Aurora bergumam, suaranya terbata bata. Ia menyandarkan kepalanya di dada keras milik Dominic.
"Tujuh kali orgasme dalam 30 menit." Dominic tertawa pelan, "What do you feel, Ara?"
"Aku tidak bisa berdiri, alpha sialan." Aurora mendesis samar.
Dominic tergelak pelan, mengecup lembut kening Aurora. "Sorry, mate. Sejujurnya kau adalah wanita pertama yang aku sentuh setelah sekian lama aku tidak menyentuh wanita."
"Really?" Aurora mendongak, menatap wajah Dominic yang basah tapi tetap terlihat tampan dan jantan.
"Mari kubantu untuk membersihkan tubuhmu." Dominic mengalihkan topik pembicaraan, tampak enggan menjawab pertanyaan dari Aurora. Ia meraih botol shower gel, menuangkan isinya di telapak tangannya, menggosok kedua telapak tangannya hingga berbusa.
"D, aku peringatkan kau..." Aurora menatap tajam Dominic, tampak waspada.
"Rilex, Ara." Dominic tertawa pelan, "Kali ini kita benar benar akan mandi. Kau tidak mau Della memergoki kita berdua dalam kondisi seperti ini, bukan?"
"Astaga, benar." Aurora menggerutu, meraih botol shower gel. "Kita harus bergegas."
*********
Aurora meraih potongan roti bakar, memasukkannya ke dalam mulut sambil merapikan rambut lembabnya.
"Aku jadi kelaparan," Aurora mendesah pelan, menghabiskan sisa matcha latte di dalam gelasnya.
"Kau mau mampir dulu sebelum pulang? Untuk makan?" Dominic meraih paper bag kecil di atas meja, "Ini pesanan mom?"
"Iya, tapi belum lengkap. Sisanya menyusul minggu ini." Aurora memasukkan kembali tablet ke dalam tasnya. "Kita beli makanan saja lalu makan dengan bibi di rumah."
"Kau yakin?" Dominic menatap Aurora, tampak tak yakin, "Butuh waktu lebih setengah jam ke rumah, belum lagi menunggu pesanan."
"Tentu saja." Aurora tertawa pelan, "Kita beli yang cepat, nasi padang. Katakan pada bibi, hari ini tidak usah masak."
"Nasi padang?"
"Nasi padang komplet. Nasi dengan potongan rendang berukuran besar, ayam bakar, sayur daun singkong, dan terong balado. Duh nikmatnya." Aurora berdecak, membayangkan nikmatnya nasi padang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...