Aurora menarik nafas panjang, lega sekaligus nyaman setelah dirinya berganti pakaian dengan pakaian miliknya sendiri. Mengenakan longwear pijama ikat samping memang menjadi pilihan yang tepat. Aurora tidak perlu repot menaik turunkan celana pendek jika dirinya harus ke kamar mandi. Selain merepotkan, gesekan kain celana dengan perban luka jahitannya ternyata juga menimbulkan rasa nyeri.
Aurora juga merasa lebih nyaman saat dirinya sudah mengenakan pakaian dalam lengkap. Jauh lebih nyaman dibandingkan hanya mengenakan underwear dan atasan singlet longgar yang bisa dipastikan milik Dominic. Walaupun dilapisi dengan kemeja longgar yang lagi lagi bisa dipastikan milik Dominic, namun rasanya tetap tidak nyaman. Aurora merasa seperti telanjang apalagi jika Dominic menatapnya dengan tatapan tajam yang datar serta dingin.
Aurora mengulum senyum saat sosok Dominic terlintas di benaknya.
Sosok alpha yang dingin dan kejam.
Aurora memejamkan matanya, mencoba memikirkan plot yang menarik. Namun ketukan pelan di pintu kamar memaksa Aurora membuka matanya.
"Ya bi?" Aurora menatap Sheeva yang berdiri di depan pintu.
"Dokter Ethan datang untuk memeriksamu." Sheeva bergeser, memberi ruang bagi Ethan.
"Hai, dok." Aurora mengulas senyum lebar, melambai ke arah Ethan yang melangkah masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana kondisimu?" Ethan tersenyum lebar, meletakkan tas jinjingnya di atas nakas, duduk di ranjang, tepat di samping Aurora.
"Aku baik baik saja. Thanks, dok. Kata bibi, dokter yang menolongku." Aurora tersenyum lembut.
"Sudah menjadi tugasku. Tapi yang terpenting di sini, D menemukanmu tepat waktu. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirimu jika D tidak menemukanmu. Terluka, pendarahan ditambah udara dingin?" Ethan berdecak pelan, "Apa yang kau lakukan di sana, miss Ara?"
"Cukup Ara saja. Miss Ara hanya panggilan dari murid muridku saja. Jika kau terus memanggilku miss Ara, aku merasa seperti punya murid raksasa saja." Aurora tertawa pelan. "Aku hanya ingin berlibur."
"Pilihan lokasi berlibur yang cukup ekstrim." Ethan tertawa pelan, "Tidak ada keluhan, kan?" Ethan mulai mengeluarkan beberapa peralatan medis dari tasnya.
"Aman, dok."
"Aku mau mengganti perban sekaligus memeriksa luka jahitanmu. Maaf ya kalau sedikit tidak nyaman." Ethan tersenyum, meminta ijin pada Aurora.
"Silahkan dok." Aurora mengangguk pelan.
Ethan mengangkat bagian bawah piyama yang dikenakan Aurora, dengan perlahan membuka perban yang menutup luka Aurora.
"Sakit?" Ethan bergumam pelan saat mendengar ringisan samar dari Aurora.
"It's okay, dok." Aurora menggigit bibir bawahnya, memberi kode agar Ethan melanjutkan kegiatannya, memeriksa dan menganti perban lukanya.
"Oke, semuanya aman. Kau sudah bisa mengganti perbanmu sendiri. Jangan terkena air untuk sementara waktu. Habiskan obatmu." Ethan membereskan peralatannya, "Kurasa bibi Sheeva tidak akan keberatan jika kau tinggal di sini selama beberapa hari." Ethan memalingkan wajah, tersenyum pada Sheeva yang masuk dengan baki di tangannya.
"Tentu saja tidak. Aku malahan senang karena punya teman." Sheeva meletakkan baki di atas nakas, "Silahkan, dok."
"D memang harus dijewer." Ethan tertawa pelan, meraih cangkir berisi kopi panas, "Entah kenapa dia tidak mau tinggal di kota."
"Miss Ara! Apakah miss Ara di dalam?"
Keheningan menyeruak, setelah terdengar suara teriakan anak anak dari luar pondok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...