"Kau mau langsung tidur?" Sheeva memasukkan cangkir terakhir yang baru saja ia keringkan dengan lap kain lembut ke dalam lemari dapur.
"Iya, bi. Sepertinya aku butuh tidur." Aurora tersenyum lebar, melepas apron yang ia gunakan, melipatnya dengan rapi dan menyusunnya di rak dapur.
Malam ini, Aurora bisa bernafas lega karena sejak sore, Dominic harus pergi ke kota untuk membawa pesanan perabotan dan sekaligus membeli beberapa daftar kebutuhan pondok yang sudah ditulis dengan rapi oleh Sheeva.
Makan malam tanpa Dominic terasa sangat menyenangkan bagi Aurora. Setelah kejadian di ruang kerja Dominic, Aurora merasakan aura dominan Dominic terasa menguat dan entah mengapa sedikit menimbulkan rasa takut dan tidak nyaman pada diri Aurora.
"Tidurlah. Bibi juga ingin melanjutkan pekerjaan merajut sambil menunggu D pulang." Sheeva menepuk pundak Aurora, berjalan menuju ruang tengah.
"Night, bi."
"Night, Ara." Sheeva mengangguk, meraih keranjang kecil berisi beberapa gulungan benang wol dan peralatan merajut lalu duduk di kursi.
Auora masuk ke dalam kamarnya, merapatkan pintunya. Langkah kakinya membawanya ke meja kecil di samping jendela. Aurora menghela nafas panjang, menarik kursi, duduk sambil menyalakan tabletnya.
Aurora memasang keyboard bluetooth, dan membuka aplikasi tempat dirinya menyimpan naskah tulisannya.
Untung naskahnya masih mentok di sini
Aurora mendesah pelan penuh kelegaan. Naskah terakhirnya berhenti tepat pada moment di mana sang alpha hendak mengklaim lunanya secara mutlak. Aurora tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan Dominic jika membaca adegan romantis di kamar, saat alpha mengklaim lunanya secara resmi.
Sial
Aurora mengerang panjang, mengacak rambutnya. Seharusnya adegan berikutnya bisa ditulis dengan lancar, namun kejadian tadi siang mengacaukan segalanya. Aurora tidak memungkiri sentuhan Dominic walaupun liar dan dominan, namun tetap terasa hangat dan memabukkan.
Memabukkan? Ha.....
Aurora kembali mengerang panjang, menatap frustasi layar tabletnya sebelum akhirnya merebahkan kepalanya di atas kedua tangannya yang dilipat di atas meja.
Otakku buntu...buntu....
Aurora mendesah lirih, memejamkan matanya, mencoba menemukan kembali mood menulisnya yang tiba tiba hilang tanpa jejak.
**********
Dominic mematikan mesin mobilnya, menutup pelan pintu mobilnya sebelum melangkah ke arah kabin penumpang dan mengeluarkan beberapa tote bag berukuran besar. Dominic menghela nafas panjang saat menyadari dirinya kembali terlalu larut. Beberapa urusan yang harus diselesaikannya sekaligus membuatnya terpaksa baru bisa tiba kembali di pondoknya menjelang jam sebelas malam.
Dominic meletakkan tote bag, meraih kunci pintu dan membuka pintu dengan perlahan. Ruang tamu tampak temaram dengan cahaya samar dari ruang tengah.
Dominic melangkah masuk, menenteng tote bag, hingga langkah kakinya terhenti di ruang tengah, saat matanya mendapati Sheeva yang sedang tertidur dalam posisi duduk di kursi dengan rajutan yang belum selesai berada di atas pahanya. Dominic mendesah panjang, menguap sambil meletakkan tote bag di atas meja dapur sebelum kembali ke ruang tengah.
"Mom....." Dominic berbisik pelan.
"D? Kau baru pulang? Jam berapa sekarang?" Sheeva mengejapkan matanya, menguap pelan.
"Hampir jam sebelas malam, mom." Dominic memasukkan peralatan merajut ke dalam keranjang rotan, "Seharusnya kau tidak perlu menungguku, mom. Badanmu bisa sakit jika kau tertidur di kursi seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Behind You
RomanceMenjadi putri satu satunya dalam keluarga besar Ramiro tidak membuat Aurora tumbuh menjadi gadis manja. Aurora justru tumbuh menjadi gadis yang berjiwa bebas dan menyukai petualangan. Ia gemar mengunjungi berbagai kota dan daerah baru, sekedar menca...