1

4.2K 381 51
                                    

Angin musim gugur berembus kencang malam itu, sebuah taksi kuning berhenti di depan pintu instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit besar di tengah kota.

Seorang wanita melangkah turun dari kursi penumpang dengan langkah pelan yang tak biasa.

Supir taksi yang mengantarnya tak langsung melaju, dia turun dari kursi pengemudi, mengambil sebuah lap yang disimpan di balik kursi dan mengusap ceceran darah di kursi penumpang yang tadi diduduki wanita itu.

Butuh beberapa kali menoleh untuk memastikan wanita itu adalah manusia yang masih hidup, ada lebam dan luka gores di wajah serta luka terbuka di lengan atasnya yang mengucurkan darah segar.

Supir taksi itu menoleh kembali ke arah pintu rumah sakit dan mendapati wanita itu sudah melangkah masuk.

"Nyonya, kau baik-baik saja?" Perawat yang berdiri dibalik meja terkejut sekali mendapati seorang pasien datang dengan langkah gontai memegang lengannya yang dipenuhi darah.

Wanita bersurai indigo itu tak mengatakan apa-apa dan bersiap mendapati perawatan seperti yang sudah-sudah.

...

Suasana terasa hening di seluruh area instalasi gawat darurat rumah sakit, mungkin karena itu sudah memasuki dini hari.

Seorang Dokter masuk dengan langkah lebar menghampiri ranjang pasien yang tirainya separuh ditutup.

"Lukanya sudah dibersihkan." Seorang perawat memberitahu kepada Dokter kemudian menyerahkan sisa perawatan lainnya kepada Dokter.

Naruto menatap wanita itu, dia datang lagi malam ini. Kali ini dengan lebam di rahang kirinya, sobekan kecil di pelipis, serta luka gores di sudut bibirnya.

Sebuah cardigan creme tersampir ditepian ranjang berlumuran darah di bagian lengan kiri.

Naruto kemudian memeriksa lengan kiri wanita itu dan mendapati luka terbuka yang cukup panjang, nampak seperti luka sayat namun berantakan membuatnya sedikit meringis, luka sebesar itu, seharusnya seorang wanita sudah berteriak, menangis atau bahkan tak sadarkan diri, namun wanita ini dia selalu nampak biasa, wajahnya tak menunjukan reaksi apapun selain kesenduan.

Dokter itu meraih alat di atas trolley yang tadi disiapkan perawat, bersiap menjahit luka terbuka di lengan atas wanita itu.

"Katakan jika terasa sakit." Naruto kemudian memulai pekerjaannya.

Hanya ada keheningan selama proses itu dilakukan. Namun malam ini Naruto ingin mendengar sesuatu keluar dari bibir wanita itu, tak seperti empat kali pertemuan sebelumnya yang hanya dipenuhi keheningan.

"Apa yang terjadi padamu, Nyonya?" Naruto memulai pertanyaan.

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir wanita itu, pun keheningan masih menemani mereka.

"Kau petarung jalanan hm? Datang di pagi buta dengan luka-luka." Naruto tentu saja hanya bergurau dengan pertanyaan itu.

"Aku terjatuh." Wanita itu akhirnya bicara dengan suara pelan.

Naruto menoleh ke arah wajah wanita itu. "Jatuh dari apa yang mengakibatkan luka di sudut bibir?" Dia tahu jawaban itu adalah kebohongan.

Lagi-lagi keheningan yang menjadi jawabannya.

Naruto menyelesaikan jahitan luka di lengan wanita itu dan mulai mengobati lebam di wajahnya. Ia sesungguhnya sangat menyayangkan apapun yang wanita ini telah alami hingga memiliki lebam dan luka gores di wajah cantiknya.

Ya, wanita itu sangat cantik, wajah kecil, mata indah, hidung dan bibir sempurna, lengkap dengan kulit putih yang mengakibatkan tiap lebam di wajahnya nampak jelas.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang