5

1.6K 303 38
                                    

Naruto menundukan tubuhnya di samping sofa, dia menyelinapkan tangannya di balik selimut tebal yang digunakan wanita itu dan menyentuh tangannya. "Hinata." Ucapnya dengan lembut seraya mengusap telapak tangan wanita itu.

Hinata membuka mata perlahan dan bergumam "hem." Dirinya sedikit kedinginan, meski sudah berselimut dan dipeluk sepanjang malam.

"Aku harus ke rumah sakit, kau beristirahatlah di sini sampai badainya reda. Kutinggalkan kunci rumah dan mobil di sini ya." Naruto bicara dengan lembut kepada wanita itu.

"Aku ingin pulang." Ucap Hinata, namun dirinya masih berbaring di sofa. Ia akhirnya benar-benar bermalam di sini, dengan pria itu menonton acara membosanakan hingga dini hari.

Naruto menyentuh leher dan kening wanita itu. "Kau sedikit demam, mungkin karena terjaga sepanjang malam." Salahnya tak membiarkan wanita itu tertidur.

Hinata juga merasa sangat kedinginan pagi ini. Mungkin benar dirinya sedikit demam.

"Kuletakan obat di atas meja makan, minumlah jam delapan pagi nanti. Gunakan rumah ini sesukamu, kita bertemu nanti malam ya." Pesan Naruto kepada wanita itu.

Mobil hitam di seberang jalan sudah menunggunya sejak dua puluh menit lalu, jadi dirinya akan biarkan Hinata menggunakan mobilnya hari ini.

"Hati-hatilah di perjalanan." Ucap Hinata sambil menatap pria itu. Sepertinya dirinya benar-benar harus tertidur sebentar, tak sekuat pria itu terjaga sepanjang malam, Hinata merasa tubuhnya tak berdaya pagi ini.

Naruto mengecup sudut bibir wanita itu sebelum beranjak dan benar-benar pergi.

...

"Kau tahu aku di luar, kenapa tidak bergegas?" Seorang pria duduk di kursi pengemudi mengatakan sebuah protes begitu penumpangnya naik ke dalam mobil.

Naruto meraih cerutu di dalam saku coatnya dan membuka separuh jendela mobil kemudian membakarnya. "tak bisa kah aku bersantai di tengah pekerjaan?"

Sasuke menatap curiga kepada temannya itu. "Ada wanita di rumahmu?"

Naruto tak menjawab dengan ya, namun dia mengembuskan asap cerutunya sambil tersenyum.

"Ck, bodoh." Sasuke bergumam. "kita harus bergegas, sebelum kehilangan jejak keparat itu."

"Dia akan kembali ke Tokyo, kutemukan magnetnya." Naruto berucap penuh arti.

"Dia punya keluarga?" Sasuke bertanya serius kali ini.

"Bukan keluarga, tapi seorang wanita." Naruto sebetulnya ragu mengatakan ini kepada Sasuke ataupun Shikamaru.

Sasuke manatap rekannya itu lekat-lekat. "Jelaskan semuanya, Naruto."

Naruto menyesap cerutunya dengan hisapan dalam sebelum membuangnya ke luar jendela dan menutupnya rapat-rapat. Dia rasa harus tetap mengatakan ini, setidaknya kepada Sasuke.

...

Sasuke tetap mengemudi, tak berhenti di satu tempat dan bertukar informasi dengan Naruto, itulah bagaimana mereka biasa bekerja. "Tetaplah dekat dengan wanita itu."

"Dia terus dipukuli, kurasa Otsutsuki itu sangat takut akan kehilangannya." Naruto yakin sebetulnya ini semua adalah obsesi.

"Daripada terus mengejar, akan lebih mudah jika kita yang memberi umpan, dan wanita itu adalah umpan yang tepat untuk kita, sampai kau temukan celah untuk membawa Otsutsuki itu ke meja bedahmu." Sasuke berucap pasti, dia temukan ide terbaik untuk mengakhiri situasi kejar-mengejar ini.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang