Hinata duduk di salah satu kursi kafetaria rumah sakit, sesekali menatap ke arah pintu masuk. Dia dengar pria itu memiliki jadwal operasi sejak pagi tadi dan akan selesai di jam makan siang, maka dirinya datang kemari.
Tak lama sejak waktu menunjukan jam makan siang, pria itu terlihat memasuki area kafetaria, mengenakan medical scrub biru, yang tak nampak senada dengan surai pirangnya.
"Lama menunggu?" Naruto berdehem pelan dan duduk di hadapan Hinata. Mereka memang memiliki janji temu siang ini. Sebetulnya dirinya merasa sangat senang saat mendapati wanita itu mengirim pesan padanya semalam, menanyakan apakah ada waktu luang untuk bertemu siang ini.
"Tidak." Ucap Hinata, dia sebetulnya merasa ragu untuk datang kemari setelah pertemuan tak menyenangkan di studio sore itu atau setelah kegagalan janji makan malam di resto sushi sebelumnya.
Naruto tersenyum tipis menatap wanita itu, tak ada lagi lebam di wajahnya seperti seminggu yang lalu. Dia nampak cantik hari ini. "Ada apa, ingin bertemu?"
Hinata menatap meja di hadapan mereka. "Maaf soal resto sushi, aku benar-benar tidak bisa datang malam itu."
"Tak apa, aku mengerti." Naruto mengangguk, ternyata wanita ini datang untuk meminta maaf. "Pria yang menjemputmu di studio sore itu, apa dia kekasihmu?"
Hinata tak bisa menjawab pertanyaan itu sekarang karena sebetulnya dia hanya datang untuk meminta maaf, bukan untuk mengatakan semua masalah pribadinya.
Naruto menghela napas pelan saat mendapati keterdiaman wanita itu. "Ku anggap jawabannya adalah tidak."
"Kau boleh menganggapnya begitu." Hinata tidak tahu apa yang harus dirinya katakan soal Toneri, pun dirinya tak ingin bicara soal pria itu.
Naruto berdehem pelan "dilihat dari rautmu, aku tahu kau tak ingin membicarakannya. Jadi kita bisa bicarakan hal lain."
Hinata menatap pria di hadapannya dengan senyum tipis di bibir. Entah kenapa dia merasa bahwa pria ini selalu tahu isi kepalanya dan selalu bicara tepat ke arah yang dia inginkan,
Pria itu tak suka berbasa-basi dan menyampaikan semuanya dengan satu kalimat singkat yang menyenangkan untuk didengar. Maka saat bicara dengannya selama tiga jam penuh di studio sore itu, rasanya sangat menyenangkan.
"Aku membawakan makan siang." Hinata meletakan kotak makanan yang tadi dia letakan di kursi di sampingnya ke atas meja.
Naruto menarik sudut bibirnya, wanita ini entah memang paham cara memikat seseorang atau ini terjadi begitu saja? Namun dirinya merasa sedikit terbuai dengan sikap manis yang ditunjukannya barusan. "Terima kasih, kau tahu aku berada di ruang operasi sejak jam sembilan."
Hinata tersenyum lembut kemudian mengeluarkan sumpit dan alat makan lainnya. "Makanlah."
Naruto meraih sumpit yang diberikan wanita itu dan mendapati berbagai hidangan lezat di dalam kotak, Dia mencapit sepotong spring rolls dan memakannya dalam satu suapan. "Kau pandai memasak."
"Darimana kau tahu aku yang memasaknya?" Hinata tak mengatakan apapun. Bisa saja dirinya membeli.
"Kau datang untuk minta maaf dengan makanan yang bukan buatanmu?" Naruto balas bertanya. "Aku sedikit kecewa."
Hinata tersenyum. "kau benar, aku membuatnya."
Naruto tak bisa memalingkan mata dari wanita itu. "Kau cantik saat tersenyum, lakukanlah lebih sering."
...
"Kembalilah ke Beijing dalam waktu dekat." Seorang pria tua berucap dengan nada dingin di tangga menuju kapal pesiar besar di pelabuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hands of Yours
FanfictionWanita cantik yang sering datang dengan luka saat dini hari itu, membuat Naruto ingin tahu rahasia apa yang dia simpan dibalik raut sendunya.