28

1.6K 262 39
                                    

Naruto menggenggam tangan Hinata keluar dari ruang rawat, membawa clothes bagnya setelah tiga malam dirawat di rumah sakit. "Kita tebus obat, lalu pulang ke rumah."

"Kau tidak kembali bekerja?" Hinata menatap pria itu yang mengenakan seragamnya. Bukankah dia seharusnya bekerja?

"Tidak ada jadwal operasi hari ini, aku akan menemanimu sepanjang hari." Naruto sudah mengatur jadwalnya hari ini untuk bisa menemani Hinata di hari pertamanya kembali ke rumah.

"Apa yang akan kita lakukan di rumah?" Tanya Hinata kepada pria itu, kenapa dia nampak tidak sabar hingga menggenggam tangannya erat sekali.

"Banyak hal." Naruto mengabaikan tatapan para perawat dan teman sesama Dokter yang menatapnya dengan tatap penuh goda yang terlihat mengesalkan.

"Misalnya?" Bukan Hinata ingin berprasangka buruk, tapi hey dirinya baru saja pulih.

"Minum teh dan bercengkrama sepanjang hari misalnya." Naruto menoleh ke arah Hinata. "Kenapa?"

Hinata menggeleng kemudian memalingkan pandangan matanya ke arah lain, seolah menghindari kontak mata dengan pria itu.

Naruto sedikit terkesiap melihat raut Hinata yang nampak ketakutan, jelas dia kelihatan khawatir dan Naruto baru menyadari ke mana arah pertanyaan itu. "Aku tidak segila itu, aku tahu kau belum pulih."

"Kau benar." Hinata kemudian menghela napas pelan, ternyata pria itu cukup sensitif pada tanda yang dirinya berikan.

Naruto menautkan jemarinya dengan wanita itu. "Aku akan bersabar sampai kita menikah nanti." Dia berbisik di telinga kiri wanita itu.

Hinata hanya tersenyum tipis dan mengangguk, dia setuju dengan pria itu. Akan lebih baik jika begitu.

Keduanya berjalan bersisian menuju loket farmasi. Naruto mengurus segalanya, Hinata hanya perlu membalas genggaman tangan pria itu seraya ikut melangkah ke sana ke mari menyelesaikan urusan administrasi.

"Sedang cuti, Dokter?" Seorang Dokter muda setengah berlari dari arah IGD dan menyapa santai.

Naruto mengangkat genggaman tangannya dengan Hinata seolah menunjukannya pada pemuda itu. "aku mengurus pasien pribadiku hari ini."

Dokter muda itu terkekeh dengan tatap menggoda. Dia dengar gosip itu, Dokter Uzumaki bersama kekasihnya semalam di ruang rawat. "Pantas nampak bersemangat."

Hinata menyerenyitkan kening, Dokter muda itu, dia seperti pernag melihatnya sebelumnya. "Maaf, kurasa aku pernah melihatmu di rumah sakit Tokyo." Ucapnya sambil mengamati. Tentu saja meski rambutnya berantakan khas anak muda, dia jelas adalah seorang Dokter. Pakaian yang dia gunakan, lengkap dengan stetoskop bergelantungan di pakaiannya.

"Dia Konohamaru, Dokter magang di Tokyo tiga tahun lalu." Naruto memberitahu Hinata, mungkin nanti akan dia jelaskan detailnya.

"Salam kenal." Konohamaru membungkukan tubuhnya dengan sopan, mereka sama berasal dari Asia kan?

Hinata mengangguk, pantas saja nampak tidak asing. Saat dulu dirinya sering pergi ke rumah sakit Tokyo untuk mengobati luka, sepertinya pemuda ini ada di sana. "Bagaimana bisa ada di sini, kebetulan sekali." Ucapnya keheranan.

"Cukup panjang untuk diceritakan." Ucap Naruto dengan helaan napas.

Semua berawal dari Kakashi yang tidak percaya bahwa Dokter muda yang membantunya menanam pelacak di tubuh Toneri dulu bisa tutup mulut, sehingga Kakashi menarik bocah itu untuk masuk menjadi salah satu agen intelegensi juga agar tutup mulut selamanya.

Ya, tentu saja itu juga dibarengi dengan evaluasi ketat yang berhasil Konohamaru lewati. Meski bermulut besar, Naruto akui anak itu berbakat sebagai Dokter.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang