26

1.8K 285 34
                                    

"Hinata.." Naruto melangkah masuk ke rumah, kebetulan pintu depan ternyata tidak dikunci, Hinata sepertinya ada di dalam dan tidak pergi ke studio.

Hening, rumah terasa hening sekali pagi itu. Biasanya pukul delapan, jika Hinata tidak pergi ke studio, akan ada suara pelarik yang diputar di ruang tengah. Hinata biasa membuat sesuatu di sana.

Naruto mendapati Hinata ternyata benar ada di ruang tengah, namun tidak duduk di kursi kayu depan pelarik, namun berbaring di sofa sedang tertidur. "Dia lupa mengunci pintu." Gumamnya seraya menghampiri.

Pria itu memeriksa kening kekasihnya, tak biasanya Hinata tertidur pukul delapan pagi. Mungkin semalam dia sulit tidur jadi sekarang kelelahan dan mengantuk. "Hinata.." dia ternyata tidak demam, tubuhnya justru terasa dingin.

Hinata membuka mata saat mendengar seseorang memanggil namanya. "Naruto, kau sudah kembali?"

Naruto mengecup pipi wanita itu sekilas. "Ya, baru saja tiba. Kau mengantuk? Kenapa tidur di sini?"

"Kepalaku sedikit pening." Hinata juga memeluk perutnya, yang sejak datang bulan rasanya sakit sekali.

Naruto menyerenyitkan kening, dia mengamati wanita itu sekali lagi, wajahnya pucat, tubuhnya dingin, dia mengeluh pening, dan nampaknya sakit perut dia terus memeluk perutnya. "Apa yang kau rasakan hm?"

Pria itu berlutut di depan sofa sekarang, meletakan tasnya di lantai begitu saja dan meminta Hinata berbaring terlentang dengan benar sambil dia periksa.

Hinata tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, namun dia merasa aneh sejak mulai datang bulan kemarin. Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk memberitahu Naruto, tapi dirinya harus bicara. "Aku tidak mengandung, Naruto."

Naruto terkejut sekali mendengarnya, untuk beberapa detik pertama dia hanya diam. Sesungguhnya sejak dia membawa Hinata menemui Dokter Kandungan, dia menganggap wanita itu tengah hamil. "Apa kau datang bulan?"

Hinata mengangguk "kemarin malam."

"Kenapa tidak memberitahuku?" Tanya Naruto, dia agak marah karena Hinata baru memberitahu.

Hinata hanya menggeleng, perutnya terasa semakin sakit saja mendengar Naruto mendesaknya dengan pertanyaan itu.

"Perutmu sakit?" Naruto menyentuh perut wanita itu. "Sejak kapan sakit? Kau pucat sekali apa kau tahu?" Dia lalu mengusap kening Hinata. "Ada yang aneh dengan datang bulannya?"

Hinata mengangguk. "Terasa sakit sekali."

Naruto bangkit berdiri setelah itu, berlari ke kamar mencari kunci mobil. "Kita ke rumah sekarang." Dugaannya satu, Hinata buka datang bulan tapi keguguran.

...

"Ini bukan datang bulan, tapi bayinya luruh, perkiraan usia kehamilan adalah empat minggu." Sakura berujar penuh penyesalan.

"Apa faktornya?" Tanya Naruto sambil menggenggam tangan Hinata yang nampak shock.

"Kehamilannya memang nampak lemah, kantung janinnya juga tidak terlihat saat awal kehamilan. Tapi sesungguhnya dia sudah ada di dalam rahimnya." Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut, Sakura menyimpulkan begitu. Kehamilannya memang lemah sejak awal.

"Usianya bukan empat minggu, tapi lima minggu." Naruto membenarkan, sebab dirinya dan Hinata sesungguhnya hanya tidur bersama satu kali setelah tiga tahun berpisah.

Sakura memperbaiki laporan pemeriksaannya. "Aku turut berduka cita, atas apa yang terjadi. Bagaimanapun juga janinnya sudah sempat ada di sana."

Hinata entah kenapa semakin sedih mendengarnya. Dia menghapus air mata di pipinya dan memalingkan wajah ke arah lain, enggan menatap monitor USG di depan ranjang.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang