Naruto membawa Hinata turun dari mobil, karena Hinata merasa malu kalau didekap seperti pengantin yang baru menikah, maka Naruto membawa wanita itu di punggungnya.
Pergelangan kaki Hinata masih cidera, Dokter tulang mengatakan Hinata belum boleh melakukan aktivitas berat dan harus istirahat penuh.
"Maaf membuatmu repot." Hinata menutupi kepala mereka dari rintik salju menggunakan selimut yang ada di mobil.
"Repot apanya, kau ringan seperti kapas." Naruto melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Mereka sepakati bahwa Hinata akan dirawat di rumah Naruto setidaknya hingga dia bisa berjalan kembali. Berjaga-jaga kalau Toneri kembali dalam waktu dekat yang tak terduga.
"Langsung istirahat saja di kamar ya." Naruto menyulap sebuah ruang di lantai satu untuk menjadi kamar darurat. Dia tidak ingin Hinata menggunakan tangga, lagipula itu memang tidak mungkin.
Hinata mengiyakan ucapan Naruto, dia agak terkejut mendapati ada kamar tidur di lantai satu, kalau tidak salah sebelumnya ruang ini adalah tempat penyimpanan buku-buku. Entah kapan Naruto menyiapkannya.
Naruto membaringkan wanita itu di atas ranjang dengan hati-hati, lalu menyelimuti kakinya dengan selimut. "Posisikan kakimu lebih tinggi dari kepala." Dia meletakan sebuah bantal di bawah kaki Hinata.
Hinata menyamankan posisinya di atas ranjang, kemudian meminta Naruto menunduk untuk dia berikan ucapan terima kasih.
Naruto duduk di tepi ranjang lalu menundukan tubuhnya untuk mengecup bibir Hinata dengan lembut, dia menjemput ucapan terima kasihnya sebelum ditawarkan.
Hinata mengecup pipi dan rahang tegas pria itu setelah lumatan singkat di bibir untuk mengakhiri ucapan terima kasihnya.
"Jadilah pasien yang patuh, minum obat tepat waktu, dan banyak beristirahat." Naruto membelai surai Hinata dengan lembut dan menyentuh kakinya dengan hati-hati.
Hinata hanya tersenyum tipis seraya mengangguk. "Sesekali apa aku boleh pergi ke studio?"
"Ya, tentu saja. Saat akhir pekan aku akan menemanimu. Kita bisa ada di studio seharian." Naruto akan dengan senang hati mengamati wanita itu bekerja.
"Aku ingin menjual semua guci ku sebelum nanti kita pergi." Hinata pikir dirinya ingin menyudahi sewa gedung studionya dalam waktu dekat dan bersiap untuk pindah. "Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Aku memiliki dua bulan sisa kontrak pertama, jadi aku akan bicara dulu dengan pimpinan di rumah sakit untuk mengakhirinya lebih cepat. Kau mau ikut denganku kembali ke Ceko?" Naruto pun tidak sabar ingin membawa Hinata ke sana.
"Ceko seperti apa?" Hinata ingin tahu seperti apa tempat itu.
"Banyak kastil di sana, rumah-rumah bergaya vintage, musim panas terasa hangat, bir laku keras di sana, dan banyak peminat barang otentik. Guci mu pasti sangat diminati." Naruto jadi rindu Ceko, rasanya ingin segera kembali ke sana.
"Pasti menyenangkan." Hinata besar di wilayah Asia, jika bisa pergi ke tempat baru bersama seorang yang sangat dia kasihi, pasti rasanya sangat menyenangkan.
"Tentu, sangat menyenangkan." Naruto menggenggam tangan kekasihnya di atas pangkuan.
"Bagaimana dengan ayahmu?" Hinata tak ingin egois, pria itu ada di sini untuk ayahnya.
"Aku akan membujuk ayahku untuk ikut ke Ceko." Naruto tak sungguh-sungguh, ayah tak akan masalah sama sekali jika dirinya kembali ke Ceko. Dia mengatakan ini sebab awalnya ini adalah alasan yang dia buat di hadapan Hinata.
...
Naruto melangkah terburu-buru ke basement, dia mendapati panggilan darurat tengah malam itu, bukan dari rumah sakit, tapi dari kantor pusat badan intelegensi di Ceko. Akan ada pertemuan daring yang sangat penting sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hands of Yours
FanfictionWanita cantik yang sering datang dengan luka saat dini hari itu, membuat Naruto ingin tahu rahasia apa yang dia simpan dibalik raut sendunya.