7

1.6K 281 51
                                    

Sepasang kekasih yang baru kembali dari makan malam itu melangkah agak cepat untuk turun dari mobil dan menghindari hujan lebat.

Naruto menggunakan jasnya untuk menutupi kepala mereka hingga tiba di bawah kanopi, meski itu sedikit sia-sia sebab mereka tetap kehujanan saat berjalan dari pekarangan.

Keduanya melangkah masuk ke dalam rumah. Naruto menggantung coatnya di balik pintu dan melepaskan sepatunya, begitupula Hinata melakukan hal yang sama.

"Bermalam lah di sini, hujan lebat sekali." Naruto sengaja tak menyalakan lampu di lantai satu.

"Em." Hinata mengiyakan permintaan pria itu. Selagi mengusap surainya yang kebasahan.

Naruto menggenggam tangan wanita itu dan naik ke lantai dua untuk beristirahat atau menghangatkan diri satu sama lain.  Ya, meski sesungguhnya ia lebih menyukai opsi ke dua.

"Kau baru saja pulih dari demam." Gumam Hinata seraya mengikuti langkah pria itu.

Kaki telanjang mereka memberi jejak basah di atas tangga kayu, dengan pembicaraan ringan menuju kamar di lantai dua.

"Kita harus minum vitamin besok pagi." Naruto menautkan tangannya dengan wanita itu.

Mungkin Naruto masih memiliki cukup banyak kesabaran di dalam dirinya sehingga dia berani meminta wanita itu tidur di sisinya malam ini tanpa melakukan apapun atau justru sebaliknya.

...

Suara mesin hairdryer terdengar dari dalam kamar diselingi tawa pelan dan perbincangan santai.

Naruto menatap pantulan diri kekasihnya di cermin. Dia membantu wanita itu mengeringkan surainya selepas membersihkan diri. "Sekarang suraimu tak lagi beraroma lavender."

Hinata meraih helaian rambutnya dan menghirup aroma menthol khas pria, tentu saja sebab dia menggunakan shampoo milik pria itu tadi. "Sekarang menjadi sama dengan aroma suraimu."

Naruto terkekeh, dia menundukan tubuh dan mengecup puncak kepala wanita itu. "Aku tetap menyukainya."

"Benarkah?" Tanya Hinata sambil mendongak.

Naruto mengecup bibir wanita itu "semua yang ada padamu, aku menyukainya."

Keduanya tersenyum menatap mata satu sama lain. Sejak Naruto menyatakan kesungguhannya untuk menjadikan Hinata sebagai kekasih, mereka mulai menjalani ini, setiap hari dipenuhi gelitik menyenangkan di dasar hati.

Naruto meletakan hairdryernya di atas meja dan membawa wanita itu berdiri dari kursi dan pergi ke ranjang.

Hinata duduk di tepian ranjang besar itu. Sejak dirinya bermalam beberapa kali di sini, dia meletakan beberapa helai pakaiannya untuk digunakan. Hanya pakian terusan yang nyaman karena biasanya dia kemari hanya untuk memasak dan makan bersama pria itu.

"Kau ingin memejamkan mata atau tidak?" Naruto menawarkan selagi berdiri di samping ranjang di mana Hinata duduk di sana.

"Memejamkan mata untuk apa?" Hinata bertanya tak mengerti soal tawaran yang Naruto katakan.

Naruto kemudian melepaskan kaus hitamnya dan meletakannya begitu saja di kursi.

Jika tahu memejamkan mata untuk ini, Hinata pasti memilih memejamkan mata saja namun jeda waktu yang pria itu berikan untuk memilih terlalu sempit.

Naruto anggap ini kemajuan pada hubungan mereka yang terasa seperti remaja tanggung jatuh cinta. Dia ingin tidur dengan wanita itu dan inilah dirinya yang sesungguhnya. "Aku tak suka tidur mengenakan pakaian."

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang