30

2K 259 22
                                    

Keduanya berdiri bersisian di atas altar sebuah gereja di tengah kota Praha, mengucapkan janji pernikahan yang sakral itu.

Rasanya mendebarkan, bahagia dan juga haru.

Di luar gereja, hujan salju sepertinya masih turun. Namun gereja pagi itu terasa hangat sekali.

Hinata sempat menoleh dan mendapati jajaran kursi-kursi gereja itu dipenuhi teman, kerabat, dan keluarga Naruto.

Rasanya seperti mimpi, tak pernah Hinata berpikir akan mendapati keluarga sebesar ini.

Naruto mengusap lembut punggung tangan Hinata dengan ibu jarinya. Wanita itu terus meneteskan air mata selama pemberkatan berlangsung.

Hinata menundukan pandangannya dan membalas genggaman tangan pria itu selagi mendengar tiap kalimat yang memberkati pernikahan mereka.

Gaun putih yang indah itu menjuntai di tangga menuju altar, nampak indah dan memancarkan keanggunan sang mempelai wanita, di sisinya si mempelai pria dengan tuxedo hitam berdiri tegak dan tenang di tengah pemberkatan.

Keduanya nampak serasi, berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup bersama selamanya.

...

"Terima kasih sudah memberiku keluarga." Hinata membelai pipi pria itu dengan lembut dan tersenyum ke arah suaminya.

Naruto mengecup pipi Hinata dengan lembut. "Terima kasih sudah mau jadi istriku, Hinata."

Keduanya saling memeluk erat, membagi rasa lega dan bahagia ini pada satu sama lain.

Hinata meletakan kepalanya di bahu Naruto seraya mendekap punggungnya dengan erat.

Naruto mengusap pinggul istrinya dan membisikan kata penenang untuk wanita itu sebab dia terus menangis haru.

"Adegan selanjutnya bisakah dilanjutkan di rumah saja?" Ucap Minato seraya menepuk punggung putranya yang begitu turun dari altar langsung memeluk istrinya erat-erat.

Naruto melerai pelukannya dengan Hinata dan terkekeh. "Tentu saja, Ayah." Dia menoleh ke arah ayahnya.

Hinata menghapus air matanya. "maaf, Ayah."

Minato mengusap punggung menantunya dengan lembut dan tersenyum maklum pada Hinata yang masih merasa emosional.

Naruto mengusap pipi Hinata dengan sapu tangan di sakunya. Dia mengecup punggung tangan wanita itu untuk menyudahi sesi haru tersebut.

...

"Kalian menangis hm?" Tanya Naruto setelah memeluk singkat dua sobat abadinya yang duduk di jajaran kursi terdepan.

"Ck, untuk apa menangis." Ucap Shikamaru seraya mendengkus.

"Tolong singkirkan tisu penuh air matamu ini." Temari memberikan gumpalan tisu di tangannya kepada Shikamaru.

Shikamaru menatap kekasihnya sambil menghela napas pelan. Wanita ini selalu berhasil memperlakukannya.

Naruto tertawa pelan "sudah kuduga akan begini." Dia menepuk bahu Shikamaru dengan pelan sambil mencemoohnya.

"Sasuke sibuk berdehem pelan, untuk menghentikan tangisnya." Sakura menambahkan kegelian di tengah harunya suasana.

"Tak perlu menahan diri, aku tahu kau bersedih." Naruto menyikut pelan perut Sasuke.

"Ck, tidak." Ucap Sasuke seraya menepis lengan Naruto.

Ketiganya tertawa setelah itu. Tak menyangka hari ini salah satu dari mereka melepaskan masa lajang dan menikah.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang