24

1.5K 260 37
                                    

Hinata bersedekap di depan teras kediamannya sambil menatap mobil hitam yang perlahan memasuki halaman dan sang pengemudi melangkah keluar membawa sebuah koper berukuran cukup besar.

Satu jam lalu Hinata menerima sebuah telepon darurat dari Naruto, yang sebenarnya hanya berisi informasi bahwa pria itu akan menetap di rumahnya sampai dua minggu ke depan.

Belum sempat Hinata mengatakan penolakan, pria itu menutup teleponnya secara sepihak lalu sekarang dia benar-benar datang dengan sebuah koper.

"Tunggulah di dalam, dingin sekali di luar." Naruto bergegas mengunci mobilnya dan membawa barangnya ke teras kediaman Hinata.

Karena udara memang sangat dingin malam ini, maka Hinata membiarkan pria itu masuk terlebih dahulu sebelum mereka memulai perdebatan.

Naruto meraih tangan wanita itu dan mengusapnya lembut. "Kau menunggu berapa lama di luar?" Tanyanya sambil membuat genggaman wanita itu terasa hangat.

"Aku belum sempat bicara, kenapa mematikan telepon?" Hinata bertanya kepada pria itu.

"Jika kau tanya untuk apa aku di sini, aku akan berikan jawabannya sekarang. Aku di sini sebagai Dokter pribadimu hingga dua minggu ke depan, aku juga bisa menangkap rakun, dan hewan lain di rumahmu." Naruto menjabarkan dengan senang hati apa yang dirinya akan lakukan untuk wanita itu.

"Aku juga bisa jadi instruktur olahraga, teknisi listrik, penjaga keamanan, dan apapun itu. Aku bisa melakukan banyak hal untukmu, Hinata." Naruto yakin dirinya tidak akan membuat Hinata kerepotan, justru dirinya akan membantu.

Hinata tiba-tiba saja merasa pening mendengar semua itu. "Tapi kita bukan lagi sepasang kekasih, kita tidak bisa tinggal bersama di sini."

Naruto nyaris tertawa mendengarnya. "untuk apa disebut kekasih. Kau akan jadi Ibu dan aku akan jadi Ayah."

Hinata merasa terkejut Naruto mengatakan hal itu. Nampak seolah pria itu benar-benar menantikan kehamilannya.

"Jangan sampai merasa stress, aku tidak akan menyulitkan hidupmu, percayalah." Naruto mungkin bisa bicarakan soal pernikahan nanti setelah memastikan Hinata benar hamil. Untuk saat ini wanita itu harus tenang dan fokus pada kondisinya.

Hinata tak lagi bisa mengelak atau menyela pria itu. Karena dia tahu dalam sebuah perdebatan, ia tak akan bisa memenangkannya. "Tidurlah di sofa, sudah kuletakan bantal dan selimut."

"Sofa?" Naruto agak terkesiap, padahal dirinya sangat ingin memeluk wanita itu saat tertidur nanti, mengusap perutnya dengan lembut sambil menyatakan cinta. Tapi sepertinya rencana itu hanya akan jadi rencana selamanya.

"Em, selamat beristirahat." Ucap Hinata seraya pergi ke kamar dan menutup pintu. Dia tidak ingin meneruskan perdebatan karena kebetulan sudah cukup larut saat ini.

...

Naruto memastikan semua pintu dan jendela terkunci, sebelum dirinya tertidur dan beristirahat di sofa kecil yang tak nampak nyaman itu. Namun dirinya terima, asal bisa dekat dengan Hinata dan menjaganya hingga dua minggu ke depan.

Pria itu membuang sekotak cerutunya ke tempat sampah di dapur, jika Hinata benar hamil, dirinya harus berhenti menyesap cerutu, kasihan wanita itu kalau sampai menghirupnya.

Dia juga meletakan beberapa vitamin tambahan yang dia beli di rumah sakit ke dalam kotak obat milik Hinata, menyetok banyak buah di lemari es, makanan sehat, hingga peralatan yang kemungkinan dibutuhkan oleh wanita hamil.

Ya, isi koper hitam yang dia bawa bukanlah pakaiannya, tapi berbagai kebutuhan yang mungkin Hinata perlukan dalam masa krusial dua minggu ini.

Pakaiannya ada di mobil, hanya beberapa stel, karena pakaian tidak begitu penting bagi Naruto.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang