Hinata pikir, dirinya akan mati pagi itu. Namun ternyata tubuhnya cukup kuat untuk bisa tetap terjaga meski darah mengalir dari hidungnya.
"Kau akan ke Fukuoka?" Toneri meraih sebuah dokumen di dalam koper yang isinya sudah kacau berantakan di dalam mobil.
Hinata dibawa pergi ke tempat asing di tepi jalan sepi hanya untuk dipukuli di dalam mobil. Dia ingin lari, ingin keluar dari sana namun Toneri mengunci pintunya, dan menghajarnya tanpa ampun.
Entah berapa banyak tamparan Hinata terima pagi ini, benturan kepala di kaca dan dashboard serta jambakan di surainya.
Hinata menangis terisak, bukan karena rasa sakit yang dia rasakan di seluruh tubuhnya, tapi karena dia merasa begitu menyedihkan.
Jika hidup hanya untuk dipukul dan disakiti, kenapa dirinya tidak mati saja sejak lama?
Pagi tadi dirinya merasa begitu bahagia, Naruto memeluknya erat, membelai surainya, mengecup keningnya lalu hanya dalam kurun waktu kurang dari dua jam, semua berubah jadi neraka.
"Aku membencimu, Toneri." Hinata berucap dengan suara tercekat.
Toneri meraih tengkuk wanita itu dan membenturkan kepalanya secara kasar ke kaca mobil, dia lalu mencekal leher wanita itu. "Katakan lagi."
Hinata tercekat, matanya terbelalak saat perlahan-lahan cekalan di lehernya terasa kian kuat dan ketat.
"Kau mengabaikan ucapanku dan berencana pergi ke Fukuoka. Ini adalah hukuman bagimu." Toneri mencekal leher wanita itu hingga dia tersedak.
Toneri melanggar peraturan kartel dengan menggunakan pesawat terbang hanya untuk menemui Hinata sebelum dirinya berangkat ke Singapura untuk pengiriman besar-besaran selanjutnya. Totalnya seratus delapan puluh enam kilogram.
Mungkin ini akan jadi perjalanan singkat yang berbahaya maka dia ingin bertemu dengan Hinata sebentar saja.
Namun yang dia dapati adalah hal mengejutkan. Wanita itu ada di bandara, duduk di kursi dengan sebuah koper besar di sampingnya. Satu hal yang muncul dalam benak Toneri adalah wanita itu akan pergi lari darinya.
Pantas saja selama di Beijing dirinya tidak merasa tenang hingga akhirnya memaksakan diri untuk datang ke Tokyo hanya demi menemui wanita itu.
Dia mengambil alih mobil seorang suruhannya yang menjemput di bandara dan menyeret Hinata kemari untuk diberikan pelajaran.
Hinata masih memegangi lehernya yang terasa sakit, namun tanpa di duga, Toneri membuka pintu mobil dan menyeret Hinata tanpa ampun ke atas aspal diujung jalan sepi.
"Kau menggunakan kakimu untuk lari dariku, jadi kupastikan kau tak bisa menggunakannya sampai aku kembali." Toneri berucap penuh artti.
Hinata terkesiap saat kaki kirinya diinjak kuat kuat, tepat di sendi pergelangan kaki tanpa ampun, membuat Hinata memejamkan mata karena kesakitan.
Hinata tersungkur di atas aspal, kakinya mungkin patah atau sekedar terkilir, dia tidak tahu namun saat Toneri menginjaknya kuat-kuat dengan sepatu, rasanya sakit sekali.
"Sekarang merangkaklah untuk pergi dariku." Ucap Toneri. Dia naik ke dalam mobil dan meninggalkan Hinata di sana, seorang diri di jalan aspal yang sepi itu.
Wanita itu menjatuhkan dirinya di atas aspal dan memejamkan mata dengan tangisan yang tertahan di bibir. Ponselnya bergetar di dalam saku coat.
Hinata meraihnya dan mematikan ponsel dengan susah payah. Dirinya janji akan menelepon Naruto dua jam setelah take off, namun dirinya belum tiba di Fukuoka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hands of Yours
FanfictionWanita cantik yang sering datang dengan luka saat dini hari itu, membuat Naruto ingin tahu rahasia apa yang dia simpan dibalik raut sendunya.