8

1.5K 271 48
                                    

"Apa maksudnya ini?" Hinata bertanya kepada Naruto yang sibuk membaca sebuah buku tebal soal jaringan kulit manusia.

Naruto menunjuk sebuah gambar yang ada di buku. "Penyembuhan luka bekas operasi terbagi tiga, primer, sekunder, dan tersier. Primer untuk luka normal, sekunder untuk luka kotor yang terkontaminasi, dan tersier untuk luka kotor yang masih baru."

Mereka duduk bersandar pada lengan sofa panjang di ruang tengah kediaman Naruto. Hinata menemani pria itu membaca buku, ikut duduk bersandar di dada pria itu untuk membaca buku-bukunya meski Hinata tak memahaminya.

"Ah begitu." Hinata bergumam, dia kemudian membalikan buku di pangkuan Naruto dan membaca kelanjutannya.

"Kau senang membaca?" Naruto menghirup aroma surai Hinata yang kembali beraroma lavender.

"Em." Hinata mengangguk. Di samping kegiatan seni, Hinata juga menyukai yoga, pilates, juga membaca buku, hal-hal yang membuatnya merasa tenang dan sepi.

Naruto membelai lengan Hinata dengan lembut, bicara soal luka, dirinya jadi ingat saat lengan wanita itu dipenuhi lebam. Dia memeriksa lengan atas sebelah kiri waktu itu. "Bekas luka jahitanmu masih nampak samar, apa kau ingin menghilangkannya? Aku kenal Dokter Bedah Plastik yang sangat bagus, kita bisa pergi menemuinya."

Hinata menyentuh bekas luka jahit itu. "Tak apa, ini kan hasil jahitan tanganmu." Dirinya bergumam. "Aku akan mengingatnya sebagai sebuah kenangan."

"Ada baiknya kenangan buruk dilupakan dan buat kenangan indah baru untuk menimbunnya." Naruto tak suka menyimpan luka, dirinya lebih senang melupakan atau mengakhiri luka itu. Seperti luka yang tak tertolong, dirinya lebih senang memotongnya dengan amputasi.

"Kenangan yang kusimpan adalah soal dirimu menyelamatkanku di pagi buta mengobati luka itu." Hinata mendongak. "Semua memori di kepalaku soal dirimu adalah memori indah, jangan khawatir."

Naruto menutup buku di tangannya dan mendekap wanita itu dengan kedua tangannya. "aku mencintaimu."

Hinata terkekeh kemudian dia menoleh sedangkan Naruto menundukan tubuhnya untuk sebuah ciuman tepat di bibir.

Keduanya kembali saling melumat. Sejak seminggu terakhir Hinata telah bermalam di sini. Mereka sudah bersama sejak pulang bekerja hingga pagi. Terkadang Naruto memiliki panggilan darurat ke rumah sakit di tengah malam namun Hinata tak masalah sama sekali.

Hinata akan membiarkan pria itu bekerja seperti biasa, kemudian menyambutnya di rumah dan kembali memeluknya di atas ranjang saat pria itu kembali dari panggilan darurat di rumah sakit.

"Ayo beristirahat ke kamar." Naruto berucap lebih dulu.

Hinata menggeleng, dia membaringkan tubuhnya di atas sofa. "Aku ingin menonton TV."

Naruto memeluk wanita itu dengan erat dan ikut berbaring nyaman di sana. "kau bilang acara TV tengah malam semuanya membosankan."

"Mungkin sudah berubah sekarang." Hinata memilih channel yang sebelumnya mereka lihat bersama.

Naruto masih memeluk wanita itu dengan santai, sesekali menyentuh pinggul rampingnya di bawah selimut yang mereka bagi berdua.

Tiga menit, lima menit, sepuluh menit berlalu Naruto menyerenyitkan kening saat melihat tas kerjanya di atas meja, di sebelah kanan kantung kecil terdapat sebuah benda hitam mencuat keluar.

Naruto beranjak dari sofa "aku ingin meletakan tas kerjaku di kamar." Ucapnya kepada Hinata.

Hinata hanya bergumam dan mengiyakan. "Baiklah."

Naruto meraih benda kecil yang nampak asing itu dan memejamkan mata seraya menahan geram. Penyadap milik Shikamaru kenapa ada di tasnya? "Sasuke keparat." Makinya dalam hati.

Hands of YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang