Naruto menekan pengaturan di pemrograman milik Shikamaru dan menyambungkan kembali interkom milik Hinata.
Semalam sambungan interkom sempat diputuskan sebab situasi di sana terdengar aman. Hinata bicara dengan Toneri yang tak nampak kalut dan juga kebetulan ada pertemuan mendesak dengan pusat yang berlangsung selama empat jam penuh untuk misi penanaman pelacak malam ini.
Suara yang pertana terdengar begitu sambungannya kembali, tak begitu jelas. Mungkin Hinata membawa clutchnya berjalan jadi ada debaman dan gesekan.
Naruto mengenakan headphone dan duduk di kursi kerjanya untuk menunggu apa situasi yang tengah terjadi di sana.
...
Toneri melempar semua barang yang dia pikir penting ke kursi penumpang secara asal. Clutch, tas pakaian, dan beberapa dokumen. Sebelum akhirnya membawa tubuh Hinata yang tak sadarkan diri untuk di letakan di kursi depan di samping kursi pengemudi.
Setelah memastikan semua barang penting terbawa, Toneri menduduki kursi pengemudi dengan terburu-buru dan mengeluarkan mobil dari garasi.
"Batalkan tiket pesawatnya, aku akan menggunakan kapal ke Beijing, kutunggu di pelabuhan tiga puluh menit dari sekarang." Toneri berucap melalui telepon kepada orang suruhannya.
"Kau gila, tiga puluh menit?!" Suara yang di loudspeaker melalui radio mobil.
"Jangan banyak bicara atau kubunuh kau keparat." Toneri berteriak marah. Dia kehabisan kesabarannya. Akan dia bawa Hinata ke Beijing hari ini juga.
Wanita itu ternyata telah mengkhianatinya selama ini.
"Kau mengabaikan ucapanku, dan sekarang kubuktikan segalanya kepadamu Hinata." Toneri menatap wanita yang ada di sampingnya, berlumuran darah di dress abunya yang terlihat kusut.
Hinata separuh sadarkan diri saat dia di dudukan di kursi mobil, matanya terasa berat seolah enggan membuka. Seluruh tubuhnya terasa sakit, terutama kening bagian kiri. Sesuatu terasa terus mentes ke pakaiannya, kental dan berwarna merah. "Tolong aku."
"Tutup mulutmu, jalang." Toneri membentak keras. "Katakan siapa pria yang tidur denganmu, akan ku ampuni semua kesalahanmu."
Hinata menjatuhkan kepalanya ke jendela karena rasanya tidak sanggup lagi menahan kepalanya tetap tegak. Dia dengar samar-samar pertanyaan itu.
Toneri menjambak surai Hinata dengan kasar. "Akan kupastikan kau buka mulut begitu kita ada di atas kapal atau kulempar kau ke laut malam ini."
Hinata kembali jatuh tak sadarkan diri. Dia terus saja jatuh pingsan lalu terjaga, tubuhnya letih dan kesakitan.
...
Naruto menekan tombol darurat pada situs komunikasi agen intelegensi bersama pusat.
"Ada apa?!" Shikamaru menghampiri monitor saat mendengar panggilan darurat.
Sasuke beranjak dari sofa dan tersentak kaget. Rasanya dia baru saja memejamkan mata.
"Ubah rencana, Toneri pergi ke pelabuhan untuk ke Beijing dalam tiga puluh menit." Naruto bicara ada panggilan darurat itu lebih dulu.
"Sial!" Sasuke mengumpat frustasi. Mereka tak bersiap untuk skenario kecelakaan itu malam ini juga.
Shikamaru melakukan panggilan lain. "Siapkan truck ke arah pelabuhan. Ku periksa satelit sekarang juga."
"Jangan tabrak mobilnya sebelum kuberi tanda, Hinata ada di dalam mobil." Naruto kemudian berlari keluar dari basement.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hands of Yours
FanfictionWanita cantik yang sering datang dengan luka saat dini hari itu, membuat Naruto ingin tahu rahasia apa yang dia simpan dibalik raut sendunya.