Hinata mengurus sendiri proses rujukannya ke rumah sakit di Yokohama. Dirinya tidak ingin berada di sini, dekat dengan Toneri ataupun Naruto. Perawat dan petugas rumah sakit menawarkan bantuan kepadanya bahkan memintanya melapor ke polisi. Namun Hinata terlalu lelah untuk itu, dia hanya ingin beristirahat dengan tenang, itu saja.
Wanita itu berbaring miring menatap keluar jendela di ruang rawatnya. Apa yang harus dirinya lakukan setelah ini?
Untuk kali ini Hinata ingin sendirian, ingin lari selamanya dari masa lalu. Bahkan meski dirinya sangat takut sendirian, jika itu bisa membuatnya tenang dan lepas dari rasa sakit, Hinata akan menghadapinya.
Setetes air matanya jatuh ke pipi. Naruto mengirimnya kembali kepada Toneri, membiarkan dirinya dipukuli sekali lagi setelah berjanji tidak akan meninggalkannya. Jadi siapa yang harus Hinata percayai sekarang?
Tentu saja tidak ada kan?
Wanita itu meraih ponselnya di atas nakas, hanya ini yang dirinya bawa dari rumah sakit Tokyo, sebuah clutch berisi dompet dan ponsel.
Kepolisian yang memberikannya, katanya ditemukan di dalam mobilnya yang ringsek berat akibat kecelakaan.
Hinata menonaktifkan ponselnya sementara waktu.
...
Naruto terus mendengar wanita itu terisak melalui interkom. Dia telah dihantui rasa bersalah, harus membiarkan Hinata berkorban untuk situasi ini.
Pria itu menjambak surainya dengan kasar dan memejamkan mata di depan monitor, mengenakan headphone yang tersambung pada interkom yang sejak tadi menguarakan isakan pilu.
"Maafkan aku, Hinata.
Wanita itu telah dipindahkan ke rumah sakit Yokohama karena tidak ingin bertemu dengan Toneri. Naruto setuju, meski Hinata menolak mentah-mentah ditemani di sana atau bahkan dibantu untuk rujukan ke sana.
Naruto mengerti, Hinata butuh lebih banyak waktu untuk bisa bangkit kembali setelah sering kali jatuh dan jatuh lagi.
Nanti mereka akan bertemu saat kalut itu mulai reda.
...
Toneri melangkah dengan wajah pucat, akhirnya dia kembali ke Beijing dan tiba pagi itu. Dia terus memegangi perutnya yang terasa sakit, entahlah sejak kecelakaan itu terjadi dirinya tidak bisa makan dan tidur dengan tenang, Hinata menghilang mungkin melarikan diri.
Nanti dirinya bisa mencari wanita itu, namun untuk saat ini dirinya harus kembali ke Beijing karena sejak pergi ke Singapura dirinya belum kembali, ditambah lagi dirinya sempat tak sadarkan diri di rumah sakit selama tiga hari penuh.
Pria itu melangkah turun dari mobil hitam mewah yang menjemputnya di pelabuhan.
"Langsung ke markas." Pinta Toneri kepada supir dari kartel tersebut.
"Tuan Hamura mencarimu ke mana-mana." Ucap sang supir dengan tatap yang tak biasa melalui kaca tengah.
"Dia pikir aku akan membawa lari uang pengiriman ke Singapura?" Toneri bertanya seraya mendengkus.
"Ya, dia mencurigaimu." Supir itu dengar banyak hal terjadi di markas dalam kurun waktu seminggu.
"Sial." Toneri mengumpar marah. Tidak mungkin dirinya berani menggelapkan uang kartel. Bahkan meski hanya satu sen pun.
...
Sebuah pintu besi terbuka, itu nampak seperti sebuah bengkel mobil tua dari luar, namun tak ada teknisi yang bekerja memperbaiki mobil, melainkan para pria yang hanya menyesap cerutu dan sibuk bertelepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hands of Yours
FanfictionWanita cantik yang sering datang dengan luka saat dini hari itu, membuat Naruto ingin tahu rahasia apa yang dia simpan dibalik raut sendunya.