Di telaga dan di ujung daun itu
Rindu adalah perjalanan mengurai waktu
Menjelma pertemuan demi pertemuan
Catatannya tertulis di langit malam
Di telaga dan di ujung daun itu.Kepada Noor
Jangan lupa Vote&Comment!
____________________________________
"Pagi, Kana."
Kanaya tersenyum membalas sapaan gadis yang tidak Kanaya ketahui namanya.Kanaya anggota OSIS. Karena itulah banyak yang mengenalnya. Bahkan saat MPLS Kanaya selalu di panggil oleh adik tingkatnya dengan sebutan 'Kakak baik hati'
Kanaya meringis mengingatnya. Baik hati apanya? Ia bahkan sewaktu-waktu bisa berubah menjadi macan jika sedang marah. Terlebih jika sudah bergelut dengan Raga.
"Kanaya." Seseorang memanggil namanya. Dengan cepat Kanaya menoleh, Ia dapat melihat Pak Budi sedang berdiri tegap di depannya. Jangan lupakan kumis tebal dan perut buncit nya yang selalu menjadi ciri khas guru matematika itu.
"Ya, pak?. " Balas Kanaya dengan sopan. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Pak Budi.
Pak Budi menghela napas berat. "Maaf kan saya, Kanaya. " Pak Budi berujar. Wajahnya menampilkan raut merasa bersalah.
"Maaf? Maaf kenapa ya, Pak? " Kanaya merasa bingung dengan berdiri nya pak Budi di depannya. Dan sekarang?Untuk apa Pak Budi meminta maaf kepada Kanaya?
"Maaf, hari ini Saya tidak bisa mengajar. Bisa kamu menggantikan Saya? Tiba-tiba Saya ada urusan mendadak. "
Kanaya ber-oh ria. Astaga, ternyata hanya jamkos. Gurunya ini suka sekali berbelit-belit.
" Baik, Pak. " Kanaya tersenyum sopan. Jauh dari lubuk hatinya,Ia sedang bersorak kegirangan. Yes!jam matematika kosong? Ia bisa menghabiskan jam matematika dengan pergi ke kantin bersama dua curutnya.
"Saya percayakan kepada mu, Kanaya. Tolong sampaikan pesan Bapak kepada teman-temanmu agar mereka tetap tenang. " Perlahan Pak Budi menghilang dari pandangan Kanaya.Ia kembali melanjutkan langkah nya. Berjalan dengan riang memasuki kelas 11 MIPA 1.
_______________________________
Kanaya menatap penghuni kelas dengan tatapan datar. Astaga, ini masih pagi! Mengapa penghuni kelasnya sudah merusuh saja?
Bahkan di belakang sana Jaya sudah menggelar tikar bersiap untuk tidur!
Menghiraukan teman-teman satu kelasnya. Kanaya berjalan ke arah meja Asyifa, sekretaris kelasnya.
"Syifa, ada titipan tugas dari Pak Budi." Kanaya menyerahkan selembar kertas yang berisi tugas matematika. Syifa hanya mengangguk sebagai jawaban.
Saat hendak berbalik pandangan Kanaya jatuh pada sosok Navendra yang sedang tertidur pulas. Terlihat sama sekali tidak terusik dengan keadaan kelas saat ini.
"Dia selalu tidur kalau udah masuk kelas. " Asyifa berceletuk, seolah mengerti dengan tatapan Kanaya.
"Setiap hari?" Kanaya bertanya dengan menarik salah satu kursi kosong di sampingnya. Tiba-tiba jiwa gosipnya meronta-ronta.
"Iya, Kana! Bahkan dulu pas gue pulang telat gara-gara piket dia masih tidur di kelas sendirian. " Amel menyela, teman satu bangku Asyifa.
"Gila tuh orang. " Kanaya bergumam pelan, namun mampu di dengar oleh ketiga orang yang berada di sana.
Asyifa dan Amel hanya manggut-manggut tanda setuju.
Navendra tersenyum tipis mendengar Kanaya berceletuk. Sebenarnya Ia sudah terbangun saat mendengar suara Kanaya yang sedang berbicara dengan Asyifa.
_____________________________________
Jam menunjukkan pukul 4 sore. Kanaya mendongak menatap langit cerah yang sudah tergantikan dengan awan hitam. Sepertinya akan turun hujan.
Kanaya mengedarkan pandangan nya ke seluruh parkiran sekolah. Hanya tersisa 6 motor yang Kanaya yakini pasti motor milik anggota OSIS.
Hari ini Kanaya ada rapat OSIS. Gibran mengirimkan pesan di grup OSIS nya. Mengatakan bahwa akan ada rapat dadakan setelah pulang sekolah.
Kanaya mendengus. Hingga pandangannya tertuju pada satu sosok laki-laki yang akhir-akhir ini mampu mengusik ketenangan nya.
Navendra, laki-laki itu sedang duduk di halte sekolah sendirian.Dengan earphone putih yang menempel apik di telinganya.
Kepala nya bergerak naik turun menyesuaikan iringan lagu yang di dengarnya. Kanaya terkekeh melihatnya.
Sampai Kanaya mendapat sebuah ide bagus! Dengan cepat Ia mengambil ponsel yang terletak di saku seragamnya.
'Abang hari ini gausah jemput Aya ya, Aya mau mampir ke rumah Elena. '
Begitulah kira-kira pesan yang Kanaya kirimkan kepada Bang Jovan.Kanaya melangkahkan kakinya menuju halte bus. Mendudukkan badan lelahnya di atas halte.
Kanaya melirik kesamping, laki-laki itu tampak masih terpejam seakan tidak merasa terganggu dengan kehadirannya.
'Sapa nggak ya? ' Kanaya berbicara dalam hati. Ia ingin menyapa Navendra atau sekedar basa-basi tentang tugas kelompoknya mungkin?
"Naven." Kanaya memanggil dengan sangat pelan.
"Naven."
"Navendra."
Begitu terus sampai akhirnya..
"NAVENDRA!"
Kanaya memanggilnya dengan keras. Berhasil! Navendra menatap gadis yang berada di samping nya dengan pandangan bertanya.
"I-itu gue mau tanya soal tugas kelom--"
Belum selesai Kanaya melanjutkan ucapannya. Navendra tiba-tiba berdiri dan meninggalkan Kanaya seorang diri.
Hal itu mampu membuat Kanaya melongo dibuatnya. Namun Ia kembali menutup mulutnya saat melihat bus berhenti tepat di depannya. Dengan cepat Kanaya beranjak, melangkahkan kakinya menyusul Navendra yang sudah lebih dulu naik ke dalam bus.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionAlana bukan gadis yang suka ikut campur dengan urusan orang lain, tetapi saat melihat Gamana. Sesosok laki-laki dingin yang sulit berinteraksi dengan orang lain membuat seorang Alana Dahayu tertantang untuk mendekati nya. Sampai suatu peristiwa yang...