15 Rumah Navendra

120 9 0
                                        

Wisata masa lalu
Kau hanya merindu
Mencari pelarian
Dari pengabdian yang terbakar sirna
Mengapur berdebu

Secukupnya.

Jangan lupa Vote&Comment!

____________________________________

Kanaya memandang rumah di hadapannya dengan pandangan ragu. Rumah itu terlihat sangat sepi, seperti tidak adanya tanda-tanda kehidupan.

'Ketuk nggak ya? ' Kanaya bergumam dalam hati. Jujur ia sangat takut sekarang. Di tambah melihat adegan kemarin sore, membuat bulu tangannya meremang saat ini juga.

'tapi nanti kalo ada om-om sadis itu gimana? bisa mati gue. ' Kanaya kembali bergumam dalam hati. Tangannya terulur untuk mengambil handphone yang terletak di saku seragamnya. Berniat mengirimi Navendra pesan.

Namun, belum sempat mengambil handphone, pandangannya jatuh pada sesosok wanita cantik. Mungkin umurnya sama dengan sang Bunda.

"Permisi tante. " Kanaya menunduk dengan sopan, tak lupa menyalami tangan wanita itu. Kanaya terdiam sejenak. Ia dapat melihat banyak lebam kebiru-biruan di tangan wanita itu.

"Ya, Nak? Ada yang bisa saya bantu? " Sang wanita berujar dengan pelan. Membuyarkan lamunan Kanaya.

"Saya mencari Navendra, Tante. Benar ini rumahnya? "

Wanita itu tampak menatap Kanaya terkejut, seolah tidak percaya dengan apa yang gadis itu ucapkan. ''Kamu, Kamu siapa?" Wanita itu bertanya balik. Tidak berniat menjawab pertanyaan Kanaya.

"Saya Kanaya, Tante. Teman satu kelas Navendra. " Kanaya sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Wanita di depannya ini tiba-tiba memandang nya takut. Seolah Kanaya adalah orang jahat yang harus ia jauhkan dengan Navendra.

"Ah, Jadi kamu temannya? Benar ini rumah Navendra. Anaknya ada di dalam, Kanaya. "

"Ngomong-ngomong, Saya Bunda Navendra. "

Kanaya menatap wanita di depannya dengan pandangan tidak percaya. Jadi ini Bunda Navendra? Wanita yang kemarin ia lihat di siksa habis-habisan oleh Ayah Navendra?

"Nak, kenapa melamun? Mari masuk. " Bunda Navendra kembali membuyarkan lamunan Kanaya, menuntun gadis itu untuk masuk kedalam rumahnya.

___________________________

Satu kata yang dapat mendeskripsikan rumah ini, Nyaman. Ya, rumah ini terlihat sangat nyaman dengan ukuran yang tidak terlalu besar maupun kecil. Dinding yang penuh dengan foto Navendra ketika masih kecil. Jangan lupakan pemandangan yang indah saat membuka lebar jendela ruang tamu. Sangat indah, pantas saja Navendra betah berada di rumah ini.

"Kanaya ingin minum apa, Nak? " Bunda bertanya, menghampiri Kanaya yang sedang asik memandangi rumahnya.

"Tidak usah repot-repot, Tante. Maaf ya, Kanaya merepotkan. " Kanaya meringis tidak enak.

Bunda terkekeh, gemas melihat gadis remaja di hadapannya.Ia berjalan mendekat ke arah Kanaya. Menuntunnya untuk duduk di kursi sebelahnya.

"Jadi ini yang namanya, Kanaya. " Bunda Navendra mangut-mangut mengerti. Ia mengerti sekarang. Gadis yang berada di hadapannya ini adalah gadis yang sudah lama Navendra indam-idamkan. Ia selalu bercerita kepada sang Bunda ketika tidak bisa tidur.

Ternyata benar, gadis itu sangat cantik dan lemah lembut. Persis dengan apa yang Navendra ceritakan kepada sang Bunda.

"Iya tante, saya Kanaya. " Ujar Kanaya. Tangannya sibuk menggaruk belakang kepalanya. Tersenyum canggung.

"Cantik ya, lucu lagi. " Bunda ber celetuk membuat Kanaya melotot kaget.

"Jika kamu memanggil saya Bunda, apa kamu keberatan, Kanaya?" Bunda Navendra sangat ingin dipanggil gadis di depannya dengan sebutan Bunda. Awalnya ia merasa penasaran dengan gadis yang di idam-idamkan sang putra. Bunda takut putra nya menyukai gadis yang tidak baik. Bukannya membuat Navendra bahagia, justru gadis itu akan menambah luka di hati Navendra.

Lamun saat melihat Kanaya, bunda dapat tersenyum lega. Putra nya itu memang tidak salah menyukai perempuan.

"B-bunda?" Kanaya berujar. Ia tersenyum canggung

"Iya seperti itu, astaga manisnya. " Bunda bangun dari duduknya. Tangannya ia arahkan untuk mendekap hangat Kanaya.

"Tolong jangan sakiti Navendra ya? jika kamu tidak tahu, Navendra memiliki banyak luka. Dia mungkin terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang. Namun di dalam lubuk hatinya. Navendra hanya anak laki-laki bunda yang tidak pernah mendapatkan bahagia. "

"Jika kamu sudah tidak menyukai Navendra, tolong katakan yang sejujurnya. Jangan tetap menjalin hubungan dengannya tanpa adanya rasa cinta. Navendra tidak akan menyukai itu, Nak. " Bunda kembali ber celetuk. Tangannya sibuk mengelus surai hitam Kanaya.

"Jika sesuatu terjadi di antara kalian, tolong jangan pernah tinggalkan Navendra, ya? "

"B-baik bunda. " Kanaya menjawab dengan pelan? Meninggal kan Navendra? Kanaya rasa Ia tidak akan bisa!



















Bersambung.

Boleh kali dek dikasih tutornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boleh kali dek dikasih tutornya.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang