30.Berusaha Melupakan

28 5 0
                                    


Jangan Lupa Vote&Comment!
__________________________

"ARRGGHHH." Navendra berteriak kencang, mengambil vas bunga kaca yang terletak di meja belajarnya. memukul kepalanya menggunakan vas itu.

Prangg!!

"Abangg!! Abang kenapaa?jangan bikin bunda khawatir. " Bunda bertanya dari luar kamar Navendra.

"Abang nggak papa, Bunda. " Jawab Navendra dengan lirih.

"Boleh bunda masuk?" Bunda bertanya lirih, kemudian mendorong pintu kayu milik sang putra.

Bunda terisak, apalagi ini? Apa yang sudah terjadi? mengapa putranya kembali menyakiti dirinya sendiri?

"Kenapa? Abang kenapa? Ayo cerita sama bunda. " Ujar Bunda memeluk Navendra erat.

"Sakit bunda, sakit... "

"Iya, mana yang sakit Bang? "

"Tangannya? Atau kepalanya? Mana yang sakit abang? Ayo ngeluh sama bunda. " Bunda kembali memberikan pertanyaan kepada Navendra dengan beruntun.

Navendra menggeleng lemah. "Kanaya bunda."

"Kenapa? Kanaya kenapa, bang?"

"Kanaya tinggalin abang bunda, Kanaya nggak mau ketemu abang lagi, Kanaya kecewa sama abang! " Navendra menjawab dengan sesegukan, masih menangis di dalam pelukan sang bunda.

"Nggak, Kanaya nggak mungkin tinggalin abang. Kanaya kan sayang sama abang! " Bunda berusaha meyakinkan Navendra yang terlihat sudah sangat putus asa.

"Enggak bundaa, Kanaya beneran nggak mau ketemu sama Navendra, dia bilang nyesel kenal sama cowo kaya Navendra. "

"Navendra lelah bunda. "

"Abang nggak boleh gitu, jangan nyakitin diri sendiri bang, nanti Kanaya sedih kalo liat abang kaya ginii. " Ujar bunda, ikut terisak kencang melihat keadaan putranya yang terlihat sangat menyakitkan.

"Mau Navendra mati pun, Kanaya nggak bakal mau nemuin Navendra bunda. "

"Abang tidur ya? Besok kita ketemu Kanaya. Sekarang abang harus tidur dulu. " Bunda menuntun Navendra untuk tidur. Merebahkan Navendra di atas ranjang besarnya. Menarik selimut menutupi tubuh sang anak.

"Kanaya nggak mau maafin Naven ya bunda? " Laki-laki itu kembali terisak.

"Navendra cuman bisa buat dia sakit ya? Dia tertekan pasti kalo deket sama Naven. "

"Nggak!Kanaya sayang banget sama abang, pasti bentar lagi Kanaya nyamperin abang. Sekarang abang tidur ya? " Ujar bunda, mengelus rambut hitam milik Navendra.

Mendengar itu Navendra merasa sedikit tenang, ia mulai memejamkan mata. Mencoba untuk tertidur.

Melihat sang anak yang sudah terlelap bunda berjalan dengan perlahan, menutup pintu, kemudian kembali terisak pelan.

_____________________________________

Dilain tempat,di dalam kamar yang bernuansa putih itu Kanaya duduk di atas kursi belajarnya. Memandang sendu ke arah jendela kamar yang menampilkan rintik-rintik air hujan.

Tangannya bergerak mengambil ponsel nya, menambahkan volume lagu yang ia dengar. Berusaha menyamarkan suara hujan.

Malam semakin larut, namun Kanaya seakan enggan untuk beranjak dari meja belajarnya. Kanaya membaca novel bergenre komedi dengan kedua earphone yang menempel apik di telinganya.

Bukan lagu galau yang sedang Kanaya dengarkan, melainkan lagu milik Nct Dream yang berjudul Candy.

Seharusnya saat mendengar lagu itu, Kanaya akan berdiri dan berjoget ria seperti yang biasanya kedua temannya itu lakukan.

Namun kali ini berbeda, Kanaya memang membaca novel bergenre komedi dan lagu candy yang terdengar sangat ceria.Namun air matanya kembali menetes, membasahi setiap kata di halaman novel itu. Membuat tulisan bercetak itu seakan melebur karena terkena air matanya.

Kanaya berusaha keras untuk melupakan semua masalah yang terjadi. Mulai dari pembunuh kakaknya, seseorang yang membunuh kakaknya. Dan masalahnya dengan mantan kekasihnya, Navendra.

Kanaya memejamkan matanya erat, ia sangat lelah. Sialnya kenangan manis dirinya dengan Navendra selalu terlintas di pikirannya. Seperti sebuah kisah yang tidak bisa di lupakan dengan begitu mudahnya.

"Sial, gue bahkan udah baca novel komedi, dengerin musik ceria biar nggak galau, kenapa ni air mata sialan kaga mau berhenti sih? " Kanaya menggerutu kesal, menghapus air matanya dengan kasar.

Saat ini yang ia butuhkan hanya teman, tempat untuk mencurahkan semua keluh kesahnya.

Ia mengambil ponselnya, berniat menghubungi kedua temannya itu.

"Kalian belum tidur? " Kanaya bertanya, saat panggilan video itu sudah terhubung.

"Belum, Kana. Aku lagi maskeran. " Muncul Livy dengan tangan yang sibuk mengoleskan masker ke wajah nya.

Kanaya terkekeh geli. "Elena kemana deh? " Tanya nya saat melihat layar ponselnya terhubung dengan Elena, tetapi tidak menampakkan batang hidungnya.

"Oh, ke kamar mandi dulu katanya. " Jawab Livy di seberang sana, Kanaya mangut-mangut mendengar nya.

"Halo guys!" Elena kembali dengan wajah yang terlihat lebih segar.

"Kenapa? Tumben banget ngajak video call an malem-malem. " Elena bertanya, sibuk mengeringkan wajahnya dengan handuk.

"Gue lagi galau. " Balas Kanaya pelan.

"Gara-gara itu ya? " Livy bertanya, memang keduanya sudah tahu, karena tadi sore keduanya berkunjung ke rumah Kanaya, tetapi Kanaya tidak mau di ganggu. Dan berakhir mereka berdua menghabiskan waktu dengan bunda dan mendengarkan cerita bunda.

"Besok main yuk? " Ajak Elena, memecah keheningan.

"Males ah, nggak mood. " Kanaya menolak.

"Ishh, ayo dong, Kana! Lo harus lupain dia. " Elena menjawab dengan menggebu-gebu.

"Iya bener! Kamu harus lupain dia. " Livy ikut menggebu-gebu.

"Kemana? " Tanya Kanaya.

"Salon? " Elena balik bertanya.

"No, males banget. " Balas Kanaya.

"Terus kemana dong? " Balas Elena dengan lesu.

"Nonton film yuk? Terus pas pulang mampir ke pasar malem deket alun-alun? " Livy menawarkan.

"Pasar malem ya? " Kanaya bergumam pelan, merasa ragu.

"Iya, seru banget pasti! Yuk ke sana. " Livy membalas dengan semangat.

"Boleh tuh, besok jam 4 kita jemput, udah dulu ya. Gue mau bocan, bye! " Pamit Elena, tak lama sambungan terputus. Kini hanya tersisa Livy dan Kanaya.

"Kana,jangan sedih ya? Kan masih ada kita." Di seberang sana, Livy tersenyum lebar.

"Huhuu Livy, gue jadi pengen nangis. " Kanaya menjawab, sibuk mengusap air matanya.

"Kalian berdua cocok, aku yakin gaakan ada yang bisa pisahin kalian berdua, kecuali takdir Tuhan sih, heheh. " Livy terkikik geli.

"Iya makasih ya, yaudah tidur sana. Anak kecil nggak bagus tidur malem-malem. " Balas kanaya.

"Siap." Balas Livy di seberang sana, tak lama panggilan video itu terputus. Kanaya menghela nafas pelan.

Takdir katanya? Kanaya bahkan tidak lagi berharap untuk bisa bersama lagi dengan Navendra.

Ucapannya saat itu benar-benar nyata, ia sungguh menyesal telah mengenal sosok Navendra.

Dan jika takdir mengizinkan, Kanaya akan meminta untuk tidak dipertemukan dengan laki-laki sepertinya.

Walaupun harus menyakiti hati nya sendiri karena masih menaruh rasa kepada Navendra. Kanaya tidak perduli. Untuk saat ini ia tidak ingin membuat ayahnya kecewa kepadanya.

Kanaya tahu ayahnya sangat tidak menyukai Navendra setelah peristiwa itu, dan Kanaya tidak ingin membuat ayahnya kecewa kepadanya.
















Bersambung.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang