Kukira kau rumah
Nyatanya kau cuma aku sewa
Dari tubuh seorang perempuan
Yang memintamu untuk pulangKu Kira Kau Rumah.
Jangan lupa Vote&Comment!
________________________________________
Kanaya mengetuk pelan pintu yang berada di depannya. Menarik napas dalam, entah mengapa rasa gugup tiba-tiba menyerang diri Kanaya. Ia masih membayangkan sebaris kalimat semalam yang Navendra kirimkan untuknya.
Bunda menggemgam tangan Kanaya lembut. Mencoba memberikan ketenangan. Bunda yakin, gadis yang berada di samping nya sedang merasakan gugup setengah mati.
"Masuk." Terdengar suara serak seseorang di dalam sana. Kanaya mengehela nafas pelan. Mencoba mengatur degup jantungnya.
Tidak melihat siapa yang masuk ke dalam kamarnya, Navendra masih setia menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"Abang nggak mau minum obat, Bunda. " Rengek Navendra dengan mata terpejam.
"Kalau nggak mau minum obat gimana Abang mau sembuh?" Bunda bertanya. Mendekat ke arah kasur king size milik sang putra.
"Abang mau apa? " Bunda kembali bertanya.
"Abang mau pacar abang kesini. " Navendra menjawab dengan suara serak.
Bunda terkekeh geli mendengarnya, jika saja Navendra bangun dan melihat Kanaya berdiri di depannya. Bunda yakin putra nya akan menyembunyikan mukanya di bawah selimut tebal!
"Emang Abang punya pacar? " Tanya bunda. Ia melirik ke arah Kanaya yang sudah tersenyum cekikikan.
"IHHH PUNYAAA TAUU. " Navendra berujar manja. Ia jadi merasa kesal dengan bunda nya.
"Pokoknya Abang nggak mau makan kalo nggak ada Kanaya. " Navendra kembali berujar. Masih memejamkan matanya.
Bunda menoleh ke arah Kanaya, memberikan kode untuk Kanaya berbicara. Kanaya yang mengerti segera berjalan mendekati ranjang Navendra.
"Ayo makan. " Kanaya bersuara.
"Nggak mau, pokonya Abang nggak mau makan sebel---" Ucapannya terhenti kala mendengar suara seseorang yang sangat tidak asing di pendengaran nya.
Dengan cepat Navendra bangun dari tidurnya. Memandang gadis di hadapannya dengan tatapan tidak percaya!
"Beneran masih nggak mau makan?" Kanaya bertanya dengan alis yang Ia tautkan. Tersenyum mengejek.
"AYAA? "
"KOK BISA ADA DI SINI? " dengan cepat Navendra berdiri, memeluk erat Kanaya.
Hampir saja Kanaya terjengkang ke belakang sebelum tangan Bunda menahan punggung Kanaya.
Bunda terkekeh geli melihatnya. " Aduhh pelan-pelan dong Bang, Kanaya mau jatuh tuh. " Ujar bunda merasa tidak habis pikir dengan putranya.
"Bunda keluar ya? Abang mau berduaan sama Kanaya. " Kanaya melotot terkejut. Tangannya ia gerakkan untuk memukul pelan bahu Navendra. Astaga,Navendra ini durhaka sekali.
"Ishh sakitt tauu. " Navendra berujar manja. Ia menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri. Kanaya yang masih berada di pelukannya pun dengan pasrah mengikuti pergerakan Navendra.
"Kangennn bangettt. " Navendra semakin mengeratkan pelukannya. Membuat gadis yang berada di pelukannya mendengus kesal.
"Tapi abang harus janji, Makanannya di habisin. " Titah sang bunda. Mendengar itu dengan cepat Navendra mengacungkan jari jempolnya.
Melihat Bunda yang sudah pergi meninggalkan mereka berdua. Navendra melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat gadis yang berdiri lucu di hadapannya.
"Ga tau ah marah. "
Kanaya menoleh terkejut, apalagi ini? mengapa Navendra bisa berubah dengan sangat cepat?
"Kenapa lagi?" Balas Kanaya mencoba sabar.
"Kemarin janji nya pulang sekolah mau langsung kesini. Kok baru kesini pas udah sore? pasti sebentar lagi udah mau pulang kan?" Navendra memberikan Kanaya dengan pertanyaan beruntut. Ia mencebikkan bibirnya kesal. Merajuk dengan Kanaya!
"Maaf ya, tadi ada rapat OSIS. " Kanaya meringis pelan. Ia merasa tidak enak dengan Navendra.
"Gapapa deng, yang penting nanti harus disini lama ya?" Navendra mendekat ke arah Kanaya. Meletakkan kepalanya di ceruk leher gadis itu.
Cup
Cup
Cup
Mulai dari mata, hidung, sampai turun di pipi. Navendra mencium Kanaya dengan sayang. Seolah mengatakan bahwa Kanaya hanya miliknya seorang!
"Gemess bangett sii, pengen Aku makann. " Celetuk Navendra menggigit pipi Kanaya gemas.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Kanaya saat ini, Pipinya memerah seperti kepiting rebus! Jangan lupakan jantung yang berdebar gila.
"Naven, gelii. " Ujar Kanaya dengan badan menggeliat geli. Ia merasa sedikit risih.
"Ayo minum obat. "
Kanaya dapat merasakan gelengan kepala Navendra yang masih setia berada di ceruk lehernya.
"Kenapa? " Kanaya bertanya dengan lembut, merapikan rambut Navendra yang terlihat menutupi wajah tampan laki-laki itu.
Navendra cemberut kesal. Ia kembali menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Kanaya. Menghirup rakus wangi gadis itu.
"Kenapa harus repot-repot minum obat, kalau obatnya aja ada di kamu?"
Bersambung.
NAIK KERETA API,CUTE CUTE CUTE
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
Teen FictionAlana bukan gadis yang suka ikut campur dengan urusan orang lain, tetapi saat melihat Gamana. Sesosok laki-laki dingin yang sulit berinteraksi dengan orang lain membuat seorang Alana Dahayu tertantang untuk mendekati nya. Sampai suatu peristiwa yang...