29.Putus?

32 6 0
                                    

Jangan Lupa Vote&Comment!
________________________________

Bughhh!!!

"AYAHH!! " Bunda dan Kanaya berteriak kencang, menimbulkan keributan di dalam sana.

Navendra tersungkur di lantai, berusaha berdiri setelah mendapat bogeman mentah dari ayah sang kekasih.

"JADI DIA AYAHMU? " Ayah bertanya dengan nyalang.

"JAWAB SAYA! BAJINGAN ITU BENAR-BENAR AYAHMU? "

Ayah merasa geram dengan laki-laki di hadapannya ini, nafasnya naik turun, berusaha mengontrol emosinya.

Ayah adalah orang yang selalu tenang, tidak pernah gegabah jika melakukan sesuatu. Jika boleh jujur, ini adalah pertama kalinya Kanaya melihat ayahnya mengamuk.

''Tenang lah kak, mari kita bicarakan baik-baik." Om Gavin berusaha menenangkan sang kakak. Mau bagaimanapun ia tidak mau membuat kericuhan di kantor polisi.

"Bagaimana bisa?!! " Ayah bertanya, masih dengan nafas yang menggebu-gebu.

"Tenang lah, kau tidak terlihat seperti Gabrie yang biasanya. " Om Gavin berdecih sinis. Kemudian menggiring ayah untuk duduk menghadap Om Satrio.

Ayah menatap Om Satrio nyalang, sangat terlihat jelas ayah ingin membunuh pria itu sekarang juga.

Persetan dengan sahabat katanya? Cuih, ayah tidak pernah bersahabat dengan bajingan seperti Om Satrio itu.

Bahkan jika ayah sedang sekarat dan di dunia ini hanya tersisa Om Satrio saja, ayah akan memilih mati daripada meminta bantuan kepada bajingan gila seperti Om Satrio.

"Bagaimana kabarmu Gabrie? Sudah lama kita tidak bertemu ya? Ah aku rasa anda tidak baik-baik saja setelah putra kesayanganmu itu mati meninggalkan mu. "

"Tutup mulutmu sialan, berhenti basa-basi, kau sangat menjijikkan kau tau? "

"Ah baiklah-baiklah, kenapa harus marah-marah?"

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, sebenarnya dulu aku berniat membunuh putri kesayangan mu, namun sialnya putra mu yang penyakitan itu yang mati di tanganku. Takdir memang tidak bisa di duga ya?" Om Satrio berujar, senyum tipis masih terukir di bibirnya. Benar-benar sudah gila!

"Harusnya kau berterimakasih padaku, karena itu, putramu sudah tidak merasakan sakit seperti biasanya. Aku baik sekali bukan? "

Buaghhhh!!

"Kau benar-benar sudah gila! " Ayah kembali dibuat hilang kendali, memukul om Satrio dengan membabi buta. Membuat om Gavin merasa kewalahan untuk memisahkannya.

"Berhenti mengganggu keluarga ku sialan!!" Ayah berteriak marah.

"Baiklah, aku akan berhenti menganggu mu jika kau menyerahkan putri kesayangan mu kepada ku, putraku menyukainya! "

"Jangan ganggu putri ku bajingan!putra katamu? Maksutmu dia?" Ayah bertanya, menunjuk Navendra yang berdiri di sebelah kanannya.

"Cuih, siapa yang mau memiliki putra sepertinya, bukan dia, aku hanya memiliki satu putra.Dan dia bukan putraku. "

Navendra menunduk dalam.

"Sudah cukup,berhenti berbasa basi." Om Gavin menyela, merasa muak dengan semua omong kosong yang pria itu ucapkan.

"Tolong beri dia hukuman seberat-beratnya Gavin, kami percayakan padamu." Bunda menyahut, menatap adik dari suaminya itu dengan sungguh-sungguh.

Om Gavin menganggukkan kepalanya. "Pasti, kak. "

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang