6.Satu Kelompok.

123 9 0
                                        


Yakinkan aku Tuhan
Dia bukan milikku
Biarkan waktu waktu
Hapus aku.

Hapus aku


Jangan lupa Vote&Comment!

_________________________________


Kelompok 1                                
-Elana Alvyana damaria       
-Bagas Arkan Wijaya              

Kelompok 2
-Ica Cantika
-Dava Arafa Permana

Kelompok    3                          
-Raga Septian Adiatama    
-Diana lestari         

Kelompok 4
-Kanaya Calandra Gabriella
-Navendra Kastara Adibaskara

Kelompok 5
-Gracia Livy Cintia.

Kelompok 6
-Asyifa Permata
Raffa Dastin Aditya.

Bu Ana berbalik dari papan besar itu. Memandang seluruh murid 11 MIPA 1 yang menatap papan tulis dengan pandangan berbeda-beda.

Kanaya menghela nafas gusar.Satu kelompok dengan Navendra? apakah tidak apa-apa? pasalnya laki- laki itu tidak pernah mau jika berkelompok. Ia selalu menolak dengan tegas, berkata bahwa Ia bisa mengerjakan sendiri. Dan anehnya Guru selalu mengizinkannya.

"Navendra? Kamu keberatan? " Tanya bu Ana. Pasalnya sedari tadi Navendra hanya diam dan menatap datar ke arah papan.

Kanaya menoleh ke arah Navendra dengan menggigiti kuku jari nya.Astaga ada apa dengannya? Kenapa Ia harus takut jika Navendra tidak mau satu kelompok dengannya?

"Tidak."

Semua penghuni kelas tercengang.Navendra berkata tidak? sebenarnya apa yang terjadi dengannya?rasanya semua yang berada di kelas ini bisa sawan saat ini juga.

"WEITTT BROOO, BENERAN? " Teriak Jaya memandang takjub ke arah Navendra. Ia rasa Navendra ini sudah berubah. Jaya jadi mencium bau-bau Navendra mau diajak membolos dengan teman-temannya.

"Farel Ilham Senjaya,tolong tenang. Duduk di kursi mu, kenapa kamu malah teriak-teriak tidak jelas dan berdiri di atas kursi seperti itu?" Tanya bu Ana tidak habis pikir. Tak lama Terdengar suara gelak tawa dari teman- teman yang lainnya.

"Astaga kenapa kalian jadi ikut berisik. " Bu Ana tidak kuat! ia berjalan ke arah meja guru dengan tangan yang sibuk memijat pangkal hidung nya.

Kanaya melirik ke arah Navendra.Astaga! Laki-laki itu tersenyum! Ya walaupun hanya senyum tipis sekali,tapi sungguh. Kanaya baru kali ini melihat senyum Navendra. Dan sialnya Navendra terlihat sangat, Tampan?

              _____________________________

"JAYANJING DUDUK GA LO BABI, JANGAN MAIN HUJAN WOII BASAH SEMUA INII. "Muka Elena terlihat memerah padam. Temannya yang satu ini sepertinya memang sudah terkena sawan. Ia yang sedang berghibah ria dengan Livy dan Kanaya terhenti saat Jaya mencipratkan air hujan ke arah wajahnya.

Kanaya dan Livy hanya terkikik geli melihat Elena dan Jaya. Mereka sangat manis. Jaya yang jahil dan Elena yang emosian.

Kanaya yakin Jaya pasti menyukai Elena.

"DUDUK GA LO?" Sentak Elena dengan mata melotot seram. Dengan perlahan Ia berjalan ke arah Jaya dengan menenteng penggaris kayu besar milik Pak Budi, guru matematika mereka.

Gadis itu terlihat sangat menahan amarah.Jika ini di kartun, mungkin akan muncul tanduk merah di kepala Elena saat ini juga.

" Sini kalo berani, wle. " Tantang Jaya yang semakin membuat Elena naik pitam.

BRAKK

Dengan sekali hentakan.Penggaris itu melayang bebas ke arah Jaya. Bukan, bukan mengenai Jaya, melainkan mengenai papan tulis yang membuat penggaris kayu itu potek menjadi dua. Bukan hanya penggaris kayu itu yang potek, hati Elena juga. Hatinya terasa berdenyut nyeri saat tidak sengaja melihat Pak Budi dengan muka memerah dan hidung kembang kempis. Elena tidak menyadari bahwa sedari tadi pak Budi sudah berdiri di ambang pintu.

"ELENA ALVYANA DAMARIA, FAREL ILHAM SENJAYA. KALIAN BERDUA BERSIHKAN KAMAR MANDI LAKI-LAKI SEKARANG JUGA, HARUS SAMPAI BERSIH. JIKA BAPAK KESANA DAN MASIH BELUM BERSIH KALIAN HARUS MENGEPEL SEMUA LANTAI KELAS 10 SAMPAI 12! KALIAN MENGERTI?. " Teriak pak Budi menggelegar.Kedua manusia itu dibuat kalang kabut jadinya. Mereka langsung berlari keluar sebelum mendapatkan jitakan maut dari Pak Budi.

__________________________

Saat ini Elena sudah berada di kamar mandi pria. Kamar mandi yang sangat kotor,dan jangan lupakan bau yang kapan saja bisa membuat Elena tidak sadarkan diri

"Sial amat dah. " Gerutu Elena dengan bibir yang di majukan. Harusnya tadi Ia hendak pergi ke kantin bersama dua curut nya.Mengapa Ia harus terjebak suatu kesialan bersama manusia gila seperti Jaya.

''Lo kenapa? " Tanya Jaya duduk di kursi yang berada di kamar mandi.Dengan kaki yang di angkat ke atas. Jangan lupakan kopi yang berada di sebelahnya dan rokok yang terapit di kedua jarinya.

" Gila, Jaya emang gila. " Batin Elena dalam hati.

Sungguh! Saat ini Ia sudah menahan untuk tidak bergelut dengan Jaya. Elena tidak mau di suruh mengepel lantai dari kelas 10-12, bayangkan saja malunya. Di tambah di kelas 12 ada sang pujaan hatinya Gibran. Elena menggelengkan kepalanya keras. Ia tidak bisa, sungguh!

"Lo kenapa si? Jangan gitu dong, El. "

"Gue jadi takut kalau lo kesurupan, mana disini cuman ada kita berdua. '' Jaya berceletuk enteng dengan tangan yang sibuk mengelus belakang tengkuk nya.

Elena menatapnya datar.sudah sumber masalah, tidak terima di salah kan, tidak mau membantu, dan sekarang? Dengan berani nya dia mengatai Elena kesurupan?

"Pergi aja lo, gue males liat muka lo. " Elena menjawab cuek, tangannya sibuk mengepel lantai kamar mandi.

"Gamau, gue mau disini. " Jawab Jaya kembali menyeruput kopi hitam nya.

Elena mendongak penasaran, "kenapa? " Tanya Elena kembali menunduk melanjutkan aktivitas nya.

"Gapapa, gue seneng kalau liat lo. Bawaannya kaya nyaman aja gitu. "

Elena menoleh kaget,sebenarnya Jaya mengatakan itu sadar atau tidak?

"Lo sadar kan sama yang lo ucapin?" Elena berusaha memastikan.

"Sadar kok, kenapa emang?" Tanya Jaya santai menatap Elena dengan pandangan menjengkelkan khas miliknya.

" Lo mau nembak gue?" Tanya Elena, Ia sudah berusaha mati-matian menahan degup jantung nya. Kenapa ini? Ia tidak boleh seperti ini. Ia tidak boleh menyukai Jaya! Si manusia fakboy kelas kakap!

"Kaga, gue udah punya cewe. " Balas Jaya tertawa ngakak.Mengabaikan muka Elena yang sudah kusut jadi bertambah kusut.

Elena menghela nafas gusar, "Jaya bajingan." Gumam nya yang masih di dengar oleh Senjaya.

"Gue bercanda, El. " Usapan lembut di rambut Elena mampu membuat gadis itu mendongak. Elena dapat melihat senyum senjaya yang terlihat sangat, MANIS?















Bersambung.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang