3.Menyendiri?

131 12 0
                                    


Jangan lupa Vote&Comment!
___________________________

"Gara- gara lo nih, kita jadi apes" Setelah menjalankan hukuman berlari sebanyak 10 kali di lapangan.Kami bertiga berada di kantin dengan es teh manis yang sangat menggugah selera

"Loh, kok jadi gue? gue ngapain ege." Balas Kanaya tidak terima.Apa-apaan? Mengapa Ia yang di salahkan, salah siapa mereka berniat mengerjai Kanaya? maaf tidak semudah itu ferguso.

''Ya kan lo bisa gitu pura-pura kaget, biar kita berdua seneng." Bahas Elena sambil menyeruput es teh manis nya hingga tandas.Livy hanya mengangguk saja tanda setuju.

Kanaya berdecak kesal, memang benar apa yang di katakan Bang Jovan, kedua temannya ini sangat mirip dengan curut!

Saat sedang sibuk mengarahkan pandangan nya ke seluruh penjuru kantin. Pandangan Kanaya berhenti para sesosok gadis yang sibuk memakan makanannya seorang diri di meja yang lumayan jauh dengan kami. Dia Gladis,Kanaya mengernyitkan alis bingung, mengapa Gladis hanya seorang diri? kemana pacar kesayangan nya itu? dan ada apa dengannya? mengapa matanya terlihat sedikit, bengkak?

"Kana,dia udah putus sama Novan." Seakan mengerti apa yang Kanaya pikirkan. Tiba-tiba Livy berceletuk.

Kanaya menatapnya intens. "Siapa?. " Tanya Kanaya pura- pura tidak perduli.

"Ckk gausah pura-pura ngga peduli lo, kita nyadar kok dari tadi lo perhatiin dia, orang dari tadi kita ngomong aja lo kaga denger kan?. " Seru Elena dramatis, Kanaya hanya cengengesan menanggapinya.

"Kenapa bisa putus?" Menghilang seluruh gengsinya.Kanaya sangat penasaran, sungguh!

"Gatau, katanya si Novan udah bosen sama si Gladis, trus sekarang dia lagi deket sama adkel kelas 10." Balas Elena tidak perduli.

Setelah kejadian itu, Ia sama sekali tidak respect kepada Gladis, sulit untuk Elena dan Livy percaya bahwa Gladis bisa berbuat sejahat itu. Di tambah Gladis adalah orang yang sudah berteman dengan Kanaya jauh lebih lama dari pada Elena dan Livy.

"Udah sakit tuh cowo." Balas Kanaya geram. Diam-diam Kanaya mengepalkan tangan nya erat. Livy yang menyadari itu, dengan cepat ia mengelus lembut kepalan tanganku.

"Mungkin itu emang karma buat Gladis." Ujar Livy menatapku lembut. Elena hanya mangut-mangut setuju mendengar ucapan Livy.

"Apapun yang udah di lakuin Gladis, dia tetep teman kita bertiga." Ujar Kanaya mencoba membuat kedua temannya agar tidak terlalu menaruh kebencian kepada Gladis.Kanaya tidak apa-apa, sungguh!

"Dih ogah, temen si Livy kali." Dengan cepat Elena berseru menentang ucapanku.

Livy yang mendengar namanya disebut dengan cepat mendongak dan menatap tajam ke arah Elena. "Aku juga gamau punya temen kaya dia." Balasnya kembali menunduk menyantap asik makannya.

Kanaya menghela nafas pelan, sepertinya akan sulit mempersatukan kami berempat saat ini.

              ____________________________

Saat ini Kanaya sedang berada di kamar seorang Gracia Livy Cintia.Memang benar yang di katakan bang Jovan, setelah pulang sekolah Kanaya berencana akan bermain dengan kedua curut nya. Siapa lagi kalau bukan Elena dan Livy.

"AJOJING ALAH ALAH AJOJING SERRRRR. " Teriak Elena menggelegar, tak lupa dengan Livy di samping nya, Ia ikut berjoget ria dengan handphone yang di arahkan menghadap mereka berdua.

Sebenarnya sedari tadi Livy memaksa Kanaya agar ikut membuat video toktok bersama, tetapi Kanaya menolak dengan alasan lelah. Maaf, Kanaya lebih mementingkan harga dirinya.

"IHHH LIPIII KAN GUE UDAH BILANG KE KANAN DULU BARU KE KIRI AELAHH." sungguh, jika ada lomba berteriak.Kanaya yakin Elena akan mendapatkan gelar juara pertama.

"IYAAA ELL, NAMANYA JUGA ORANG LUPA. KAMU JANGAN NGEGAS GITU DONGG. " balas Livy tak kalah nyaring.

"HEH SAMSUL ITU LO JUGA NGEGAS YAAA, AWA---"

"UDAH DONGG JANGAN TERIAK, KASIAN IBUU PUSING DENGERIN TERIAKAN KITA BERTIGA. " Sela Kanaya ikut berteriak, mereka bertiga benar-benar tidak ada bedanya.

"Kalian laper ga si? ke bawah kuyy masak mie. " Dengan polosnya Livy berceletuk seakan tidak terjadi apa-apa.

"KUYYYYY." Teriak Elena bersemangat.

"Astaga Elena" Keluh Kanaya pasrah, Elena hanya cengengesan mendengar keluhan ku

Bersambung

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang