✔27. Belajar Masak

5.3K 319 6
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖

HAPPY READING!!

************

"Tadi pas pulang, kamu liatin siapa?" tanya Arsen.

Sesudah melaksanakan sholat isya berjamaah. Keduanya lanjut mengerjakan tugas sekolah. Seperti sekarang ini, Arsen dan Nara sedang duduk di meja belajar masing-masing.

Arsen sudah lebih dulu menyelesaikan tugasnya. Sedangkan Nara masing mencatat rangkuman. Arsen menyangga dagu sambil memperhatikan istrinya yang sedang pusing mengerjakan tugas. Itu hal yang wajar, karena akhir-akhir ini Nara di sibukkan dengan banyaknya tugas.

Menyimpan balpoint dan menghantikan mencatatnya. Tatapannya beralih menatap Arsen yang kini sedang menatapnya juga.

"Banyak yang aku liat, Arsen. Yang kamu maksud itu apa?" kata Nara.

Arsen terkekeh, benar juga. "Maksudnya tadi liatin mobil sih. Mobil siapa itu?"

Nara mengulum bibir, ternyata Arsen tahu jika Nara memperhatikan Cia dan Gema tadi saat di halte. Mungkin saja memang Nara tak menyadari keberadaan Arsen.

"Tadi pas aku duduk di halte, lagi baca novel posisinya. Aku denger ada anak kecil nangis. Pas aku liat, ternyata bener. Ada anak kecil nangis, kasian banget tau Arsen. Lututnya sampe berdarah gitu. Aku liat-liat kayaknya dia phobia sama darah. Aku bawa dia ke halte terus aku obatin lututnya. Ternyata dia tersesat. Nama anak kecil itu Cia, gemes banget. Coba aja kamu liat," mengingat soal Cia. Memang membuat Nara gemas sendiri. Apalagi melihat fisik Cia itu seperti blasteran.

Menyimak. Itulah yang di lakukan Arsen selama Nara bercerita, ia menceritakan semua kejadian tadi siang saat di halte. Melihat eskpresi Nara yang sangat bersemangat saat cerita, Arsen hanya bisa mengulas senyum.

Ntah kenapa setiap melihat wajah Nara membuat jantung Arsen berdebar dua kali lebih cepat, Nara itu cantik, bahkan sangat cantik. Arsen beruntung mempunyai istri seperti Nara. Untung saja Nara memakai cadar, jadi ia tidak perlu khawatir jika kecantikan istrinya itu di lihat oleh laki-laki lain.

"Kasian banget. Untung aja ada bidadari dunia yang nolongin anak itu, pasti beruntung banget yang dapetinnya," pipi Nara memanas. Nara jadi keki di buatnya.

"Halah gombal!" gerutu Nara.

"Lanjut nugas sana, habis itu kita makan malam. Lambat banget lo kaya siput," ledek Arsen sambil bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke arah meja belajar Nara.

Nara mendengus kesal. "Sombong amat. Mentang-mentang udah kelar."

Arsen hanya membalasnya dengan kekehan. Nara langsung mematung saat Arsen manaruh dagunya di kepala Nara, itu artinya Arsen sedang memeluknya dari belakang.

Dalam diam Nara mengulas senyum. Aroma parfume khas Arsen begitu menyeruak di hidung, sangat wangi jika tercium, Nara sangat menyukai wanginya.

"Mana yang belum beres?" tanya Arsen.

"Yang ini," Nara menunjuk rangkuman yang sudah ia tandai, giliran ia tulis. Rasanya sangat pegal sekali, karena rangkumannya lumayan banyak.

"Mau di bantuin gak?" Nara mengangguk mengiyakan. Pasalnya ia sudah sangat pegal sekali. Karena kelamaan menulis.

Karena kasihan melihat istrinya kecapean. Arsen langsung mengambil buku paket di meja, kemudian ia duduk atas meja sambil mengecek kembali.

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang