JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖
Happy reading!
***
Tak terasa hari pun sudah berganti menjadi malam. Kemuning senja telah berganti dengan gelapnya langit di setiap malam. Di garasi rumah. Terlihat dua sejoli yang baru saja memarkirkan mobilnya di dalam sana. Karena keduanya baru saja kembali dari luar.
Kegiatan tadi sangat menyenangkan, karena mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, bersama dengan Marsel dan Chandi. Setelah hari sudah mulai gelap, mereka baru kembali sekitar maghrib. Di jalan mereka juga mampir ke sebuah Mesjid yang akan mereka lewati, menghentikan aktivitas untuk beribadah terlebih dahulu.
Nara menyandarkan punggungnya di kursi kemudi, ia merasa pegal di sekujur tubuhnya. Baru lagi ia menghabiskan waktu di luar, setelah sekian lama mengurung diri di rumah.
Melihat Nara yang kelelahan, membuat Arsen jadi merasa kasihan kepada istrinya. Harusnya ia membiarkan Nara istirahat saja, karena istrinya itu kurang tidur saat malam. Kalian pasti ingat alasan Nara kurang tidur.
"Cape?" tanya Arsen. Tangannya mengulur, untuk mengusap peluh di kening Nara.
Nara mengangguk pelan. "Badan aku pegel banget rasanya."
"Mana yang paling sakit?" mendapati pertanyaan itu, Nara lebih memilih diam saja. Tanpa berniat untuk menjawab.
Arsen terkekeh geli, mengerti dengan semua kebisuan Nara. Meski Nara tidak menjawab, Arsen sudah tahu jawabannya.
"Sekarang kita ke kamar ya. Nanti aku urutin lagi," ajak Arsen.
Mata Nara memicing, menatap Arsen curiga. "Pasti ada maunya ya?"
"Astagfirullahaladzim suudzon. Tapi kalo boleh jujur, mau aku banyak."
"Tuhkan. Pasti kamu mau macem-macem lagi. Dasar tukang modus kamu," omel Nara dengan tatapan tajamnya. Sementara Arsen hanya terkekeh pelan.
Karena tidak mau terlalu lama di sini, badan keduanya juga di rasa sangat lengket, jadi perlu untuk mandi dan membersihkan diri.
Dengan jalan lunglai, Nara berdiri di samping Arsen. Arsen merangkul dan menepuk pundak Nara, memberinya semangat.
"Lemes banget Neng. Belum di semangatin aku nih pasti."
"Dih, geer banget."
"Mau aku gendong?" tawar Arsen.
"Gak mau, aku bisa jalan sendiri," tolak Nara.
"Malu-malu tapi mau kan lo, Ra?" tebaknya, membuat Nara jadi kalah telak. Arsen selalu tahu apa yang ada di hatinya, seperti cenayang saja. Tanpa menunggu persetujuan dari Nara, Arsen langsung mengangkat tubuh Nara ala bridal style.
Akibat gerakan tiba-tiba dari Arsen, jelaslah Nara kaget. Ia langsung mengalungkan tangannya di leher Arsen. Untung saja di rumah sedang sepi. Jadi Nara tidak perlu merasa khawatir keduanya akan ketahuan seperti ini. Meskipun ketahuan juga sebenarnya tidak apa-apa, hanya saja pasti akan malu.
"Ehem...ehem..." Arsen yang fokus membopong Nara pun menghentikan langkahnya kala mendengar suara dehem itu. Alis Arsen mengerut, suara siapa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENARA (TAMAT✅)
Jugendliteratur[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA GUYS♡] ⚠DI LARANG PLAGIAT⚠ ⚠ HARAP BIJAK MEMILIH DAFTAR BACAAN, KARENA CERITA MENGANDUNG BAHASA KASAR⚠ Arsenio Adhyrama Sagara. Seorang anggota Geng Motor terbesar seantero kota Jakarta. Tak hanya anggota Geng saja, dia...