✔54. Arsen Posesif

5.4K 302 13
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖

Happy reading!

****

Arsen tersenyum hangat melihat Nara yang sedang berjalan dengan pelan. Tak terasa usia kandungannya sudah menginjak 8 bulan. Perutnya semakin bucin dan juga berat badannya semakin bertambah, membuat Arsen gemas melihatnya. Sudah seperti ikan buntal saja, katanya. Apalagi di usia kandungannya yang sudah membesar, istrinya itu sangat lahap soal makan, tidak seperti waktu gejala kehamilan yang sulit untuk makan. Yang terpenting, istri dan anaknya sehat.

Bahkan setiap pulang sekolah, Arsen yang selalu di sibukkan dengan kegiatan sekolah kini sudah tidak lagi. Karena sebentar lagi kelas 12 akan menjalani ujian nasional, yang di adakan senin besok. Jadi ia bisa menghabiskan banyak waktu untuk menemani istrinya, di tambah lagi ia tidak menjabat jadi Osis karena sudah di gantikan oleh adik kelasnya. Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu.

Pagi ini Nara ingin berjalan-jalan sekitaran komplek, karena ia merasa bosan jika diam terus di rumah, tanpa adanya kegiatan. Tentu saja ia merasa bosan. Apalagi Arsen akhir-akhir ini selalu posesif, tidak membiarkan Nara melakukan kegiatan apa pun selain istirahat. Membosankan bukan?

Itulah sebabnya pagi ini ia mengajak Arsen untuk jalan-jalan agar badannya tidak terlalu pegal dan sakit karena rebahan terus menerus. Tadinya Nara ingin jalan-jalan sendiri, tapi Arsen malah ingin mengantarnya.

Kedua tangan insan itu saling bertaut, menggenggam dengan erat. Bahkan tidak membiarkan genggaman tangan itu terlepas. Padahal tangan keduanya sudah berkeringat, karena lama berpegangan. Tapi Arsen tidak mau melepaskannya. Arsen saat bucinnya kumat pasti begitu.

"Kenapa sayang? Masih pagi udah cemberut aja?" tanya Arsen. Sembari menoleh ke arah Nara yang sedari tadi diam, dengan wajah di tekuk karena kesal.

Bagaimana tidak kesal coba? Sedari tadi berjalan, banyak sekali pasang mata yang menatap Arsen dengan pandangan terpukau? Bahkan tanpa malu, mereka bisik-bisik diepan keduanya, seolah tidak ada Nara di sana. Tentu saja Nara kesal. Jika begini jadinya. Ia lebih baik mengurung Arsen saja di dalam kamar.

"Kamu kenapa sih?" ulangnya lagi. Ia menghentikan langkahnya dan menatap Nara lamat-lamat. Tentu saja Arsen merasa tidak tenang jika Nara sudah diam seperti ini. Pasalnya Nara itu selalu diam saja, meskipun banyak hal yang ingin ia sampaikan. Perempuannya itu selalu saja menyimpannya sendirian. Selalu saja begitu.

"Kamu kesel sama aku? Kenapa coba? Bilang," Nara yang tadi membuang muka pun langsung menoleh karena mendengar nada bicara Arsen yang terdengar sedang kesal.

"Apa?" tanya Nara.

Arsen semakin menatap Nara dengan tatapan penuh intimidasi, membuat Nara langsung menciut seketika jika di tatap seperti itu oleh Arsen. Takut? Tentu saja.

"Orang nanya, malah balik nanya. Kalo marah itu bilang aja sama aku, jangan di pendem. Aku bukan cenayang yang bisa baca pikiran kamu," jelas Arsen.

Nara meneguk ludahnya. Ternyata Arsen sudah tahu, memendam adalah kebiasaanya.

Nara menggelengkan kepala. "Nggak kok. Marah kenapa tuh?"

"Bohong. Kalo gak marah mana mungkin muka kamu jutek gitu."

"Beneran aku gak marah. Lagian marah dalam hal apa?" alibi Nara membuat Arsen tidak percaya. Ia tahu jika Nara sedang beralasan saja. Karena perempuan itu gengsinya gede. Pasti tidak mau mengungkap apa yang sedang di rasakan.

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang