✔45. Perdebatan Nara Dan Adlina

4.7K 231 1
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN💖

Happy reading!

***

"Omo! Daebak!" teriak Adit saat mengetahui jika Arsen menang lagi dalam lomba. Ia juga sempat melihat berita di medosnya.

Keenam remaja tersebut sedang berada di kantin sekarang, duduk di tempat yang biasa mereka tempati. Selama ini. Tidak ada yang berani masuk ke wilayah Geng Alvaskar. Siapa saja yang sengaja masuk ke tempat mereka. Mereka pasti akan memberinya pelajaran, sebagai konsekuensinya.

Mars langsung menyumpal mulut Adit dengan sari roti yang dirinya pegang. Rasanya telinganya pengang mendengar teriakan Adit, yang sudah seperti toa mesjid saja. Apalagi posisi Mars berada di dekat Adit, tentu saja teriakan itu begitu menggelegar.

"Berisik anying! Santai aja dong ege. Lo pikir kita budek apa?!" tegur Mars.

"Tau tuh si Adit. Heboh banget kaya Ibu-Ibu di komplek gue aja lo," sahut Harsel.

"Bener, heboh banget lo Dit. Makannya pinter. Biar kami bangga punya temen kaya lo," kata Mars sambil menyuapkan rotinya ke mulut.

Adit langsung memperlihatkan wajah melasnya. Niatnya ingin memberi Arsen selamat, malah ternistakan lagi.

"Oh, gue harus pinter dulu biar jadi kebanggaan kalian?" tanya Adit kepada lima orang temannya itu. Ada yang meladeni, ada juga yang fokus makan—seperti Chandra dan Chandi. Anak kembar itu memilih sarapan di kantin. Karena memang mereka jarang memakan sarapan di rumahnya.

"Iyalah, harus Dit. Kerjaan nyontek mulu, ngakunya izin padahal bolos, absennya alfa terus, nilai banyak yang kosong. Coba pikir. Apa yang kita banggain dari lo? Gak ada," ujar Harsel. Sangat menusuk sekali. Membuat Adit langsung berdecak kesal.

"Gak intropeksi diri banget lo Bos. Lo sama gue sama-sama nyontek di si Arsen. Gak usah munafik lo Bos," cerocos Adit.

Harsel melayangkan tatapan tajamnya. "Gue gak suka nyontek kaya lo pea!"

Arsen menutup telinganya rapat-rapat. Pagi seperti ini sudah mendengar perdebatan temannya itu.

"Gak suka apa? Gak suka nolak? Waduh-waduh. Gak bahaya tah?" Mars dan Arsen tertawa. Ucapan Adit benar adanya. Bahwa Harsel itu memang suka memang suka menyontek kepada Arsen, tanpa sepengetahuan teman-temannya. Ya meskipun ia suka nyontek. Tapi Harsel mengerjakan apa yang ia bisa. Jika tidak bisa. Ia akan meminta Arsen untuk mengajarkannya.

Harsel langsung menoyor kepala Adit. Kali ini harga dirinya sebagai ketua serasa di injak-injak. Apalagi di kantin sedang ramai pagi ini.

"Sotoy banget! Gue gak bego-bego amat. Emangnya lo. Tiada hari tanpa nyontek."

"Bacot banget lo bertiga. Diem napa sih?!" ujar Arsen ketus. Melerai berdebatan ketiga temannya itu. Ketiganya langsung diam dan duduk di kursi masing-masing mendengar bentakan Arsen.

"EH SEN! NARA TUH!" ucap Mars sambil menunjuk jarinya ke arah pintu masuk kantin.

Arsen langsung menoleh. Saat membalikan badan. Tidak ada Nara di sana.

"Tapi boong! Hahahaa cuaks!" kekeh Mars di iringi dengan tawa kencangnya.

Arsen langsung melempar botol aqua ke kepala Mars, membuat sang empu mengaduh kesakitan. Lagian siapa yang tidak kesal di lempar botol.

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang