✔24. Bukan Pria Biasa

5.7K 358 26
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💖

HAPPY READING!!

***********

Selama berapa menit melakukan pemanasan dan istirahat sejenak. Kini latihan sudah siap di mulai, karena sang ketua menginteruksikan kepada timnya agar segera bersiap ke lapangan. Dalam satu tim, di bagi menjadi dua kelompok. Itu berdasarkan arahan dari sang pelatih.

Saat semua tim basket memasuki lapangan, seluruh siswa dan siswi langsung berteriak histeris melihat kelima inti Alvaskar-yang notabenenya adalah cowok keren dan paling terkenal di Bima Shakti school.

Seluruh warga sekolah juga tau, betapa terkenalnya Geng Alvaskar yang di ketuai oleh Harsel itu. Meski banyak sorakan yang begitu jelas di dengar, kelimanya bersikap tak acuh. Karena mendengar suara seperti itu sudah menjadi hal yang biasa.

Nara menelan salivannya saat melihat Arsen yang tampak gagah, otot di tubuhnya terpampang jelas, tubuh atleisnya mampu menghipnotis kalangan wanita. Rasanya Nara tak rela melihat tubuh suaminya menjadi bahan tontonan orang-orang terlebih lagi dari kalangan kaum hawa.

Begitu mendengar suara peluit berbunyi, setiap orang di masing-masing kelompok mulai fokus pada latihannya. Di tepi lapang, ada anak cheers yang memberikan semangat sambil memperlihatkan tarian khasnya.

"Centil banget si Jamet, udah kaya itik aja pantatnya," gerutu Chandi. Nara hanya bisa terkekeh mendengar ocehan dari temannya itu. Yang di maksud 'si jamet' itu 'si Lily'.

"Iri dengki aja lo, Chan. Iri kan lo gara-gara gak bisa kaya mereka?" sahut Fifi.

Chandi memutar bola mata malas. Untuk apa iri? Tanpa masuk cheers juga ia sudah punya Geng Alvaskar yang terkenalnya melebihi anggota-anggota itu.

"Ngapain gue iri? Gila aja sih goyang-goyang gitu, kaya belut listrik aja," timpal Chandi.

"Dari pada kaya lo. Kaku kaya batang pohon," ledek Fifi.

Chandi menatap tajam ke arah Fifi. "Dari pada lo, petakilan kaya reog, Mei-Mei. Dari pada lo di sini ganggu kita, mending lo main masak-masak sana sama Susanti."

"Gue Fifi bukan Mei-Mei. Enak aja ngerubah nama gue," sewot Fifi.

"Diem lo Marpua'ah!!"

"Kalian tuh ribut mulu kerjaannya. Mending diem terus fokus liat pertandingan basket aja," lerai Nara.

"Go Harsel Go!!"

"Go!! Go!! Go!! Arsen!!"

"Go!! Go!! Go!! Semangattt!!"

Seperti itulah kira-kira teriakan anggota tim cheers. Bagi siapa saja yang mendengar itu, pasti telinganya akan pengang di buatnya.

Di babak pertama, tim Harsel sudah mencetak angka. Membuat kelompok yang lain kewalahan menyandingi kemampuan seorang Harsel. Tak hanya itu saja, di menit berikutnya Arsen juga berhasil mencetak angka, di ikuti dengan yang lainnya.

Meski ini bukan kompetisi basket, tapi semua orang selalu greget melihat pelatihan ini.

Waktu demi waktu berjalan, akhirnya pertandingan sudah selesai. Kelompok Harsel di nyatakan menang dalam latihan itu. Tidak heran jika Harsel selalu menang, kemampuannya dalam bermain basket memang tak bisa di tandingi.

ARSENARA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang