Haruna telah resmi berpindah tempat tidur, dari yang awalnya tidur di ruang belajar Renjun kini gadis itu tidur di ranjang milik Renjun.
Renjun tampaknya juga mulai terbiasa dengan kehadirannya, namun dia masih sering terkejut ketika Haruna tiba-tiba menyentuhnya. Bukan hanya terkejut kadang Renjun juga marah-marah.
"Renjun bangun." Haruna berbaring menghadapnya. Jemarinya memainkan helaian rambut Renjun.
"Njun...." Panggilnya sekali lagi. Namun Renjun masih bergeming. Dia berbaring menghadap Haruna dengan tangan melingkari perut gadis itu.
"Kalau ga bangun aku cium nih." Ancaman Haruna tak diindahkan oleh Renjun. Mata lelaki itu masih terpejam sempurna dengan nafas yang tenang.
Haruna bukan orang yang suka membual, di tambah dengan rasa penasarannya yang tinggi, gadis itu akan benar-benar melakukan apa yang dia katakan.
Gadis itu menunduk, mendekatkan wajahnya dengan wajah Renjun. Rambut panjang Haruna yang tergerai menyentuh pipi Renjun dan membuat lelaki itu risih. Dia melenguh tapi kesadarannya masih tertinggal di alam mimpi.
Haruna bertindak berani. Hidungnya sudah menempel di pipi Renjun dan bibirnya perlahan menyusul. Merasakan kulit putih halus milik Renjun dan menghirup aroma kulit lelaki itu.
1 detik...
2 detik...
Sampai Renjun benar-benar menyadari bahwa ada benda asing yang menempeli wajahnya. Lelaki itu terkejut, terlonjak dan setengah berteriak menjauhkan dirinya sendiri dari Haruna.
"Shit.. mau apa kau??" Dia berteriak sangat keras.
"Cuma cium."
Renjun mengusap pipinya bekas di cium Haruna. Wajahnya terlihat sangat terganggu dan tidak nyaman.
"Jangan cium-cium aku ga suka." Kata Renjun. Haruna langsung cemberut.
"Katanya mau sembuh, masa cium aja ga mau."
"Kamu boleh lakuin yang lain kecuali cium." Kata Renjun.
Haruna duduk dengan wajah polosnya.
"Kenapa kamu ga suka cium? Aku bau ya??" Gadis itu mengendus piyamanya sendiri.
"Bukan gitu, aku bukannya ga suka tapi aku jijik."
Bukannya itu sama saja ?
Haruna cemberut. Gadis itu turun dari ranjang dan merapikannya sebelum bersiap untuk mandi.
Pada awalnya Renjun bilang Haruna akan di daftarkan ke sekolah kedokteran tapi ternyata Haechan malah mendaftarkannya ke fakultas kedokteran hewan.Beruntung Haruna bukan pembenci binatang, tapi dia juga tidak sesuka itu dengan binatang terutama reptil.
Siang ini dia terduduk lesu di taman kampus dengan memangku seekor marmut yang menjadi pasiennya.
"Jisung lapar hmm???" Tanyanya pada marmut itu. Dan tentu saja tidak akan ada jawaban yang dia dengar.
Haruna merogoh tas nya, mencari-cari makanan Jisung disana. Lalu gadis itu kembali melamun sambil melihat marmutnya makan.
Banyak sekali hal yang terjadi dalam hidupnya, namun akhir-akhir ini Haruna bersyukur karena hanya hal baik yang datang.
Gadis itu mulai memikirkan kembali tentang kesepakatannya dengan Renjun. Laki-laki yang pada awalnya sangat anti pati dengan wanita itu sekarang meminta Haruna untuk membantunya sembuh.
Gadis itu tersemyum, separuh dari dirinya merasa senang karena memang sejak awal bertemu dia sudah menyukai Renjun meski kepribadiannya buruk. Namun separuh dari dirinya justru merasakan sebaliknya.
Menyerahkan dirinya pada seorang laki-laki dan menjadikan tubuhnya sebagai alat penyembuh untuk lelaki itu, Lalu.... Apa bedanya ini dengan menjadi pemuas laki-laki?
Bukankah Haruna tetap bekerja dengan tubuhnya dan dibayar karena itu?
Haruna menggigit bibir bawahnya. Otaknya membenarkan itu, namun hati Haruna rasanya sudah dibutakan oleh Huang Renjun. Haruna benar-benar menyukainya, dia berdebar setiap dekat dengan Renjun dan sensasi itu benar-benar menyenangkan.
Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia sangat naif dan mudah sekali jatuh cinta? Bahkan dia jatuh cinta tanpa syarat kepana Huang Renjun hingga dia akan rela di manfaatkan oleh lelaki itu.
Ini salah! Jelas ini salah. Tapi hatinya selalu menjadikan ini pilihan yang benar. Dia benar-benar ingin selalu bersama Renjun hingga tak berpikir tentang akibatnya.
Lamunannya membuat Haruna tak siaga, gadis itu juga sedikit tersentak ketika ponselnya tiba-tiba berdering di dalam tasnya.
Satu panggilan dari nomor tak dikenal masuk. Dan Haruna tanpa ragu menjawabnya.
"Halo~" sapanya pada sang penelpon.
Namun bukan balasan dari sapaannya yang Haruna dengar dari lawan bicaranya, melainkan suara tawa yang langsung membuat bulu-bulu Haruna meremang.
Suara ini... Haruna mengenali suara ini.
"Ahh.. bisa-bisanya kau pergi dari jepang lebih cepat. Harusnya kau tinggal lebih lama sayang agar aku bisa merencanakan sesuatu untukmu."
'J-jung Jaehyun..'
Haruna melotot. Jantungnya berpacu 2 kali lebih cepat. Gadis itu refek mematikan sambungan teleponnya dengan tangan gemetar dan tanpa sengaja menjatuhkan ponsel itu ke tanah.
'Jung Jaehyun, bagaimana bisa dia tau nomor ponselku?'
Nafas Haruna memburu, kaki-kaki nya gemetar karena ketakutan. Bahkan dia juga tak bereaksi apapun ketika marmutnya kabur ke semak-semak.
Bola mata Haruna bergetar, tidak fokus pada satu titik. Gadia itu tiba-tiba melirik ke belakang, lalu kesamping kanan dan kirinya seolah memastikan tidak ada mata-mata Jaehyun yang sedang menguntitnya.
Haruna bodoh jika berpikir bahwa Jaehyun akan menyerah dan menbiarkannya pergi. Nyatanya lelaki itu punya banyak kuasa untuk mencari keberadaannya.
Fokusnya kembali ketika sebuah pesan masuk membuat layar ponselnya berkedip. Haruna meraih ponselnya dan menemukan nomor yang sama telah mengiriminya pesan.
From: xxxx
Aku akan segera menjemputmu sayang~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Partner | HUANG RENJUN
FanficHaruna sangat yakin dia datang untuk melamar pekerjaan, namun kenapa dia malah berakhir menandatangani kontrak pernikahan dengan seorang bos besar yang memiliki orientasi sex menyimpang? "Selamat, Anda di terima bekerja..." "...... Sebagai istriku."