18. Mixed Feelings

702 69 0
                                    

Haruna berjalan jinjit keluar kamar Renjun dalam balutan pakaian yang sudah rapi. Renjun masih tidur, terkapar tak berdaya di atas ranjang. Dan Haruna bersusah payah bangun pagi untuk menghindari kemarahan lelaki itu.

Semalam Haruna lepas kendali, dia benar-benar menyentuh Renjun semaunya bahkan tidak menjaga keperawanannya. Ini semua gara-gara obat bodoh yang sengaja di masukkan ke dalam makanannya. Siapa sebenarnya orang gila yang tega melakukan itu dan apa tujuannya?

Haruna menghela nafas. Tangannya bergerak perlahan menutup pintu kamar lelaki itu agar tidak menimbulkan deritan.

Gadis itu kemudian keluar mencari Haechan, namun Haruna tidak menemukannya di ruang kerja Renjun. Haruna tidak tau dimana kamar Haechan dan Haechan juga tidak bisa di hubungi. Sampai akhirnya Haruna memutuskan untuk pergi ke kampus sendirian dengan bus.

Gadis itu sudah mengirim pesan singkat kepada Renjun dan berharap lelaki itu mengerti.

Selama perjalanan dia terus melamun. Memikirkan kejadian memalukan semalam dan bagaimana caranya dia bisa menghadapi Renjun nanti. Juga tentang pesan misterius yang Haruna duga sebagai Jung Jaehyun.

Bagaiman jika Jaehyun menemukannya disini lalu membawanya pergi ?

Haruna langsung menggeleng cepat untuk menepis kemungkinan itu. Dia adalah milik Renjun sekarang dan Renjun tidak akan membiarkan itu sampai terjadi kan??? Renjun akan melindunginya kan?

Haruna menatap keluar jendela, nafasnya masih memburu karena ketegangan yang mengikat otaknya. Sampai pada akhirnya dia sadar kalau halte yang dia tuju sudah terlewat. Haruna langsung melotot.

"Aargh... Gimana nih??" Dia merutuki dirinya sendiri. Lalu dengan waspada menunggu sampai bus berhenti di halte berikutnya.

"Sial.. kenapa bisa sampai sejauh ini??" Haruna mengumpat pada dirinya sendiri.

Gadis itu duduk lesu di kursi halte sambil menatap map di ponselnya. Dia tersesat cukup jauh, ada sekitar 3 halte yang terlewat dan hal buruknya adalah Haruna tidak tau dimana dia tersesat.

Gadis itu kemudian membuka aplikasi chat, dan berdebat dengan dirinya sendiri apakah dia harus menelepon Renjun atau tidak. Kaki-kaki Haruna terus mengetuk-ngetuk lantai beton selama dia berpikir dan pandangannya juga terus beralih, awalnya menatap ke jalanan sampai akhirnya menatap ke sebrang jalan.

Ada hal janggal yang dia lihat di seberang jalan. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang lelaki yang berdiri di seberang jalan itu sedang memperhatikannya?

Haruna tiba-tiba merinding. Tubuhnya duduk dengan tegang dengan kaki yang merapat. Orang itu mengenakan pakaian serba hitam dengan penutup kepala dan masker. Yang terlihat hanyalah kedua mata legamnya yang terus mengawasi.

Haruna menoleh, menatap kesekekilingnya untuk mencari keramaian. Namun sialnya halte ini berada di pinggiran kota dan hanya ada mobil-mobil yang berlalu lalang tanpa satu pun pejalan kaki.

Gadis itu berulang kali melirik ke samping, ke arah tiang yang menampilkan jadwal bus selanjutnya sambil berharap kalau bus itu akan segera datang dan membawanya pergi dari sana.

Sampai tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan halte dan Haruna langsung memasang mode waspada. Dia takut kalau ini adalah sindikat penculikan atau semacamnya. Tapi semua pemikiran negatifnya itu tak terbukti. Karena Haruna justru melihat Renjun keluar dari kursi pengemudi.

"Naik." Katanya.

Haruna berlari, cepat-cepat naik ke mobil dan memasang seat belt. Gadis itu juga sempat melirik keluar jendela namun orang di seberang jalan tadi sudah menghilang.

Love Partner | HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang