29. Powerless

411 67 7
                                    

Huang Renjun merasa hampa, otaknya kosong sementara jiwanya pergi bersama bayang-bayang Haruna.

Lelaki itu duduk melamun di dalam sebuah bar tak jauh dari kediamannya. Matanya menatap kosong pada embun-embun yang berkumpul di pinggiran gelas beer nya. Menyaksikan bagaimana buliran embun itu meleleh menuruni gelas kaca bening.

Di tengah perasaannya yang kecewa dan terluka lelaki itu masih sempat memikirkan dimana Haruna sekarang. Apakah gadis itu baik-baik saja? Apakah dia kembali ke penginapan kumuh nya?

Singkat kata Renjun sangat mengkhawatirkannya. Dan perasaan itu seperti berseteru dengan rasa kecewa dan sakit hatinya.

Renjun menarik nafas dalam, sedikit menegakkan tubuhnya ketika ada seseorang yang mengisi kursi kosong di sampingnya. Lelaki itu menoleh dan melihat wajah muram Haechan yang tak jauh beda dengannya.

"Kau mengikutiku?" Tuduh Renjun. Haechan tak sekalipun meliriknya.

"Jangan ge-er." Lelaki itu mengangkat satu tangannya untuk memanggil bartender.

"Bukan kau saja yang punya masalah, semua manusia di dunia ini juga punya masalah." Kata Haechan. Lirikan matanya mengisyaratkan jika dia sedang berada di mood yang buruk.

"Kamu terbelit hutang?" Tebak Renjun, Haechan langsung memelototinya.

"Apa wajahku kelihatan seperti orang susah?"

Sial, bicara dengan Haechan membuat Renjun lebih emosional. Dia akhirnya memilih untuk diam dan kembali pada kegiatan awalnya. Melamun.

Sementara Lee Haechan memilih tidak akan membuka suara tentang masalahnya. Baik itu kepada kepala keluarga Huang ataupun pada Huang Renjun, karena keduanya sama-sama memiliki tingkat emosional yang buruk.

Dia perlu memikirkan ini lebih jauh dan mencari cara paling aman agar dia tidak berakhir di penggal oleh kepala keluarga Huang.

Kedua orang itu duduk dalam diam mengamati embun es di gelas beer mereka seperti orang bodoh. Sampai saat ponsel Haechan berbunyi barulah dia bergeming.

"Seorang penjaga mengirimiku rekaman cctv saat Haruna pergi. Tepatnya 1 jam sebelum kau pulang."

Renjun sedikit bergeser untuk ikut melihat rekaman video dari ponsel Haechan.

Sebuah mobil hitam yang menunggu Haruna terparkir beberapa meter di sisi selatan rumah Renjun. Haruna terlihat berlari saat menghampirinya.

Renjun pikir setelah gadis itu masuk mobil akan langsung pergi, namun dia salah. Pintu mobil kembali terbuka dengan Haruna yang mencoba berlari keluar namun belum sempat dia berlari, seseorang menarik bajunya dari dalam mobil hingga gadis itu jatuh ke dalam. Seorang pria yang menjadi pengemudi lalu menutup paksa pintu mobilnya dan mereka pergi dengan tergesa.

"Kenapa ini kelihatan seperti adegan penculikan?" Komentar Haechan. Dia bertukar pandang dengan Renjun.

Renjun tidak mengatakan apapun. Wajahnya terlihat sangat serius ketika dia tiba-tiba bergegas pergi dari bar.

Haruna seperti merasakan Dejavu, tubuhnya lemas, dan permukaan kulitnya sangat dingin seperti mayat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruna seperti merasakan Dejavu, tubuhnya lemas, dan permukaan kulitnya sangat dingin seperti mayat. Situasi ini mengingatkannya pada malam ketika dia hendak di bawa ke Korea dengan kapal barang. Dan Haruna memiliki trauma tersendiri dengan situasi seperti ini.

Gadis itu setengah sadar, otaknya bisa dia gunakan dengan baik namun tidak dengan tubuhnya. Pandangannya kabur dan tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali seolah otot-otot motorik telah meninggalkan tubuhnya.

Ini aneh, Haruna tidak terikat atau di belenggu dengan sebuah alat. Gadis itu hanya di geletakkan di atas sofa begitu saja. Tapi Haruna sama sekali tidak bisa merasakan tubuhnya selain hanya rasa dingin yang menusuk.

"Aah.. kau sudah bangun rupanya. " Suara familiar itu memenuhi ruangan. Langkah kakinya membuat Haruna tercekat.

"Jangan khawatir, tubuhmu baik-baik saja. Ini hanya efek kecil dari narkotika yang di suntikkan kedalam tubuhmu."

Haruna terpejam, berpura-pura pingsan sepertinya lebih baik daripada harus menatap wajah menyeramkan Jaehyun.

Namun ketika dia membuka mata lagi dia justru terkejut karena Jaehyun sudah berjongkok di hadapannya dengan senyuman manipulatif yang membuat Haruna bergidik.

"Waah.. kau benar-benar tipeku. Aku pikir aku tidak akan tahan untuk tidak menyentuhmu malam ini nona Haruna."

Nafas Haruna memburu mengiringi sentuhan Jaehyun di rahangnya. Dan demi Tuhan dia benar-benar ingin menghindar saat Jaehyun dengan lancang mencium bibirnya namun tubuh tak berdayanya ini membuat Jaehyun memiliki keuntungan lebih.

"Sayangnya obat ini juga akan membuatmu kesulitan bicara. Padahal aku sangat ingin mendengarmu mendesah."

Haruna menangis, dia ingin sekali berteriak tapi tidak bisa. Bahkan memasang wajah ketakutan saja otot-otot di wajahnya tidak mampu.

Tidak ada hal lain yang lebih menyakitkan daripada hanya tergolek tak berdaya dan membiarkan tubuhnya di sentuh. Bahkan jika bisa memilih Haruna akan lebih memilih mati.

"Kenapa menangis humm? Kau sedih??"  Jaehyun tertawa dengan suara beratnya.

"Biar aku membuatmu lebih sedih lagi ya, aku akan memberitau sebuah rahasia. Temanmu sedang di siksa di basement mungkin beberapa menit lagi dia akan mati.

'Shotaro? Tidak...!!'

Nafas Haruna semakin memburu diiringi dengan lirikan matanya pada Jaehyun. Lelaki itu menggerakkan tangan biadabnya ke arah dada Haruna dan berusaha membuka kancingnya.

'jangan.. kumohon... JANGAN !!!'

Apakah ini akan menjadi akhir dari hidupnya?
Tergeletak tak berdaya dihadapan orang semacam Jung Jaehyun dan membiarkan tubuhnya dinikmati secara sembarangan sementara dia hanya bisa menangis dan berteriak di dalam kepalanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Partner | HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang