Hari dimana Haruna harusnya pergi dengan Shotaro adalah hari yang sangat berat untuk Haruna. Berulang kali dia membujuk dirinya sendiri dan memikirkan kembali kenyataan bahwa Renjun tidak pernah memiliki perasaan yang sama sepertinya tapi Haruna tetap sulit melakukan ini.
Otaknya membeku dan wajah Huang Renjun seolah terpatri di dalam kepalanya. Haruna tak Setega itu mengkhianatinya atau melanggar kesepakatan mereka. Gadis itu terus berpikir namun hatinya tetap merasa ragu.
"Taro.. tolong tunggu seminggu lagi."
Haruna menemui Shotaro di dekat gerbang kawasan perumah Renjun.
Lelaki itu datang untuk menjemputnya namun yang didapati adalah sosok bimbang yang sama seperti yang dia temui kemarin."Kupikir kata-kata sudah ga mempan buat membujukmu ya. " Taro menunjukkan senyumannya namun tidak ada kesan ramah disana.
Lelaki itu mengambil ponsel dari sakunya lalu menghadapkan layarnya di depan wajah Haruna.
Jika kata-kata logisnya tak mampu lagi menggerakkan hati gadis itu, maka Shotaro akan mencari cara lain untuk meyakinkan Haruna. Melepas segala keraguan gadis itu agar dia bisa pergi tanpa beban.
Haruna terkejut. Matanya melotot dengan kedua tangan yang membekap mulutnya sendiri saat menatap layar ponsel Shotaro.
Huang Renjun sedang bertemu dengan Jung Jaehyun. Gambarnya tidak terlalu jelas karena ini di ambil dari tangkapan rekaman cctv.
"Darimana kau dapat ini ?"
"Aku membobol sistem keamanan perusahaan dan mencuri rekaman cctv ini." Jawab Shotaro. Lelaki itu mengantongi kembali ponselnya dan menatap tegas.
"Sekarang kamu sudah ngerti kan betapa gentingnya posisimu? Jaehyun ada di Beijing, dan dia menemui Huang Renjun untuk sebuah kesepakatan yang kita ga tau. " Shotaro menjeda dan mengambil nafas sejenak.
"Ga ada waktu buat kita menunggu, kamu baru kenal Renjun selama 10 bulan, kamu ga pernah tau hal-hal mustahil apa yang sedang direncanakan orang itu. Bisa saja kan setelah kontrak kalian berakhir dia menyerahkanmu pada Jung Jaehyun."
Ya, Shotaro benar. Hati nya menolak fakta itu namun logikanya membenarkan. Haruna memang harus pergi selagi dia bisa. Tidak ada lagi tempat yang bisa dia pakai untuk bersembunyi termasuk di bawah ketiak Huang Renjun sekalipun.
"Oke. Tunggu aku disini, aku akan mengambil barangku."
Gadis itu kembali masuk melewati gerbang dan berlari ke rumah Renjun. Lelaki itu masih di kantornya, ini kesempatan yang bagus untuk Haruna pergi.
Haruna mengemasi barang yang dia bawa saat dia datang dan meninggalkan semua pemberian Renjun. Rasanya terlalu sayang memang meninggalkan gaun-gaun cantiknya. Namun dia akan membuat para penjaga curiga jika membawa terlalu banyak barang.
Haruna keluar dari kamarnya dan menatap tempat tidur Renjun. Gadis itu berjalan mendekat, kaki-kakinya terasa sangat berat seolah ada sepasang barbel yang mengikatnya.
Haruna duduk di sisi ranjang. Mengusap sekilas bantal yang biasanya di pakai Renjun dengan seulas senyuman tipis.
"Maafkan aku." Gumamnya.
Gadis itu meletakkan sebuah surat tanda salam perpisahan darinya di atas nakas besebelahan dengan ponsel pemberian Renjun.
Air matanya sedikit menggenang namun Haruna menahannya agar tidak jatuh. Dia harus kembali menjalani hidupnya sendiri, kembali pada realita menyakitkan bahwa dia adalah seorang buronan.
Sekali lagi Haruna menarik nafas dalam-dalam. Mencium sisa-sisa aroma Renjun yang tertinggal di kamar mereka. Dia akan menyimpan itu dalam memori otaknya, sebagai salah satu aroma yang akan dia rindukan di kemudian hari.
"Selamat tinggal Huang Renjun."
Haruna keluar dari gerbang utama dengan perasaan was-was. Langkah kakinya di buat setenang mungkin dengan wajah tegang yang coba dia sembunyikan di balik senyuman ramahnya.Dia beruntung karena tidak ada satupun penjaga yang curiga. Haruna bisa keluar dari sana dengan membawa ransel kecil berisi beberapa potong baju.
Mobil Shotaro berada beberapa meter dari gerbang rumah Renjun. Haruna tergesa-gesa menghampirinya dan tanpa ragu membuka pintu belakang.
"Taro..."
Hal aneh pertama yang dia lihat ketika membuka pintu adalah Shotaro yang terikat di kursi belakang dengan mulut di lakban. Haruna kemudian melihat ke kursi pengemudi.
2 orang asing bertubuh tinggi tengah tersenyum menatapnya. Gadis itu langsung panik. Ini bukan situasi yang benar. Harusnya hanya ada dia dan Shotaro dalam mobil itu, lalu... Siapa kedua orang ini?
Haruna langsung lari, namun belum sampai langkah kedua, laki-laki tadi sudah menangkap tangannya.
"Lepaskan aku.. !! Lepas!!"
Tangan besar laki-laki itu membekap mulutnya dan mendorong Haruna masuk dengan kasar ke dalam mobil. Lelaki itu memborgol pergelangan tangannya.
Detik berikutnya Haruna bisa merasakan sesuatu yang runcing menancap di lengannya. Dengan wajah ketakutan dia melirik kesamping. Sebuah jarum suntik berada disana dengan cairan yang perlahan-lahan memasuki venanya. Gadis itu langsung tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Partner | HUANG RENJUN
FanficHaruna sangat yakin dia datang untuk melamar pekerjaan, namun kenapa dia malah berakhir menandatangani kontrak pernikahan dengan seorang bos besar yang memiliki orientasi sex menyimpang? "Selamat, Anda di terima bekerja..." "...... Sebagai istriku."