32.Pengakuan Cinta dan Pengakuan Dosa

537 76 9
                                    

Haruna terbangun dengan kesadaran yang mengambang. Rasanya seperti ada di antara mimpi dan kenyataan. Langit-langit yang dia tatap terasa bergoyang namun semakin lama semakin melambat.

Gadis itu memutar kepalanya, hal berikutnya yang di tangkap irisnya  ialah wajah lelah Huang Renjun yang tengah melamun. Mata lelaki itu sembab, kulitnya pucat dan rambutnya berantakan persis seperti pakaian yang dia kenakan kini.

Haruna melirik arah pandang lelaki itu, sebuah nakas yang penuh dengan gelas plastik bekas kopi. Bisa dia tebak itu adalah menu sarapan, makan siang dan makan malam Renjun seharian ini. Atau mungkin selama beberapa hari terakhir??

Tunggu!! Memangnya berapa lama dia pingsan ??

"Runa?" Renjun tiba-tiba memekik begitu tau Haruna membuka mata.

Haruna mencoba bersuara namun tenggorokannya tercekat dan tidak ada suara yang keluar dari sana. Gadis itu hanya bisa tersenyum dan memandangi Renjun. Tidak pernah menyangka jika dia bisa melihat wajahnya lagi.

"Biar aku panggilkan perawat."

Renjun hendak beranjak namun Haruna buru2 menangkap jemari Renjun dan membuat lelaki itu kembali menatapnya. Kemudian Haruna menggeleng, menginginkan lelaki itu tetap bersamanya dan tak pergi kemanapun.

"Kenapa??"

"Mi-num.." Haruna berucap tanpa suara. Gadis itu mencoba bicara lebih keras namun apa daya suaranya tidak mau keluar.

"Apa??" Renjun mendekatkan telinganya ke mulut Haruna dan meminta gadis itu untuk mengulangi ucapannya.

"Minum.."

"Hah?? Cium??

Cup~

Renjun langsung mencium bibir Haruna dengan senyuman tersungging malu-malu. Gadis itu menghela nafas lelah. Sedikit mengutuk tentang tidak bergunanya telinga Renjun.

"Minum... Mi.. num..." Haruna mencoba menggerakkan bibirnya lebih jelas dan akhirnya Renjun menangkap maksudnya.

"Ooh... minum." Renjun tersenyum geli. Lelaki itu membantu Haruna untuk duduk dan memberinya air minum.

Ada wajah lega yang terpancar di mata Haruna ketika air itu mengaliri tenggorokannya yang tandus. Dia seolah bisa merasakan kembali yang namanya kehidupan setelah beberapa hari berada di ambang kematian.

Pandangan Haruna berangsur pulih dengan wajah berantakan Renjun yang tertangkap semakin jelas oleh retina matanya. Gadis itu kembali mencoba bersuara. Membersihkan tenggorokannya dari lendir-lendir yang menetap disana selama beberapa hari.

"A.. AA.."

"Sudah lebih baik??" Renjun menatapnya sedikit khawatir. Dan melihat Haruna mengangguk membuat Renjun merasa lega.

"Syukurlah.."

Haruna tersenyum. Apa Renjun mengkhawatirkannya? Ah.. betapa senangnya dia di khawatirkan.

Tatapan Haruna tidak bisa beralih demari Renjun. Bahkan pancaran kebahagiaannya terlihat dengan jelas seolah-olah di baru saja melihat masa depan yang cerah ada di depan matanya.

"Kenapa menatapku begitu??" Renjun meliriknya, berusaha menggoda. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Haruna selain hanya binar di matanya yang berkilat.

Gadis itu tersenyum malu-malu meskipun biasanya dia menunjukkan perasaannya dengan tidak tau malu. Tapi kali ini rasanya berbeda. Fakta bahwa Renjun mengkhawatirkannya lalu mencarinya menimbulkan efek uforia kecil di kepala Haruna. Gadis itu jelas bahagia, sebelum akhirnya dia teringat sesuatu.

Love Partner | HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang