Jemari Renjun bergerak lamban membolak balikan jam pasir kecil di atas mejanya. Kedua matanya terus menatap tanpa fokus pada butiran-butiran pasir yang jatuh sedikit demi sedikit mengikuti grafitasi.
Huang Renjun terus berpikir, mencoba menerka apa yang terjadi pada hatinya dan apa yang menjadi kemauannya.
Hatinya berada pada 2 rasa yang bertentangan.Mengakhiri kontrak itu adalah opsi terbaik yang pernah dia buat tetapi di sisi lain juga membuat hatinya tidak senang. Renjun sudah terlalu terbiasa dengan keberadaan Haruna, dan memikirkan bahwa gadis itu harus enyah dari hidupnya itu membuat perasaannya terasa aneh.
Apakah ini karena perasaannya? Ataukah ini karena kebutuhan biologisnya yang tidak akan lagi terpenuhi jika Haruna tak bersamanya ?
Bukankah dia terlalu jahat?
Ya.. jika dipikir lagi Renjun memang tampak jahat dari sudut pandangnya sendiri.
Membayar Haruna untuk menjadi istri kontrak memang masih manusiawi, namun semakin berjalannya waktu Renjun justru menjadikan Haruna seperti pelacur pribadinya.
Sialnya Renjun baru menyadari jika kelakuannya tak ada bedanya dari para pria hidung belang di luar sana."Njun.... "
Renjun masih melamun ketika Haechan datang dan berdiri di hadapannya dengan tangan melambai.
"Huang Renjun." Haechan memanggilnya lagi, kali ini dengan nada lebih keras.
Renjun tersadar. Matanya beralih dari jam pasir di tangannya menuju wajah muram Haechan."Kenapa ?"
"Aku punya berita buruk. Ini tentang Haruna." Kata Haechan.
Renjun langsung menegakkan tubuhnya. Wajahnya berubah tegang, menunggu saat-saat Haechan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya.
"Seorang paparazi menghubungiku, dan dia meminta sejumlah besar uang untuk foto-foto ini." Haechan meletakkan beberapa lembar foto di meja Renjun.
Wajah Renjun tertegun saat melihat foto-foto itu namun dia tidak terlalu terkejut.
Itu adalah foto-foto Haruna yang bertemu laki-laki lain secara sembunyi-sembunyi. Itu adalah Shotaro. Tentu wajah itu tidak asing untuk Renjun karena Renjun pernah melihatnya satu kali saat menjemput Haruna.
Sebenarnya tidak ada hal janggal dari foto itu. Ini bahkan terlihat lebih manusiawi, hanya Haruna yang bertemu dengan seorang laki-laki. Yah... Itu saja.
Haruna tidak melakukan kontak fisik, tidak berpelukan atau berciuman. Namun ke akraban dari tatapan mereka seolah menggambarkan seberapa dekat hubungan keduanya. Dan Huang Renjun tidak suka melihat itu.
"Jika tidak membayar dia bilang mau menyebarkan foto ini dan membuat gosip."
"Bayar saja." Renjun menjawab tanpa berpikir. Dia bahkan tidak terlalu peduli dengan sejumlah uang yang harus dia keluarkan.
Matanya tetap fokus pada foto-foto Haruna dan ini membuat Haechan tertarik.
"Kau kenal dia?" Tanya Haechan.
"Aku pernah melihatnya tapi aku ga kenal."
Renjun mulai berspekulasi di dalam kepalanya. Bagaimana jika dia bukan sekedar teman untuk Haruna? Bagaimana jika mereka adalah sepasang kekasih? Dan dia datang untuk menjemput Haruna karena tau kontrak mereka akan segera berakhir.
Renjun menghela nafas. Tangannya meletakkan foto Haruna kembali ke atas meja lalu bertumpu di siku dengan jemari saling bertautan.
Sepertinya dia harus segera mengakhiri ini, dia tidak akan menahan Haruna bersamanya lagi dan Renjun tidak mau menjadi pria brengsek dengan memanfaatkan tubuh gadis itu.
"Lee Haechan." Panggil Renjun.
Haechan yang membantu merapikan foto-foto di atas meja kini menatapnya.
"Ya?"
"Hubungi pengacara Urus surat perceraian ku."
"Njun... Jangan gegabah. Kenapa ga tanya dulu baik-baik tentang foto ini." Haechan berusaha membujuknya. Dia tau kalau Renjun sudah mulai membuka diri pada perempuan, akan sangat di sayangkan jika dia melepaskan Haruna begitu saja.
"Ini bukan soal perasaan. Ini tentang kontrakku dengan Haruna. Kontrak akan berakhir 10 hari lagi."
Haechan mengangguk-angguk, tapi tetap saja ada hal yang tidak beres terus mengganggu pikirannya.
"Kamu yakin mau melepaskan Haruna? Bukannya kamu sudah nyaman sama dia?"
"Hanya sebatas nyaman Chan, ga ada perasaan lain. "
"Yakin cuma sebatas nyaman?"
Pertanyaan Haechan membuat Renjun terdiam. Seolah sedang menanyai dirinya sendiri dan meyakinkan hatinya, apakah benar ini hanya sebatas rasa nyaman?
"Iya." Jawab Renjun setelah terdiam cukup lama.
"Haruna punya hidupnya sendiri, aku ga bisa maksa dia buat tetap hidup dan terikat denganku. "
"Hey... Dengar ya, kalau kau mengkhawatirkan tentang hubungan Haruna dan laki-laki ini aku pikir akan lebih baik kalau bertanya langsung. Siapa tau kan mereka cuma teman. " Haechan melirik kembali foto-foto Haruna yang tergeletak di atas meja.
"Para paparazi itu hanya ingin membuat berita buruk tentangmu dan Haruna. Foto ini normal, tapi mereka membuat seolah Haruna menemui selingkuhannya di luar." Tambah Haechan.
"Iya aku tau Chan. Aku juga tidak berpikir Haruna berselingkuh. Dia hanya bertemu dan mengobrol dengan temannya. Tapi masalah kontrak... "
"Okey.. kontrak memang tetaplah kontrak...." Haechan memotong.
".... Semua yang ada di atas kertas sudah di sepakati. Dan itu akan berakhir sebentar lagi. Aku cuma ga mau kau menyesal setelah melepaskan Haruna. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau lakukan setelah kontrak itu berakhir."
Sebenarnya....
Renjun yang selingkuh sama Mark.. eh..(?) 🤣🤣👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Partner | HUANG RENJUN
FanfictionHaruna sangat yakin dia datang untuk melamar pekerjaan, namun kenapa dia malah berakhir menandatangani kontrak pernikahan dengan seorang bos besar yang memiliki orientasi sex menyimpang? "Selamat, Anda di terima bekerja..." "...... Sebagai istriku."