28. Masalah Di Tengah Masalah

471 66 11
                                    

Huang Renjun bimbang, setidaknya kebimbangannya bertambah 3 kali lipat setelah kedatangan Jung Jaehyun.

Renjun tau Jaehyun bukan orang baik-baik dan dia begitu menginginkan Haruna. Dia juga tau bagaimana riwayat hubungan Haruna dan Jung Jaehyun.

Dia pikir kehilangan sebuah resort saja tidak akan seberat saat dia kehilangan Haruna. Terutama jika dia harus merelakan gadis itu bersama orang semacam Jung Jaehyun. Renjun tidak akan rela. Dia tidak ingin Haruna pergi dan berniat memperjelas hubungan mereka.

Huang Renjun mencari Haruna saat dia pulang, namun gadis itu tak ada di manapun. Renjun juga berusaha meneleponnya dan saat itu dia baru tau jika ponsel Haruna di tinggalkan begitu saja di atas nakas.

Renjun berjalan mendekat dengan rasa ingin tau. Tangannya yang awalnya berniat mengambil ponsel Haruna kini bergeser mengambil notes yang ditinggalkan gadis itu.

'meskipun pada akhirnya kita tidak bisa bersama namun setidaknya semesta pernah menjadi saksi betapa bahagianya aku saat bersamamu. terima kasih sudah menjadi suami yang baik untukku selama 10 bulan terakhir. Maaf aku harus pergi seperti ini.'

Renjun tertawa bahkan sangat keras dengan sebelah tangan yang meremas notes Haruna. Kemudian tawanya hilang begitu saja digantikan dengan gemeretak dari giginya saat menahan amarah.

Sebegitu inginnya kah Haruna pergi dan bersama laki-laki lain hingga akhirnya gadis itu menyalahi kontrak mereka?

Renjun bahkan memikirkan kembali keputusannya untuk mengakhiri kontrak karena hatinya begitu berat melepas gadis itu. Dia juga mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada Haruna jika kontrak ini berakhir. Sepeka itu Renjun pada Haruna hingga dia harus merevisi hubungan mereka.

Namun lihatlah apa yang dilakukan Haruna....
Dia menyalahi kontrak, dia pergi begitu saja bahkan tanpa pamit.

Haruna pernah bilang jika dia menyukai Renjun, tapi mana buktinya? Gadis itu tetap memutuskan pergi.

"Aarrghhh shit !!" Renjun berteriak diiringi umpatan yang menggambarkan betapa kalut pikirannya saat ini.

Lelaki itu menarik nafas dalam, mencoba mendinginkan kepalanya yang berapi-api. Dia berjalan mendekati kamar Haruna dan membuka pintunya sedikit kasar. Bunyi deritnya bahkan sampai tak terdengar digantikan dengan suara benturan keras antara handle pintu dan dinding.

Kamar itu masih tetap sama, tak ada yang berubah atau berkurang. Haruna meninggalkan segala pemberiannya disana dan pergi hanya membawa barang miliknya.

Sebegitu tidak inginnya kah dia melihat Renjun ? hingga barang pemberiannya pun dia tinggalkan ?

Kedua tangan Renjun terkepal di samping tubuhnya. Dia harusnya merasa marah dan kesal tapi entah kenapa otaknya malah memberikan sinyal lain hingga genangan air mata itu mengumpul di pelupuk matanya.

"Renjun... Huang Renjun..."

Panggilan Haechan tak sedikitpun membuat Renjun bergeming dari tempatnya berdiri.

"Njun... Haruna per....." Kalimat Haechan mengambang bersamaan ketika kakinya berada di ambang pintu kamar Renjun.

"....gi... " Haechan lalu melanjutkan dalam nada lirih. Dia membaca situasinya, melihat kamar Haruna dan juga sebuah notes di tangan Renjun.

"Ahh.. kau sudah tau ya?"

"Gimana surat perceraiannya?" Renjun menatap Haechan dengan wajah dingin. Ini jarang terjadi tapi tatapan itu berhasil membuat Haechan merinding.

"Lagi di urus. Tapi kita butuh tanda tanganmu dan tanda tangan Haruna."

Ini akan menjadi hal yang sulit ketika Haruna sudah pergi tanpa menandatangani surat perceraian mereka.

Renjun mengacak rambutnya, amarah dan kekecewaan bergumul jadi satu di dalam kepalanya dan membuahkan perasaan frustasi yang membuat kepalanya akan meledak.

"Njun.."

"Aku mau sendirian, tolong tinggalkan aku."

Mood Haechan benar-benar buruk karena permasalahan yang bukan miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mood Haechan benar-benar buruk karena permasalahan yang bukan miliknya. Ya, semua masalah itu adalah milik Renjun namun dia juga terkena imbasnya karena dia benar-benar peduli pada Renjun. Kepeduliannya bahkan melebihi hubungan antara atasan dan bawahan, ini semua karena mereka adalah teman baik.

Lelaki itu lelah, energi kehidupannya seolah terkuras habis dan terkikis emosinya. Haechan masuk ke kamarnya dengan wajah lesu, garis senyumnya tampak jelas menunjukkan jika dia benar-benar stress akhir-akhir ini.

Namun masalah seolah enggan meninggalkannya ketika Haechan baru mendaratkan bokongnya di sofa dan seseorang mengetuk pintu kamarnya lagi. Lelaki itu beranjak dengan malas.

"Iya." Jawabnya ketika langkah kakinya belum mencapai pintu.

Haechan langsung berdiri dengan kaku setelah dia membuka pintu dan menemukan Huang Yeji berdiri di depan kamarnya. 

"Y-yeji??" Dia terbata. Tidak pernah mengira akan bertatap muka lagi dengan Yeji setelah kejadian malam itu.

Gadis itu tak berkata apapun selain mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah alat tes kehamilan terpampang jelas di depan wajah Haechan dengan 2 garis merah yang tertera samar. Laki-laki bermarga Lee itu langsung melotot.

"Yeji... Ini..."

"Aku hamil, dan ini hasil dari yang waktu itu."

Hidup lagi capek-capek nya tapi Haechan malah mau lebih capek 🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup lagi capek-capek nya tapi Haechan malah mau lebih capek 🤣🤣

Hidup lagi capek-capek nya tapi Haechan malah mau lebih capek 🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Partner | HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang