36. Run

438 60 1
                                    

Erika berkunjung lebih cepat dari yang di jadwalkan. Wanita single yang sudah memasuki usia 40an itu berjalan sombong ke dalam penjara. Duduk dengan kaki bersilang sementara jemarinya mengapit nikotin yang menguarkan asap.

Renjun tidak siap, bahkan jika dia harus memukul orang secara membabi buta selama duel, itu tidak akan membuahkan hasil. Dia terlalu lemah, Jaemin saja sudah lelah mengajarinya.

Lelaki itu tau kalau Erika memandangnya sejak dia datang kesini. Mereka sempat beradu tatapan dan Renjun tidak mengerti apa yang membuat wanita itu tersenyum penuh percaya diri.

"Aku mau laki-laki China itu." Jari telunjuk berkuku panjang miliknya terarah pada Renjun.

Jaemin dan Renjun beradu tatapan, lelaki itu sempat berbisik sebelum 2 pengawal Erika berjalan mendekat.

"Kalau kau terdesak, pakai sesuatu di sakumu. " Kata Jaemin.

Renjun hanya mengangguk meski dia tidak tau apa yang telah Jaemin masukkan ke dalam saku celananya.

"Ayo ikut!! "

Renjun diseret, seperti tawanan perang yang akan di hukum pancung. Tangam Renjun kembali di borgol, mulutnya di lakban dan kepalanya di tutupi kain hitam.

Renjun tidak bisa memikirkan hal positif selain kematian yang ada di depan matanya. Dengan kain hitam yang menutupi kepalanya, lelaki itu sudah berpikir kalau dia akan menghadapi hukuman pancung atau hukuman tembak.

2 pria di sisi-sisinya memegangi tangan Renjun seperti sepasang grim reaper yang berjalan dengan sabit kematian di tangannya.

Nafas Renjun memburu dengan kaki yang tersandung-sandung ketika berjalan. Apakah dia benar-benar akan di bunuh??

 Apakah dia benar-benar akan di bunuh??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haruna duduk dengan wajah dingin. Memandangi pantulan dirinya dari balik cermin dan membiarkan seorang penata rias memoles wajahnya dengan riasan tebal.

Beberapa jam lagi dia akan di pajang di dalam ruang kaca seperti barang dagangan yang siap dipilih.

Jika dulu dia hanya diam dan pasrah. Namun kali ini dia tidak ingin berakhir sama. Haruna terus memikirkan siasat di dalam kepalanya.

Bukankah dia sangat mengenal tempat pelacuran ini? Haruna sudah memikirkan beberapa celah di tempat itu sejak lama, dan kali ini dia benar-benar akan mencari cara untuk kabur.

"Sudah selesai." Kata seorang penata rias.

Haruna mengangkat tangannya, menunjukkan borgol yang membelenggunya dengan senyuman miring.

"Bagaimana aku akan melayani mereka kalau tanganku saja di borgol."

Wanita di hadapannya memicing, sedikit curiga namun tetap bergerak untuk membuka tangan Haruna.

"Jangan kabur kalau ga mau mati." Dia memperingatkan.

Haruna digiring keluar ruang make up. Melewati lorong remang-remang yang familiar untuknya.

Love Partner | HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang