••••
Mendengus kesal karena mendengar helaan nafas yang terus saja Gulf hembuskan, ayahnya melihat dengan mata kesal ke arah Gulf yang kini sedang terduduk di kursi ruangan kerja kantor.
Gulf masih betah terduduk di kursi dengan berbantalkan kedua telapak tangannya di belakang kepala. Terus saja mengehela nafas terkadang pula ia menggigit bibirnya perlahan, wajahnya seperti menaruh kekecewaan juga penyesalan.
Semenjak datang keruangan ayahnya, hanya itulah yang Gulf lakukan duduk melamun dan bernafas.
"Huft,,,"
"Sudah hentikan! ini sudah yang ke berapa puluh kali kau mengehela nafas seperti itu" ayahnya dibuat jengah akan pemandangan yang ia lihat
"Sebaiknya kau pulang saja" Gulf hanya melirik sebentar ke arah ayahnya lalu kemudian mengelas nafas kembali dan melanjutkan lamunannya
"Kenapa? Mew membuang cake pemberian mu?" ayahnya perlahan memahami apa yang Gulf pikiran sedari tadi
"Oww,,, atau mungkin Mew sudah jijik melihat wajah mu?" menggoda anaknya dengan mimik yang menyebalkan
"Berisik!"
"Aku hanya berusaha menebak, kira-kira apa yang membuat putra semata wayangku ini begitu gundah"
Gulf membenarkan posisi duduknya, sepertinya ia butuh suatu masukan atau saran dari ayahnya. Hal itu direspon cepat oleh ayahnya yang perlahan bangkit dari kursi kerja dan berjalan menuju ke arah putra semata wayangnya.
"Katakan! apa sebenarnya yang membuatmu terus-terusan menghela nafas seperti tadi?"
"Ayah,,"
"hmm"
"Kenapa dia jadi begitu ya?"
"Begitu bagaimana maksudmu?"
"Sekarang Mew seperti acuh padaku, tidak... bukan seperti, tapi Mew memang acuh padaku. Banyak yang berubah dari dia sekarang"
"Jadi benar dia tidak menerima pemberian mu?"
helaan nafas untuk kesekian kalinya "Dia sempat tidak mau menerimanya, tapi off menyuruhnya untuk mengambil pemberian ku"
"Itu artinya dia terpaksa, dia memang benar-benar sudah muak dengan mu Gulf"
"Ayahhh,,,,,"
"Atau mungkin Mew sudah ada nama lain di hatinya, jadi dia berusaha untuk mulai menjaga jarak dengan mu"