••••
Gulf tak beranjak dari duduknya, ia terus menemani Mew yang sedang membaca beberapa naskah yang di bawa Amanda. Tak jarang Amanda tersenyum saat melihat Mew yang menunjukkan perhatian dan keromantisan nya pada Gulf, bukan tanpa alasan karena memang mereka berdua benar-benar terlihat sangat manis jika sedang perhatian satu sama lain.
"Mew, bagaimana caranya kau bisa mendapatkan pasangan seorang dokter tampan seperti dia?" ujar Amanda saat melihat Mew telah selesai memeriksa beberapa skrip naskah.
"Kau tau? sebenarnya tidak mudah mendapatkan dia, aku butuh waktu empat tahun untuk meluluhkan hatinya."
"Empat tahun? tidak kah itu kelamaan?"
"Tidak ada yang lama jika yang kita tunggu adalah orang yang kita cintai, dan lagi ...semua akhirnya berbuah manis," tutur Mew sembari menarik pinggang Gulf yang duduk di sampingnya.
Amanda menarik nafas sabar kala orang di hadapannya malah asik bermesraan, Mew yang mengendus-endus pipi juga telinga Gulf menghiraukan Amanda yang masih terduduk bersama mereka.
"Kenapa jadi panas seperti ini? apa AC nya mati?" sindir Amanda sembari mengipas-ngipas tangannya ke leher.
Mew dan Gulf mengerti apa maksud dari ucapan Amanda, hingga akhirnya Gulf teringat karena belum memberikan Amanda minum sejak tadi.
"Aku lupa memberi mu minum, akan aku ambilkan untukmu." Gulf pergi ke dapur mengambil minum untuk Amanda.
Tak lama setelah Gulf pergi, Amanda ikut menyusul nya, "Mew, boleh aku ke dapur menghampiri Gulf?" Amanda hanya mendapat anggukan pelan dari Mew.
"Gulf."
"Kau membutuhkan sesuatu?"
"Tidak."
"Lalu kenapa kau kesini?"
"E-emm aku ....ingin menanyakan sesuatu padamu."
"Apa?"
"Apa temanmu sudah punya pasangan juga?"
Gulf tidak tau siapa yang Amanda maksud, "Teman? yang mana?"
"Satu bulan lalu aku datang ke rumah sakit yang kau sarankan, dan dokter yang menangani ku bilang jika dia adalah teman dekatmu."
"Dew maksud mu?"
"Iyah dia yang tinggi."
"Tidak mungkin untuk Dew memiliki pasangan, pasalnya semua wanita takut dengan bocah kematian seperti dia."