••••
"Aku baru merasakannya, ternyata perkataan ayah ada benarnya."
"Apa maksudmu?"
"Aku benar-benar dibuat bingung oleh tingkah Gulf, yang sebentar-sebentar marah, lalu tiba-tiba bersikap manis, kadang juga galak dan lagi sekarang semua keinginannya harus aku turuti dengan cepat."
"Kau baru sadar? aku sudah mewanti-wanti mu dari dulu, tapi sekarang ...." ayahnya menjeda perkataannya sembari mendudukkan diri disebelah Mew.
"Itu jadi derita mu, nikmati saja tingkahnya yang menjengkelkan, aku sudah pernah berada di posisimu dan sekarang dia jadi tanggung jawabmu, aku hanya bisa mengasihani mu sembari tertawa karena senang dengan apa yang kau alami."
Mew tak berani marah pada ayah mertuanya, tapi satu hal dia sadari jika semua kelakuan dan tingkah Gulf 100% di dapat dari ayahnya.
"Gulf dulu jauh berbeda dengan Gulf sekarang, aku menemukan hal-hal baru yang belum pernah Gulf tunjukkan sebelumnya. Gulf sekarang adalah kebalikan dari Gulf yang dulu."
"Dia bersikap baik karena ingin menangkap mu agar masuk ke perangkap nya, setelah berhasil baru dia menunjukkan semua baik buruknya."
"Aku tidak bilang jika dia yang sekarang tidak baik seperti dulu, hanya saja aku baru tau ternyata dia punya banyak hal mengejutkan yang tidak aku ketahui."
Mew mengadu dukanya itu pada ayah mertuanya, merasa seperti ada yang aneh dengan Gulf tapi rupanya itu bukanlah keanehan melainkan kebenaran yang Mew belum ketahui, jika ternyata Gulf yang sesungguhnya adalah Gulf yang sekarang.
Merasa perkataan ayah mertuanya terbukti satu persatu, Mew sempat heran jika ternyata Gulf menyimpan semua kepribadian aslinya selama ini.
"Dia juga mengeluarkan banyak aturan yang tidak masuk akal, seperti tidak boleh masuk ke rumah dengan pintu sebelah kanan, harus melepas sepatu jika sudah dari luar, dan hal aneh lain yang harus aku patuhi semuanya." Mew mengingat-ingat semua hal di luar nalar yang dilakukan oleh Gulf.
"Ayah tau? kemarin aku harus kena pukul oleh bapak-bapak di taman."
"Kenapa? apa itu juga ulah Gulf?"
Mew menarik nafas panjang sembari menyenderkan kepalanya ke kursi.
"Dia melihat anak kecil sedang makan permen kapas, saat aku tawari untuk membelinya dia tidak mau permen kapas dari penjualnya, melainkan yang sedang anak kecil itu makan. Aku sudah berusaha membujuknya untuk membelinya saja, tapi Gulf kekeh ingin permen kapas yang sedang anak itu makan. Mau tidak mau aku harus mendekati anak itu dan menawari nya untuk menukar permen kapasnya dengan uang, tapi anak itu sama keras kepalanya dengan Gulf. Dan entah kenapa anak itu malah menangis saat aku berusaha meminta permennya, alhasil ayah dan ibunya datang menghampiriku, dan ...."