••••
Ayahnya sudah berdiri sejak tadi, tapi Gulf sama sekali tidak menyadarinya. Dengan kedua tangan yang dilipat di dada dan badan yang disenderkan di pintu kamar, ayahnya memperhatikan Gulf yang sibuk dengan ponselnya, entah apa yang Gulf lihat hingga kehadiran ayahnya saja tidak ia sadari.
Ayahnya tidak kesal, justru sesekali ia terlihat senyum saat melihat Gulf tersenyum pada ponselnya. Dengan batuk yang disengaja, berharap dapat memancing perhatian Gulf agar melihat ke arahnya, dan upayanya ternyata berhasil membuat Gulf menatapnya.
"Ayah?"
"Kau sedang berbagai pesan di gruf ibu-ibu komplek?"
"Tidak, kenapa memangnya?"
"Sedari tadi aku memperhatikanmu yang terus saja tersenyum pada ponsel mu, jadi siapa lagi yang bisa membuatmu tersenyum sebegitu lebarnya selain melihat meme random dari ibu-ibu komplek."
"Ayah ini bicara apa?" Gulf mendelik dengan kembali menatap ponselnya
"Cepat turun! ibumu menyuruhku memanggil mu untuk makan malam."
"Aku kesana, ayah duluan saja."
"Gulf."
"hmm?"
"Katakan padaku?"
"Apa?"
"Kau sudah kembali dengan Mew kan?"
"Seharusnya ayah tidak bertanya, bukankah ayah sendiri yang merencanakan semuanya?" Nadanya terlihat kesal, mengingat semua yang Mew lakukan adalah karena usulan dari ayahnya
"Tapi kan ....aku hanya membantu Mew."
"Terserah ayah, aku lapar." Gulf berlalu meninggalkan ayahnya yang masih berdiri diambang pintu kamarnya
Terlihat dari raut wajah Gulf yang sudah tidak mendung lagi seperti kemarin-kemarin, ayah dan Ibunya tau jika hal baik telah terjadi antara Gulf dan Mew. Mereka tidak bertanya pada Gulf, hanya tetap menunggu Gulf sendiri yang mengatakannya semua pada mereka
Sejak kemarin diantar pulang oleh Mew, Gulf tidak keluar rumah atau kamar hanya asik dengan ponselnya, bahkan beberapa panggilan dari New dan Dew ia hiraukan karena tau alasan mereka menelpon hanyalah untuk mengajak nya keluar rumah. Tidak boleh ada yang menggangu nya saat ini, hatinya benar-benar sedang kesenangan seperti sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya.
**
Terus melihat kearah jam di tangannya, Gulf duduk di kursi ruang tamu dengan pakaian yang sudah rapih. Ibu dan ayahnya ada menemaninya di ruang tamu sembari membaca koran, Gulf yang tidak bisa diam karena terus menerus melihat jendela membuat ayahnya terus saja memperhatikannya dengan sudut mata.