Garam dalam luka

297 45 9
                                    

••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••••

Hening selama perjalanan, tidak ada kata ataupun suara yang keluar dari mulut keduanya. Hujan sudah sedikit redup menyisakan rintik-rintik yang masih terdengar suaranya.

Gulf merasa mati gaya saat duduk bersebelahan dengan Mew di dalam mobil. Menatap ke depan hanya kaca basah yang ia dapati, begitupun di arah samping yang hanya terlihat air hujan hinggap di atasnya. Gulf hanya memeluk kotak cake di atas kakinya, dengan jari yang terus ia mainkan.

Mew menyadari sikaf Gulf yang merasa kikuk saat di dalam mobil, meski begitu Mew hanya menahan senyum karena merasa lucu oleh tingkah Gulf yang seakan malu saat harus berduaan dengan nya. Menahan semua kata-kata manisnya di dalam hati, Mew terkadang memalingkan pandangan ke arah samping saat mengulum bibirnya sendiri karena menahan tawa. Gulf si dokter yang di hormati banyak orang, tiba-tiba menjadi pendiam bak bocah manis yang seperti sedang menahan kantuk.

"Me___"

"Jangan banyak bicara!" saat baru akan bicara, namun secara cepat Mew menghentikan Gulf

"Aku belum mengatakan apa-apa." Serunya dengan nada rendah dan kembali menundukkan kepalanya

Mew yang melirik ke arah Gulf merasa sedikit bersalah karena membuat Gulf seakan mejadi segan dan takut seperti itu padanya.

"Kenapa?" Dengan nada dingin Mew menyuruh Gulf untuk melanjutkan perkataannya

Saat dapat kesempatan untuk mengatakan apa yang ingin di ucapakan, tapi Gulf masih tetap terdiam menatapi kotak cake yang ada di pangkuannya.

Gulf mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang sudah disimpan dalam hatinya sejak lama. Mew tidak kembali berkata, melainkan ia hanya tetap menunggu apa yang sebenarnya ingin Gulf katakan.

"Maaf," hanya satu kata tapi membuat Mew merasa rendah secara tiba-tiba

"Maafkan aku, aku seharusnya tidak keberatan saat mendapat perlakuan seperti ini darimu." Dengan tatapan yang masih merunduk, Gulf berbicara dengan nada penyesalan

"Aku hanya garam dalam luka, tidak seharusnya aku dicintai. Anggap saja lelucon jika suatu saat aku mengatakan kalau aku masih mencintaimu."

Mew tidak berniat mencelah sedikit pun, ia hanya mendengar setiap kata yang Gulf ucapakan, meski disadari jika mata Gulf sudah menampakkan kristal air yang siap jatuh kapan saja, namun Mew hanya diam berusaha mendengarkan setiap kata penyesalan yang Gulf lontarkan untuknya.

"Aku hanya melakukan hal bodoh. Setelah memutuskan perpisahan dengan mu aku masih berharap kau yang jauh dari ku, bisa menjaga hatimu hanya untukku seperti hal nya aku yang senantiasa menjaga hatiku hanya untukmu."

Perkataan Gulf membuat Mew yakin akan sesuatu yang tuan Nadech katakan, jika Gulf memang masih mencintai dan mengharapkan Mew di hatinya.

"Setiap hari aku merutuki diriku sendiri karena membuat mu terluka dengan cara meninggalkan mu disaat membutuhkan ku. Hidupku tidak lagi sama setelah jauh darimu, semuanya berbeda di pandangan ku, semua tak lagi menyenangkan seperti semula," hanya mengatakan kejujuran yang dirasa dan dialami selama selama berjauhan

"Entah kau percaya atau tidak, tapi dengan yakin aku mengatakan jika aku masih mencintaimu sampai sekarang, meski dijauhkan jarak yang begitu jauh dan lama, tapi hatiku tidak bisa menghilangkan nama mu begitu saja."

Mencintai seseorang tanpa bertemu dengannya setiap hari adalah bukti jika cinta bukan dilihat pada mata melainkan pada hati.

"Saat merindukan mu aku selalu berharap kau ada dan memanggil namaku dengan senyuman mu, disana pula aku menghayal pergi berlari ke dekapan mu dengan rasa gembira."

"Turun!" Mew menghentikan mobilnya, dan dengan tiba-tiba menyuruh Gulf untuk turun.

Gulf mengangkat pandangnya ke arah Mew, berpikir jika Mew muak dengan bualan nya hingga menyuruhnya untuk turun dari mobil. Hanya menatap Mew dengan tatapan tidak percaya, sedangkan Mew hanya diam menatap kearah depan.

Dirasa Gulf tak menggubris perkataan nya untuk turun, Mew mendengus dengan membuang nafas.

"Sudah sampai Gulf, kau tidak mau turun?"

"H-hah? sudah sampai?" Gulf seakan bodoh untuk seketika, tidak menyadari jika dirinya telah sampai di depan rumah hingga di suruh turun oleh Mew.

"Cepat turun! dengan mengantar mu saja sudah membuang waktu ku, dan sekarang aku harus menunggumu hanya karena tidak mau keluar dari mobilku?"

"Ah..iya aku turun, terimakasih Mew." Tangannya membuka pintu mobil dan hendak turun tapi...

"Gulf.."

Sebagian pintu mobil sudah terbuka, tapi Gulf tidak dulu turun karena mendengar Mew memanggil namanya, dengan tubuhnya yang membelakangi Mew, Gulf diam untuk mendengar apa yang ingin Mew katakan.

Masih dengan tatapannya ke arah depan, Mew berusaha menyampaikan sesuatu pada Gulf, "aku juga rindu tapi aku tidak mencarimu. Aku ingin bertemu tapi aku tidak mendatangi mu. Aku ingin bicara tapi aku tidak menghubungi mu. Semua itu bukan tentang aku tidak mau mengganggu mu, namun aku hanya ingin mulai menghargai diri sendiri dan melawan rasa hati agar tidak lagi mengharapkan mu. Kau hanya tau jika aku mencintaimu, tapi kau tidak tau seberapa berat nya aku menahan kesabaran agar tetap mempertahankan mu dalam hatiku."

Tidak tau harus bagaimana, Gulf turun dari mobil dengan menutup pintu secara perlahan, ia merasa benar-benar buruk untuk Mew. Separah itu kah luka yang ia buat pada Mew?

Gulf menatap dengan tatapan sendu ke arah mobil yang pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.

Sebenarnya rindu keduanya sama-sama berat untuk ditahan, sama-sama terlalu banyak jika harus diceritakan. Tapi jika Gulf memang masih menginginkan Mew, maka kali ini biarkan ia tau bagaimana rasanya berjuang dan bersabar menghadapi seseorang yang kita inginkan hatinya.

Rindu tidak diciptakan oleh jarak, akan tetapi oleh perasaan. Mereka saling merindukan bukan karena mereka jauh, namun karena satu sama lain yang sudah terikat dan melekat dalam hati juga pikiran.



☀️🌻
jika benar maka dekati!





Thank you for reading 🧚

Thalassophile S2 Where stories live. Discover now