••••
Hatinya liris sedari siang, atap kamar ananta tuk dipandang. Matanya layu begitu gamang mengingat sedikit masalah yang sedang bertandang.
Semuanya berbanding terbalik dengan uraian kata cinta yang pernah di ikrarkan sepanjang kisah percintaan, perkataan Mew benar-benar tidak pernah di duga tentang hari tadi. Mungkinkah Mew berbaik laku pada Gulf hanya karena takut kehilangan? atau memang benar karena cinta yang ia punya?
Ceruk kamar terasa begitu dingin sepanjang malam, membuat Gulf membungkus penuh tubuhnya dengan selimut. Matanya menolak untuk dipejamkan, hingga akhirnya ia beranjak dari tidurnya dan berjalan ke arah luar kamar.
Setelah sampai di salah satu pintu kamar yang lain, Gulf mengetuk nya dengan perlahan. Dirasa tak ada jawaban sama sekali Gulf akhirnya memilih untuk masuk begitu saja ke dalam kamar.
"Ayah ..." Gulf berbisik di dekat kepala ayahnya.
"Ayah bangun!"
"Ayah ...cepat bangun .."
Ayahnya yang di bangunkan akhirnya membuka mata dengan bingung, untuk apa Gulf ke kamarnya?
"Kenapa?" Dengan mata yang menyipit karena bangun dari tidur di tengah-tengah.
"Ayah, junior ingin makan shoyu."
"Ayah tidak bisa membuatnya."
"Siapa yang suruh ayah membuatnya? aku mau shoyu yang di dekat boulevard, ayah belikan yaa!?"
"Kau gila? ini jam berapa, kedainya sudah tutup. Sebaiknya kembali ke kamar mu."
"Akan aku beritahu junior jika sudah lahir, jika ayah tidak mau menuruti keinginannya." Ancam Gulf yang tentu saja membuat ayahnya berpikir ulang untuk menolak keinginannya karena takut dimusuhi cucu nya nanti.
"Kalau sudah tutup bagaimana?"
"Ayah coba saja datang kesana, jika memang sudah tutup tidak ada pilihan lain selain ayah yang harus buat."
Ayahnya mendecih kesal akan apa yang Gulf minta, tapi tidak ada pilihan lain selain lebih baik turuti apa yang di minta.
Bangun dari posisi tidurnya, ayahnya mengambil jaket di dalam lemari dan menyambar kunci mobil di atas nakas, "Jangan ganggu ibumu, biarkan dia tidur." Gulf meletakan tangannya di dahi meniru gerakan hormat saat mendengar perkataan ayahnya.
Kembali ke kamarnya untuk menunggu ayahnya membawa apa yang dia mau. Gulf kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan selimut yang kembali di tarik.
Saat menunggu matanya dirasa berat untuk tetap terjaga, Gulf perlahan mengistirahatkan matanya dengan memejamkannya. Jam menunjukkan pukul dua pagi, dan ayahnya belum kunjung datang sedangkan Gulf sudah terlelap tidur dibawah kurungan selimut tebal.