••••
Abhinaya terpancar jelas dari jiwanya, sorot matanya memperlihatkan upekhsa yang beda dari sebelumnya, tatapannya memberitahu jika ada sesuatu yang baru saja ia lihat setelah sekian lama. Perawakan tinggi nan semampai menikmati serayu halus yang hinggap di kulit tubuh.
Kulit kecoklatan menjadi daya tarik tersendiri bagi dirinya, senyuman yang ditorehkan mampu membuat dua lubang manis di kedua pipi nya.
Buana seakan ditatap dengan cara yang berbeda, setelah cukup lama mendengar dengungan elegi yang begitu panjang, kini saatnya kembali dengan versi terbaiknya.
Senandikanya terus bergulat akan dugaan-dugaan yang akan ia hadapi tentang kedatangannya yang secara tiba-tiba kembali hadir.
Rehat dari perjalanan, bokongnya dibiarkan bersentuhan dengan kursi kayu dipinggir laut.
"Hi, semesta," dikatanya dengan senyum simpul yang diciptakan.
"Jangan marah karna aku kembali. Tuhan ingin nya seperti ini, jadi biarkan aku memperbaiki rusak yang telah dibuat." Kedua tangannya dilipat di depan dada, matanya ia pejamkan menikmati serayu angin sepoi-sepoi.
**
Gulf menatap asal ke arah luar jendela mobil, ia hanya mencoba mengindari bertatap mata dengan Mew yang ada di sampingnya mengendalikan mobil.
Mew ikut mendiamkan Gulf untuk sementara, dirasa memang sedikit kecewa akan perilaku Gulf pada Amanda.
Mencoba meraih satu tangan Gulf untuk digenggam, namu Gulf yang menyadarinya langsung menarik tangan nya dan menyimpannya kedalam saku hoodie yang sedang dipakai.
Mew menarik nafas sabar akan suasana yang sedang berlangsung. Sementara Gulf masih enggan mengalihkan atensi nya.
"Gulf, sudahi sikaf mu yang seperti ini. Perubahan sikafmu menjadi beban pikiran untukku."
Perkataan Mew berhasil menarik pandangan Gulf menjadi menatap ke arahnya. Namun bukan dengan tatapan yang biasa.
"Beban pikiran kau bilang? lalu kau pikir perkataan mu tidak jadi beban di hatiku?"
"Gulf, berhenti aku bilang! aku tau aku salah karna menegur mu di depan banyak orang dengan perkataan yang kurang mengenakkan untuk di dengar. Tapi setidaknya kau juga harus akui kesalahan mu pada Amanda, jangan mencoba lempar batu sembunyi tangan. Aku yang paling dihargai di sana, tapi karna sikafmu mereka bisa jadi hilang respect padaku."
"Kau yang seharusnya berhenti membual, SIALAN!!" Gulf melotot saat berkata pada orang disampingnya yang notabennya adalah suaminya.
Mew yang terkejut akan perkataan Gulf, memaklumi dan perlahan menurunkan emosi juga ego agar tetap membuat Gulf merasa tidak terkalahkan.
"Jika terus saja berkata seolah-olah aku memang yang bersalah, sebaiknya hentikan saja mobilnya dan turunkan aku sekarang juga!"
"Gulf, jangan konyol. Ini sudah malam jadi jangan buat ancaman merajuk yang tidak-tidak."
"Kalau begitu hentikan omongan bodoh mu itu, atau mulutmu akan habis karena tangan ku yang akan mendarat di atasnya."
Diam adalah jalan terbaik untuk saat ini, mengalah harus lagi ia lakukan.
Gulf bukannya tidak menjelaskan tentang kebenaran apa yang sebenarnya terjadi di kamar Amanda, hanya saja Mew tak percaya dengan perkataan nya dan memilih untuk lebih percaya pada Amanda.
Perjalan terasa sangat lama bagi Gulf, hingga akhirnya kantuk datang dan membuat matanya ingin dipejamkan. Mew sedikit lega melihat Gulf yang sudah tertidur disampingnya dengan tenang.
Jika dipikir Gulf yang dengan wajah manisnya tidak mungkin berbohong pada Mew, tapi Mew juga berpikir jika Amanda tidak mungkin mengada-ada cerita tentang perilaku buruk Gulf.
Mew sebenernya hanya ingin membuat nama Gulf bagus di mata para rekan kerjanya, itu sebabnya Mew menyuruh Gulf meminta maaf pada Amanda.
Amanda menurut pandangan Mew adalah wanita baik-baik, terlebih dengan penyakit yang di derita membuat Mew yakin jika Amanda tidak mungkin punya niatan buruk dalam dirinya. Seakan tau betul tentang diri Amanda, Mew rela melawan Gulf hanya untuk membenarkan perkataan Amanda.
Harus dipahami dengan benar, jika tau belum tentu paham. Yang sudah saling paham belum tentu saling kenal, jika sudah kenal belum tentu juga saling mengerti. Dan sepertinya Mew hanya sampai pada tahap tau tentang Amanda.
Saat mobil sampai di depan pekarangan rumah, Mew melihat kearah samping nya dan rupanya Gulf masih pulas tertidur dengan nyaman.
Tak mungkin Mew tega jika harus membangunkannya, alhasil Mew pergi ke pintu dimana Gulf duduk dan perlahan ingin meletakkan Gulf di gendongan nya. Namun saat tangannya menyentuh tubuh Gulf, Gulf langsung terbangun dan menepis tangan Mew dengan kasar dan cepat.
"Tidak usah, aku tidak lumpuh sampai harus kau gendong." Nada dan wajah sinis masih ketara terlihat dari Gulf. Mew hanya menatap Gulf yang berjalan dengan cepat ke arah dalam rumah.
Sampai di dalam kamar sekalipun, Gulf masih saja mendiamkan Mew. Tertidur membelakangi Mew, membuatnya merasa nyaman untuk saat ini.
Dirasa aneh jika harus tidur dengan posisi seperti ini, Mew mencoba meraih punggung Gulf yang membelakangi nya agar mendekat ke dekapan nya.
Lagi-lagi mood Gulf belum bisa dibujuk dengan pelukan, ia malah menarik selimut yang menyelimuti tubuhnya dan tubuh Mew, lalu kemudian ia membawanya ke arah luar kamar.
Mew mengikut Gulf untuk memastikan kemana Gulf akan pergi membawa selimut dari kamar, tapi setelah tau rupanya Gulf pergi ke arah kamar tamu yang berada tak jauh dari kamar mereka.
Khawatir sebenernya membiarkan Gulf tidur sendirian, takut jika ketika malam terjadi sesuatu pada Gulf dan junior. Tapi Mew juga paham jika Gulf sedang tidak ingin diganggu olehnya untuk saat ini.
☀️🌻
aku datang untuk membantuThank you for reading🧚