••••
Terkadang jangan terobsesi untuk mencintai sehebat api, karena suatu saat akan mati. Jangan coba mencintai seterang matahari, karna suatu saat akan redup.
Tidak ada hubungan yang sempurna, kitalah yang menyempurnakan itu. Sama-sama butuh, sama-sama mengerti, sama-sama menghargai, sama-sama berjuang.
Tidak ada salahnya menurunkan ego untuk meminta maaf dalam suatu hubungan, meski terkadang bukan kita yang memulai kesalahan, tapi apa salahnya mengalah agar hubungan tetap dalam zona aman.
"Aku merindukanmu." Keduanya terduduk melipatkan kaki diatas ranjang.
"Ayo katakan sesuatu!" Mew berusaha membuat Gulf terusik agar berbicara padanya. Mew memeluk Gulf dari samping, tanpa ada perlawanan Gulf hanya diam tanpa menggubris tindakan Mew.
"Gulf ...katakan sesuatu, katakan kalau kau juga merindukanku."
Gulf tetap diam dan mendelik pada Mew, "Memangnya kau tidak merindukan ku, hm?" Dirasa Gulf tak kunjung bicara, Mew berpikiran melakukan hal usil agar Gulf mau mengeluarkan suara nya.
Menggesekan dagunya di bahu Gulf, berharap Gulf merasa geli dan terusik. Beralih menciumi leher Gulf dengan beruntun yang kemudian mengarah pada telinganya.
"Mew ...hentikan!" Rupanya Mew berhasil membuat Gulf mengeluarkan suaranya. Gulf merasa tidak tahan dengan tingkah Mew yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Mew tersenyum senang, tapi tidak dengan Gulf yang memasang wajah ketus.
"Ayolah, sampai kapan kau akan seperti ini? aku rindu sekali berbagi cerita denganmu saat akan menjelang tidur, aku rindu mengadu tentang lelahku padamu, aku rindu pelukan hangat mu yang menjadi obat pelepas penat."
"Jangan berlebihan, kita hanya tidak bertemu satu hari saja," jawab Gulf dengan nada yang masih terkesan ketus.
"Benarkah? aku pikir sudah lebih dari satu bulan kita tidak bertemu, aku merasa sudah lama jauh darimu. Apa karena aku yang terlalu terikat padamu? hingga tidak bisa jauh-jauh dalam waktu lama? atau memang secinta itu aku padamu?. Entahlah tapi yang paling penting aku merasa ada yang kurang jika sehari saja tidak melihat istriku yang manis ini. Terlebih ...." Mew menjeda sesaat perkataan nya sembari menatap ke arah bibir milik Gulf, "Aku merindukan ini." Mew meletakan jarinya diatas bibir kenyal Gulf.
Gulf tersenyum malu, ia mengulum bibirnya sendiri karena merasa senang dengan perkataan Mew. Tak mau menampakkan wajah malunya pada Mew, Gulf memilih memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Gulf? kau kenapa?"
"Tidak, memangnya kenapa dengan aku?"
"Wajahmu memerah, apa kau sakit?" Mew memegangi dahi Gulf, untuk memastikan jika keadaan Gulf.
Gulf yang benar-benar merasa malu dan was-was takut Mew mengetahui alasan wajahnya memerah, cepat-cepat mendorong Mew dari pelukan dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya saat membaringkan dirinya di atas ranjang.