CHAPTER 4 : WORTHLESS WINNER

58 9 4
                                    


"Juara pertama di raih oleh Galaxy grup!!!"

Sorak Sorai penonton memenuhi sekitaran panggung itu, mereka semua bertepuk tangan saat para member grup menaiki panggung. Di pimpinan oleh sang leader Nathalie Putri Gavriel.

Natha berdiri di atas podium dan speech mewakili teman temannya.

"Pertama tama saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang maha esa, karena kesehatan dan kesempatan yang dia berikan kepada kami. Kedua saya mengucapkan terima kasih kepada para member yang sudah latihan keras selama ini, hingga akhirnya kami bisa meraih penghargaan ini. Tak lupa bagian paling penting, paling berharga dari segala nya bagi kami, yaitu Galaxyrious....."

"WOOOOOOO!!!!!"

Lagi lagi penonton bersorak karena oknum oknum yang di sebut Galaxyrious itu ada di sana. Mereka yang selalu selalu mendukung dan menyemangati mereka. Mereka yang menonton dengan penuh terpesona, pada para anak muda yang baru merintis karirnya.

"Terimakasih banyak sudah mendukung kami, memberikan cinta yang besar untuk kami. Penghargaan ini kami persembahkan untuk kalian," ucap Natha menutup speech nya lalu membungkuk hormat kepada audience, di lanjutkan dengan speech dari member member lain.

Setelah selesai mereka sempat menyapa fans sebentar. Baru sesi pembagian hadiah, kemudian barulah mereka pulang ke rumah masing-masing.

Natha turun dari motor Kawasaki ninja 250R putih jagoannya dalam berlari di jalan raya. Gadis itu berlari dengan semangat memasuki rumah untuk memberitahukan kemenangan nya, dengan membawa banner yang bertuliskan Juara 1 Singing & dancing.

Api semangat yang membara dalam dada Natha padam seketika, ketika mendapati Rafa dan Winda tengah duduk bersama kedua orang tua mereka di ruang tengah.

"Kalian nanti KKN bareng kan?" tanya Sang kepala keluarga.

"Iya, Om. Kita di satu daerah yang sama," jawab Winda.

"Satu Proker juga berarti?" tanya Mama pula.

"Iya, Tante." Winda mengangguk sopan.

"Papa tau Proker yang di susun Rafa lumayan rumit, perlu fokus dan konsentrasi. Kalian semangat, ya?" ucap pria itu dengan senyuman hangat menatap kedua anak di hadapan nya.

Kata kata itu adalah kata kata di sejak dulu di dambakan Natha terlontar dari mulut Papa dan Mama untuk dirinya. Berpuluh-puluh kali Natha mengikuti lomba, namun tak pernah ada kata penyemangat dari kedua orang tuanya, bahkan pujian setelah dia mendapatkan gelar juara. Tak pernah.

"Natha... ngapain berdiri di situ, Nak? Sini." Suara lembut Reva menyadarkan Natha dari lamunan.

Sontak gadis itu menyembunyikan banner juara itu di belakang tubuhnya, dan mengukir senyuman tipis untuk menutupi luka. Perlahan Natha melangkahkan kaki mendekat.

"Hai, Kak..." Sapa Natha pada Winda saat adik pacarnya itu berhenti tepat disampingnya.

"Hai, Dek... baru pulang? Dari mana?" tanya Winda sembari tersenyum manis menyambut Natha.

"Biasalah dia mah! Dance dance itu." Rafa nyeletuk menjawab.

Nathalie tertunduk saat mendapati atensi kedua orang tuanya kini terarah pada nya.

"Eh... -ini apa?" tanya Winda saat melihat sesuatu di belakang tubuh Natha.

"Bu-bukan apa apa kok, Kak." Gadis yang lebih kusa itu berusaha memundurkan langkahnya, tapi sial. Rafa dengan cepat mengambil banner itu dan melihat isi nya.

"Widih... juara satu. Hebat Lo, dek!" kata Rafa memamerkan benda itu ke hadapan kedua orang tuanya.

"Wah... selamat ya, Dek? Kamu keren banget," puji Winda.

Natha tersenyum tipis dengan senyuman simpul. "Makasih kak."

"Perlu di rayain nih," seru Rafa dengan antusias, sementara kedua orangtuanya hanya diam tanpa  respon apapun.

"Ayo kita makan di luar!" ajak Winda.

Nyonya Gavriel mendengus kecil menatap datar pada ketiga anak itu. "Mama udah masak, lho? Mending uang kalian di simpen aja buat kepentingan KKN nanti," ujar wanita itu membuat ekspresi Rafa seketika berubah.

"Iya, jangan habiskan waktu kalian buat hal yang gak berguna seperti itu. Jangan ikut ikutan Natha. Kalian udah dewasa, udah pinter," tambah Sang kepala keluarga membuat ketiga remaja itu terdiam di tempatnya.

Natha dibuat merasa seketika, karena dirinya, Abang dan calon kakak iparnya itu di marahi juga. Jujur dia merasakan sakit luar biasa, hati nya seperti di tusuk ribuan belati mendengar perkataan Papa nya.

"Hmm... gak papa Kak, Bang. Lain kali aja kita mainnya," cicit Natha masih berusaha menampilkan senyum terbaik nya.

Rafa dan Winda menghela nafas. Mereka tak pernah bisa berbuat apa apa jika kedua orang tua itu sudah menentang. Walaupun mereka tau kata kata itu tentu menyakiti hati adik kecilnya, namun apalah daya tak ada yang bisa di perbuat.

"Natha pamit ke atas dulu, ya? Mau bersih bersih." Anak itu berjalan meninggalkan ruang tamu menuju tangga, dan naik ke lantai dua di mana kamar nya berada.

Rafa menunduk menatap banner juara adik nya yang masih dia pegang. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyimpan benda itu baik baik. Biarpun orang tua mereka tidak pernah menghargai itu, tapi Rafa akan selalu bangga dan menghargai segala hal tentang Natha.

Di kamarnya, Natha mendudukkan diri di atas lantai bersandar pada kaki ranjang. Wajah sendu itu menunduk menatap kedua tangannya yang sejak tadi gemetar. Entah karena dia terlalu kuat menahan emosi atau karena dia terlalu lelah. Gadis itu tidak tau.

Natha juga merasakan sesak di dada. Mata indah itu terpejam sejenak, namun sayangnya saat itu juga sebutir air mata jatuh dari sana, membuat nya berdecak pelan dan mengusap kasar pipinya.

"Cengeng!" gumamnya seraya meluruhkan tubuhnya ke lantai. Merelakan raga Nista itu berbaring tanpa alas apapun di atas keramik dingin.

"Kapan kamu bisa bikin kita bangga, kalau begini caranya?"

"Berhenti melakukan hal yang tidak berguna!"

"Pinter dikit, Natha. Kamu itu putri dari keluarga Gavriel, jangan bikin malu!"

"Mau jadi apa kamu kalo bodoh begini! Musik saja terus kerjaan nya."

Natha itu menggeleng kukuh demi menepis suara-suara itu. Tangannya mengepal erat memukul lantai keramik di bawah nya, sampai membuat buku-buku jarinya memerah dan berdarah. "Gue gak bego! gue gak bego!"

"Gue bakal buktiin, gue bisa bikin mereka bangga dengan cara gue sendiri," lirih gadis itu di sela isakan yang tertahan.

*****

"Natha bakalan berusaha banggain mama papa, semampu Natha ya ma, pa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Natha bakalan berusaha banggain mama papa, semampu Natha ya ma, pa?"

EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang