HALO READERS....SELAMAT DATANG DI CHAPTER PERTAMA CERITA INI. SEMOGA SUKA DAN BETAH MEMBACA SAMPAI AKHIR YA?
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN FOLLOW YA? HEHE**
Tepat jam tujuh pagi, terdengar suara langkah kaki menuruni tangga tergesa-gesa. Tanpa menoleh pun seluruh penghuni rumah sudah tau siapa orangnya. Diiringi suara siulan yang tak berapa merdu dari sang empunya kaki.Tangan kekarnya menarik bangku kosong disamping seorang gadis belia dalam balutan seragam SMA. Duduk dengan tenang sambil susu hangatnya.
"Pagi, Adikku sayang...." sapa Anak muda tampan itu dengan ceria. Tubuh atletisnya di balut stelan casual. Kemeja flanel dark grey, dalaman kaos hitam dan celana senada, serta sepatu Nike.
"Pagi," balas sang adik tanpa menoleh pada abangnya.
Rafa merasa gemas akan sikap dingin adik nya pun mencubit pipi tirus itu, hingga menerima protes dari sang adik.
"Bang, ah! melar pipi gue anjrit!" umpat Natha sambil memegangi pipinya yang mungkin merah karena di cubit oleh Rafa.
Abangnya itu memang selalu jail. Sehari saja tidak menganggu Natha, mungkin tidak afdol hidupnya.
"Mah, Adek mulutnya nakal!" adu Rafa seraya duduk di samping Natha.
"Natha...." tegur Wanita paruh baya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga nya di meja bar.
"Sorry," ucap Natha sambil mendelik sinis ke arah Rafa yang sedang cengengesan.
Nathalie menerima uluran roti panggang selai kacang sang mama dan mulai makan dengan tenang. Hanya ada suara perbincangan dari Rafa dan Sang mama. Seperti biasa, Natha hanya menyimak. Bukan apa apa, dia hanya terlalu malas berbicara. Bagi nya mengeluarkan kata kata dapat menghabiskan dua puluh persen energi, karena ini masih pagi jadi dia tidak mau buang energi.
"Dek, Lo berangkat sendiri?" tanya Rafa.
Natha mengangguk sebagai jawaban.
"Bareng mau?" tawar Rafa pula.
Natha menggeleng sambil mengunyah roti nya, tanpa menoleh pada Rafa.
"Yakin? kan kita searah. Lagian temen temen Lo pasti kangen ama gue," kata Rafa tersenyum percaya diri membuat Natha mendelik ke arahnya.
Anak muda itu memasang ekspresi sok cool dengan menaikkan sebelah alisnya. Natha jadi mual dibuatnya. Gadis itu meletakkan sisa roti yang tersisa setengah, lalu meneguk segelas susu di atas meja hingga tandas. Dia mengambil Ransel yang ada di bawah meja, lalu berdiri dan menyandang nya.
"Mah pamit," kata Natha seraya menyalami mama nya.
"Dih, bocah... cuek banget!" cibir Rafa menatap adiknya dengan wajah melongo. Tak menyangka manusia setampan dirinya di abaikan sedemikian rupa.
"Obat nya di bawa kan?" tanya Sang mama.
Natha mengangguk perlahan. "Iya, Ma."
"Hati hati. Jangan minum kopi sama soda," pesan Sang mama sambil menyodorkan sebuah Tumbler kepada Natha.
"Iya, Ma." Natha menerimanya lalu memasukkan ke dalam tas.
"Nath, kamu yakin mau sekolah hari ini?" tanya wanita itu lagi dengan raut khawatir.
Sang anak mengangguk yakin. "Natha udah kebanyakan bolos, Ma."
Reva menatap Natha sejenak. Sejujurnya dia masih tidak yakin melepaskan anaknya pergi ke sekolah. Selain mengkhawatirkan kondisi Natha, dia juga mengingat pesan Suaminya. Sang kepala keluarga sempat berpesan untuk melarang putri bungsu mereka sekolah sampai dia kembali ke rumah dan memastikan sendiri kondisi Natha.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
De TodoEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...