Rafa melotot terkejut mendapati Natha tiba-tiba berada di kamar nya. Sepertinya anak itu menyusup saat Abang nya sedang berada di kamar mandi. Begitu sang pemuda keluar, dia melihat Natha sudah duduk manis di atas kasurnya.
Sontak si sulung langsung berbalik dan berjalan menuju tembok tanpa arah. Seakan mencari pelarian agar tidak menghadap pada gadis itu, tapi Natha berhasil meriah pundak Rafa membuat gerakan pemuda itu terhenti. Saat merasakan cengkraman tangan Natha di pundaknya kian erat.
Rafa meringis tanpa suara. Kenapa pula adiknya ini tangkas sekali? Ah, dia lupa bahwa Nathalie adalah seorang dancer yang gesit.
"Lo kenapa, Bang?" tanya gadis itu melihat gelagat Rafa yang tak biasa. Di tambah hari ini Abang nya itu anteng anteng saja di kamar, bahkan dia tidak menemui Natha.
Rafa tidak mengganggunya hari ini. Itu aneh sekali bukan? Hal itulah yang membuat Natha bertandang ke kamar Abangnya untuk sekedar memeriksa keadaan pemuda itu. Memastikan apakah dia kesurupan atau tidak.
Sang pemuda menggeleng kukuh tanpa berbalik pada adiknya. "Enggak, gue gak papa."
Natha menyipitkan matanya semakin heran oleh tingkah Rafa. Sedetik kemudian gadis itu mendengus dingin. Dia tidak sebodoh itu untuk di bohongi dengan kata-kata. Natha bisa menebak ada sesuatu yang di sembunyikan Rafa darinya.
Gadis itu menarik pundak Rafa sekuat tenaga sehingga membuat tubuh abangnya itu terputar, lalu Natha memojokkan sang pemuda ke dinding sampai punggungnya menghantam tembok cukup keras.
Rafa mengerang tertahan merasakan nyeri di punggung bekas terjangan preman tadi, di tambah sekarang oleh tindakan Natha yang tiba-tiba.
"Gue gak suka di bohongin, Bang. Lo tau itu kan?" desis Natha. Mata gadis itu melotot ketika mendapati beberapa memar membiru di wajah Rafa. "Berantem ama siapa Lo?!" tanya Natha setengah berteriak.
Rafa tak menjawab dan memilih mengunci mulutnya rapat-rapat, sementara kedua netranya menyelami manik mata Natha yang kelam. Sorot gadis menghunus tajam pada bola mata Rafa membuat pemuda itu gugup dan gelisah.
"Gak mau bilang?" Natha mengukir senyuman miring di wajahnya. "Gue bakal samperin Bang Jo buat minta penjelasan."
Gadis itu melepaskan cengkraman nya pada Rafa. Saat Natha hendak melangkah Rafa dengan cepat menahan lengan sang adik, membuat Natha menoleh lagi pada Abangnya itu.
Rafa menggeleng sebagai bentuk larangan. "Gue bakal cerita. Lo jangan samperin Jo!"
Natha tersenyum puas merasa ancaman nya berhasil. Rafa tidak akan membiarkan Natha bertemu dengan Joshua, karena tau teman nya itu sangat terobsesi pada Natha. Joshua berpotensi untuk menggoda dan menjerumuskan adik nya itu. Rafa tidak akan rela, dia tidak akan membiarkan Natha memasuki kandang buaya.
Pemuda itu menarik tangan Natha untuk duduk di atas tempat tidurnya, sebelum bercerita Rafa sempat mencuri pandang ke arah Natha yang menatapnya penasaran. Kini keduanya duduk bersila saling berhadapan.
"Apa? Buruan!" titah Natha tidak sabaran.
Rafa menghela nafas panjang seraya menurunkan pandangan. "Gue di keroyok sama rentenir yang nagih hutang orang tua nya Winda."
Natha melebarkan mata tak menyangka. Dia pikir Abang nya ini berkelahi dengan teman atau musuh bebuyutan, tapi ternyata dengan lintah darat. "Kok bisa?"
Rafa menggeleng lesu dan menunduk layu. "Gue gak tau. Mereka tiba-tiba dateng ke rumah Winda, nagih hutang bokap nya Winda. Mereka juga ngancem, kalo Winda gak mau lunasin hutang itu, mereka bakal buat hidup Winda jadi gak tenang atau kemungkinan terburuk nya... mereka bakalan habisin gue dan Winda."
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
AléatoireEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...