Mendung menghiasi langit pada hari itu. Mentari seolah bersembunyi di balik awan hitam, tak mau memperlihatkan sinar yang berseri-seri. Angin berhembus cukup kencang mengantarkan pesan duka pada segenap makhluk tuhan. Rintik air perlahan turun membasahi bumi menghantam kepala-kepala manusia.
Hari ini jasad seorang gadis belia di kebumikan. Berbalut kain putih polos tanpa jahitan, lalu berbalut lagi dengan tanah yang dingin dan lembab. Tubuh ringkih dengan sejuta luka itu di istirahatkan untuk selama-lamanya.
Berpasang mata menyaksikan upacara pemakaman Natha dengan berbagai macam emosi yang mereka tunjukkan. Mengantarkan Sang gadis pemilik senyuman manis ke hadapan Tuhan.
Ada yang menangis meraung sambil menyerukan nama Natha berkali-kali. Mereka tak lain adalah Reva, Audi, Chika dan Galaxy member yang turut menghadiri pemakaman ini. Perasaan duka yang mendalam menyelimuti segenap hati tanpa menaruh prasangka sebelumnya, bahwa mereka akan kehilangan sosok hangat penuh semangat itu secepat ini.
"Kalo bukan ke elo gue curhat ke siapa lagi, Nath? Cuma sama elo gue bisa cerita dengan bebas tanpa takut di hakimi," ratap Audi dengan suara parau sambil menangis di pundak kekasihnya, menatap gundukan tanah yang menimbun jasad sahabat nya dengan basah mata.
"Galaxyrious bakalan kesepian tanpa Lo, Nath..." ujar Neoma dengan Isak yang tak kunjung reda.
"Jadi ini rahasia yang lo simpen, Nath?" Zakya menatap sendu nisan bertuliskan Nama Nathalie dengan sorot pilu.
Mengingat momen terakhir nya dengan Natha, saat menemukan gadis itu dengan wajah pucat di atas lantai toilet. Hati Zakya berdenyut ngilu mengingat betapa beratnya penderita Sang sahabat yang dia kenal selalu ceria selama ini, tanpa menyangka bahwa dia selalu menyembunyikan luka hati yang tak terobati.
Natha adalah hati yang hangat penuh kasih, selalu menebarkan cinta pada seluruh dunia terutama pada penggemar Galaxy. Siapa sangka? hati selembut sutera itu telah di simbah hina berkali-kali oleh para manusia durjana. Babak belur nyawa nya di hajar oleh tumpukan derita.
Reva duduk bersimpuh di samping makam Natha sambil mengusap nisan bertuliskan nama Sang anak. "Maafkan Mama, Natha.... Maafkan Mama."
Hanya kalimat itu yang berulangkali terucap dari mulut Sang wanita, sebab sadar akan banyak nya dosa yang dia lakukan pada Sang anak. Menyakiti hati, fisik dan mental Natha semasa hidup nya. Jika ada yang paling bertanggungjawab atas segala rasa sakit Natha, maka Reva lah orang yang paling pantas di tuntut untuk hal itu.
Sayang sekali, kata maaf tak lagi berguna kala jasad hanyalah tinggal raga tanpa nyawa. Berbalut pula dengan tanah basah di bawah sana. Bersemayam dengan jiwa Lenggana.
Ada pula insan yang bersimbah air mata duka, namun sama sekali menolak untuk mengeluarkan suara. Dia hanya menangis dan meratap di dalam hati. Menelan bulat-bulat kepahitan fakta, sehingga membuat sesak tak kunjung reda di dalam dada. Mereka adalah Jeno dan Aldarren Gavriel.
Kedua lelaki itu sejak semalam tak henti menangis dalam diam, semenjak kabar kematian Nathalie menggema di telinga. Awalnya hati di hampiri rasa tak percaya bahwa sosok kesayangan mereka telah pergi selamanya, tapi begitu melihat kelopak mata indah Natha tak kunjung terbuka hingga hari selanjutnya. Mereka sadar bahwa ini bukanlah mimpi semata. Permata indah yang mereka jaga benar-benar sudah tiada.
Hari ini rak ada ekspresi lain yang terpancar di wajah mereka selain sedu-sedan, menggambarkan luka hati yang tercabik-cabik oleh kuasa tuhan.
Dalam hati Aldarren meratap memohon maaf dan pengampunan pada tuhan karena telah memperlakukan Natha dengan tidak layak. Terbayang di kepalanya tragedi seminggu yang lalu. Tindakan nya yang kasar mengguncang mental Natha, memantik rasa sesal tiada tara. Kini hanya tinggal ratap dalam dada, mengekal menjadi penyesalan semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
AléatoireEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...