CHAPTER 16 : REAL PRINCESS

46 8 0
                                    


Natha menegakkan tubuhnya melakukan beberapa peregangan sampai sendi-sendi tubuh gadis itu mengeluarkan suara retakan tulang, saking lamanya dia duduk di depan komputer sampai-sampai tubuhnya kaku. Natha terlalu asik nonton Drakor hingga tanpa sadar sudah lima jam dia duduk disana.

Hari ini Natha menghabiskan waktu seharian di kamar sebab di minta berisitirahat penuh. Dia juga belum di izinkan sekolah oleh kedua orang tuanya. Meskipun Natha sudah bilang bahwa dia baik-baik saja, tapi Aldarren dengan tegas menolak argumen Natha dan meminta anaknya itu tetap di rumah setidaknya untuk hari ini.

Tadi pagi sekitar pukul sembilan Tuan dan Nyonya Gavriel itu pamit berangkat melakukan perjalanan bisnis selama beberapa hari. Keduanya berpesan pada Rafa agar menjaga Natha dan memastikan kondisi Natha benar-benar fit baru boleh masuk sekolah.

Berakhirlah Natha dengan rutinitas membosankan hingga menjelang petang. Seperti anak perawan yang ingin di nikahkan, dia hanya berdiam diri di kamar. Sejak pagi kerjaannya hanya baca novel, mendengarkan musik, nonton drakor, makan dan tidur.

Natha rasa dia sudah melakukan semua kegiatan yang bisa di lakukan orang-orang no life, jadi gadis itu merasa cukup dengan kesendirian ini. Gadis itu pun akhirnya melangkahkan kaki keluar dari kamar.

Masih dalam balutan sweater rajut berwarna dusty yang dia pakai untuk tidur tadi malam dan celana kain berwarna putih. Natha terlalu malas untuk berganti baju, apalagi mandi. Jika dia tidak berkeringat dan tidak bau kenapa harus mandi? Lagi pula dia masih cantik.

Perlahan Natha mengayunkan langkah menuruni tangga. Sayup-sayup dia mendengar suara Abang nya yang heboh berseru seperti sedang berdebat dengan lawan main. Natha juga mendengar suara seorang pemuda lain, suaranya cukup familiar bagi Natha.

Apakah itu teman Rafa? Ah, tidak. Rafa jarang sekali membawa teman main ke rumah. Pemuda itu benci pada perangai temannya yang selalu menggoda Natha dan menatap adiknya itu dengan tatapan tidak sopan. Rafa tidak terima adiknya di tatap seperti itu, jadi dia memutuskan untuk tidak lagi membawa teman laki-laki ke rumah.

Sambil berfikir keras Natha melanjutkan langkah hingga terhenti di ruang tengah. Dia melihat Abang nya tengah bermain PS dengan seorang anak laki-laki yang memakai seragam sekolah sama seperti milik Natha.

Dari belakang saja Natha sudah kenal siapa pemuda itu. Gadis itu menautkan sepasang alisnya dalam.

"Jenooo?" seru Natha begitu sampai tepat di belakang pemuda itu.

Sang pemilik nama menoleh dan tersenyum tanpa dosa sembari melambaikan tangan kirinya, sementara tangan kanan dia gunakan untuk memegang Stik PS. "Hai, Nath!"

"Lo kok?-" Natha hendak membuka suara tapi di serobot oleh Rafa.

"Gue yang ajak dia ke sini," sahut Rafa seolah tau kemana arah pertanyaan Natha.

"Gimana bisa?" Natha memasang wajah bingung menatap Rafa dan Jeno secara bergantian.

"Tinggal chat doang sih. Gue dapet nomor nya dari wa Lo yang masih nyangkut di komputer. Terus gue salin deh," jelas Rafa dengan santai.

Natha hanya bisa menghela nafas panjang, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa tepat di belakang Jeno. "Makasih surprise nya."

"You're welcome," sahut Rafa sambil tersenyum lebar tanpa mengalihkan pandangan dari layar tv.

"Semoga Lo gak kapok kerumah gue dan liat gue kayak gembel gini, Jen," ucap Natha dengan pasrah.

Jeno terkekeh geli mendengar ucapan Natha, dia menoleh sekilas pada gadis itu. "Mana ada gembel secantik elo, Nath. Adanya spek bidadari begini."

Rafa langsung berdecih mendengar gombalan Jeno. "Bacot Lo bocah!"

Jeno hanya tertawa kecil menanggapi nya. Tak lama Winda muncul dari belakang membawa tiga gelas orange juice yang terlihat segar sekali. Dia meletakkannya di atas meja yang sudah di geser ke samping oleh Rafa.

EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang