Natha berdiri menghadap kaca besar di ruang tengah, mematri bayangan diri sendiri sambil berkerut dahi. Tangan kanan gadis itu terangkat menyentuh wajahnya sendiri."Pucet sih, tapi masih cakep kok," gumam anak itu sambil meraba wajahnya yang pucat pasi.
"Cantik. Mau gimana pun tetep cantik," sahut seseorang.
Natha tersentak kaget mendengar suara rendah seorang pria menyahutinya. Gadis itu sontak menoleh ke arah sumber suara.
"Astaga.... Papa ngagetin Natha aja!" seru anak itu saat mendapati kehadiran papa nya di ambang pintu kamar pria itu. "Papa kapan pulang nya sih?"
"Dini hari tadi," jawab Darren sambil berjalan menghampiri Natha. "Coba Papa liat." Pria itu meraih pundak Sang anak lalu menarik nya mendekat.
Darren memperhatikan wajah cantik Natha lamat-lamat, lalu kedua tangannya berpindah menangkup pipi Natha.
"Iya, anak papa pucat. Kenapa, sayang?" tanya Darren dengan raut khawatir.
Natha tersenyum simpul memperlihatkan topeng nya. "Gak papa kok, Pah. Natha baik baik aja."
"Kita ke Dokter aja gimana?" tawar Darren membuat Natha melebarkan mata kaget.
"Udah, Pah. Natha udah ke Dokter Vian kemarin. Katanya Natha kecapekan doang," balas anak itu.
Sungguh dalam hati, dia benar-benar mengutuk perkataan itu, dia berbohong pada papa nya.
Maafin Natha, Papa....
Aldarren menghela nafas panjang lantas menarik anak itu ke dalam rengkuhan. "Badan kamu semakin kurus, Nak. Kamu beneran baik baik aja?" tanya pria itu saat merasakan tubuh dalam pelukannya ini lebih ringkih daripada sebelumnya.
"Iya, Pa. Natha aman kok," sahut Natha.
"Kamu mah, gak papa gak papa terus!" omel Darren seraya merenggangkan pelukan mereka dan menatap anaknya penuh selidik.
Natha yang di tatap hanya tersenyum tanpa dosa sambil mendongakkan kepala membalas tatapan Papa nya. "Tapi Natha ada satu keluhan."
"Hmm... apa itu?" Darren menatap penasaran pada Sang anak.
"Nath, Kangen... banget sama Papa." Anak itu mengeratkan pelukannya di pinggang Sang papa sambil bersandar di dada bidang Darren.
Aldarren tersenyum geli. "Maaf ya, sayang? Akhir akhir ini papa sibuk dan jarang ada buat kamu."
"Natha bakalan maafin papa, tapi ada syaratnya," ucap Natha pula.
"Apa pun syarat dari anak papa, bakal papa penuhi," ungkap Darren dengan sepenuh hati.
"Mau quality time sama papa lagi," rengek anak itu dengan nada manja nya.
Darren tersenyum seraya mengusap lembut rambut anak nya. "As your wish, Princess..."
"Thank you papa." Natha mengurai pelukan mereka dan tersenyum menatap wajah manis papa nya.
"Wish pertama?" pinta Darren dengan tatapan tulus.
"Mau jajan sama papa," sahut Natha penuh sukacita.
Aldarren pun mengangguk lalu membungkuk hormat ala ala pengawal kerajaan. "Prajurit Gavriel, siap menuruti semua keinginan Tuan Putri."
"Ini berlaku hari ini?" tanya Natha menggoda Papa nya.
Sang papa menggeleng kukuh. "Ini berlaku selamanya, seumur hidup."
Semoga hidup Natha panjang ya, Pah?
"Tapi nanti aja deh," kata anak itu seraya mengibaskan tangannya dan bercakak pinggang dengan raut wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
De TodoEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...